💙16

89K 6.3K 48
                                    

Jika kalian bertanya siapakah yang paling bahagia dengan pernikahan Arsya dan Alenza, tentu saja Divia jawabannya. Bahkan tidak henti-hentinya lengkungan senyum gadis itu turun.

Pernikahan Arsya dan Alenza akan di laksanakan seminggu lagi dari hari lamaran. Tentu saja Divia yang paling antusias menyambutnya, bahkan pagi-pagi tadi Divia pergi untuk membagi-bagikan uang kepada Anak Yatim karena bentuk rasa syukurnya.

" Kapan Arsya akan menjemput kamu?" Tanya Dania saat berpapasan dengan Alenza.

" Sebentar lagi Ma, katanya Om Arsya sedang dalam perjalanan."

Pagi ini rencananya Arsya dan Alenza akan mencari baju untuk acara pernikahan mereka di salah satu butik ternama. Hal ini tentunya semakin membuat hati Alenza berdegup cepat, pernikahannya hanya tinggal menghitung hari lagi, dan statusnya akan berubah menjadi seorang istri.

" Divia ikut? Tapi dia dimana? Mama belum melihatnya." Ujar Dania yang sedari pagi belum melihat batang hidung Divia.

Pagi tadi Divia tidak ikut dalam sarapan pagi dan hanya berpamitan pergi dengan Alenza, untuk itu Dania menanyakan keberadaan Divia yang hingga saat ini belum bertemu dengan nya.

" Divia pergi ma, katanya ada urusan. Tapi nanti dia bakal nyusul kok." Jawab Alenza.

Rumah Alenza saat ini terlihat sepi, karena ini adalah hari sabtu, Ayahnya tetap berangkat bekerja, kakak keduanya Yudha sudah kembali ke kosan nya pagi tadi, serta adiknya Gara yang sudah pergi untuk latihan basket seperti biasanya.

Dan Hari ini Alenza sama sekali tidak ada Mata Kuliah untuk itu dirinya akan fitting baju pagi ini, itupun atas usulan Divia yang sangat antusias. Demi putrinya itu bahkan Arsya rela meninggalkan pekerjaannya untuk sementara waktu.

" Assalamu'alaikum"

Ketukan dan suara salam seseorang menghentikan pembicaraan keduanya.

" Wa'alaikumussalam."

" Itu Om Arsya kayaknya Ma." Ucap Alenza memberi tahu.

" Ya udah sana kamu ke depan, Mama mau buang air besar, sampaikan salam mama oke." Ujar Dania kepada Alenza.

" Alenza pamit ma. Assalamu'alaikum." Pamit Alenza mencium punggung tangan ibunya.

" Wa'alaikumussalam, hati-hati di jalan."

Alenza berjalan keluar rumah, dan mendapati Arsya yang saat ini mengenakan kaos polos merah yang dipadukan dengan celana sepanjang lututnya. Terlihat sederhana namun Alenza dapat menerka jika outfit yang dipakai papa dari sahabatnya ini mencapai jutaan rupiah, mengingat merek yang di pakai sangat tidak asing di telinganya akibat harganya yang tidak bisa dikatakan main-main  hanya untuk mendapatkan sebuah kaos.

" Maaf Alenza lama Om." Ujar Alenza memakai flat soes nya di depan rumah.

" Hm. Divia jadi pergi." Tanya Arsya dengan wajah datarnya, meskipun begitu Alenza memahami perkataan dari Calon Suaminya itu.

" Iya Om, pagi buta tadi Divia berangkat. Maaf Alenza gak bisa cegah Divia Om." Ujar Alenza disertai dengan anggukan kepalanya serta permohonan maaf diakhir kalimatnya.

" Tidak, Divia memang Keras kepala. Kita berangkat sekarang. Dimana Papa dan Mama kamu?" Ucap Arsya seolah bertanya apakah ada seseorang untuk ia pamiti.

" Papa sedang bekerja, Mama tadi mau ke kamar mandi tapi saya sudah izin pamit Om ke Mama." Jelas Alenza memberitahu.

" Ya sudah, kita berangkat sekarang."

Di dalam mobil, Arsya mengendarai mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Jalanan tampak lenggang oleh pengguna jalan karena ini adalah jam kerja sehingga jalan tampak lenggang.

My Friend Is My MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang