💙19

98.8K 6.7K 127
                                    

Malam harinya, Acara resepsi dihadiri oleh banyak tamu undangan yang sebagian besar dari kolega Arsya, bahkan tidak jarang Alenza juga melihat rekan-rekan Ayahnya yang juga hadir kedalam acara resepsi pernikahan Alenza dan juga Arsya. Sedangkan teman-teman Alenza yang sedari Sd hingga kuliah turut ia undang karena sedikit temannya yang  sangat dekat dengannya terutama saat Masa SMA, dimana dirinya harus berdua kemanapun bersama Divia.

Dengan gaun mewahnya, sedari tadi Alenza berdiri di samping kiri Arsya sembari tersenyum dan menyalami beberapa tamu yang memberikan selamat kepada mereka.

" Best lah lo pokoknya Len, gue tau nih.... Lo pasti udah mubal sama tugas kuliah kan makanya nikah sekarang." Julit Gloria.

Alenza sama sekali tidak menutupi pernikahannya. Bahkan satu kelasnya tau bahwa hari ini dia akan menikah, karena Alenza mengundang mereka semua untuk hadir di pernikahannya.

" Alenza gak kayak lo kali." Timpal Asiya yang berdiri disamping Gloria yang sedang menyalami Alenza.

" Kalo gini caranya gue juga mau di nikahinn." Rengek Gloria mengacuhkan Asiya di sampingnya.

Berbeda dengan Arsya yang hanya berdiri di samping istrinya dan mendengar perbincangan teman-teman Alenza.

" Emang ada yang mau nikahin lo?" Celetuk Asiya.

" Jangan gitu dong, lo menjatuhkan gue itu namanya. Gak laik lah gue. Best pren apaan tuh." Gerutu Gloria dengan wajah memberengut.

Hal itu justru membuat Asiya pura-pura menunjukkan raut ingin muntahnya saat melihat raut cemberut Gloria.

" Udahlah gue mau makan laper, Len Gue nitip Bocil- bocil Unyukkk ya, kalau bisa double, jadi ntar malem lo harus kerja keras!!!" Ujar Gloria dengan Absurd sebelum akhirnya pergi meninggalkan Alenza yang saat ini wajahnya sudah memerah padam.

" Len duluan ya, semoga pernikahan lo Sakinah Mawadah Warahmah." Ujar Asiya sebelum akhirnya menyusul Gloria yang sudah terlebih dahulu pergi.

" Aamiin."

Pandangan Alenza mengedar ke segala penjuru gedung. Terlihat keluarganya yang sedang berbincang-bincang dengan keluarga besarnya.

Alenza sama sekali tidak melihat Rani yang tak lain adalah ibu mertuanya sekarang di acara resepsi kecuali tadi pagi saat acara akad nya.

" Kamu mencari Divia?" Tanya Arsya mencoba menebak saat Alenza seolah sedang mencari seseorang.

" Eh.... Tidak Mas." Ucap Alenza dengan pelan.

" Lalu?" Tanya Arsya dengan ais terangkat satu.

" Ah itu..." Gugup Alenza.

" Papa!!" Seru Divia sembari berlari menghampiri Arsya dan juga Alenza.

Dengan gaun panjang yang dikenakannya, Divia terlihat tak kalah cantiknya dengan Alenza. Senyuman yang menghiasi wajahnya terlihat begitu berseri-seri yang menambah kecantikannya.

" Jangan lari Div." Ucap Alenza memperingati.

" Iya Ma." Jawab Divia dengan senyum sumringahnya.

Meskipun Alenza pernah mendengar Divia memanggilnya dengan sebutan Mama, tetapi rasanya sekarang sangatlah berbeda. Dulu Alenza hanya ingin membuat sahabatnya ini bahagia dengan memanggilnya 'Mama'. Tetapi sekarang, Alenza memang Menyandang status sebagai  mama sekarang ini meskipun hanya mama tiri.

" Jangan panggil aku Mama Div." Ucap Alenza dengan tenang.

Sontak ucapan Alenza membuat dua orang yang saat ini berdiri dekat dengannya menatap Alenza. Arsya yang akan membuka suaranya terhenti dengan Alenza yang melanjutkan ucapannya kembali.

My Friend Is My MamaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora