Part 56

41.7K 4.4K 759
                                    

HALLO AUTHOR KEMBALI
INI PART PANJANG SELAMAT MEMBACA, SEMOGA TIDAK BOSAN

~Sejumput Dendam Rana~

"Lepas dulu tangannya, Sayang."

Rana mendongak, menatap Daniel yang terlihat tinggi menjulang di sampingnya dengan mata melotot tak terima.

"Kenapa?" Sewotnya. "Rana itu cuma gandeng Papa aja! Emang salah kalau Rana gandeng suami Rana sendiri? Lagian biasanya Papa juga terima-terima aja digandeng, kenapa sekarang protes! Ah, jangan-jangan Papa sengaja mau lepasin tautan tangan Rana biar bisa jaga jarak. Biar semua orang nggak tahu Papa punya gandengan terus Papa bisa tebar pesona sama suster-suster genit yang dari tadi lirik-lirik itu, iyakan?"

Mata Rana semakin memicing, menatap Daniel penuh menyelidik. Rasanya sekarang jiwa-jiwa mantan janda yang dijadikan janda karena perawan rasa janda sedang berkobar penuh gelora membara menembus cakrawala.

Jujur saja Rana merasa sedikit sesak dalam dada persis seperti payudara salah ukuran bra, diteruskan semakin mencengkram tak nyaman, dilepaskan gondal-gandul mengganggu ketentraman.

"Ran..."

"Kenapa? Mau protes?" Dengusnya kesal. "Udahlah Pa jangan banyak alasan! Mentang-mentang status Papa sekarang suami Rana terus Papa pikir bisa bertindak semaunya, jelas tidak bisa! Ingat ya, Moyang Daug pemilik ukuran celana dalam xxl, istrimu ini bukan wanita menye-menye yang cuma bisa diem pas suaminya digoda!"

"Cemburu?"

"Nggak!" Sahutnya cepat.

Sungguh Rana melakukan ini bukan karena cemburu, Rana hanya merasa sedikit kesal. Sedikit sekali, kalau diibaratkan seperti kecilnya kemungkinan pantat Nirmala menjadi glowing.

Percayalah sesungguhnya Rana bukanlah wanita pencemburu apalagi posesif yang tidak membiarkan suaminya menghirup udara yang sama dengan manusia berjenis kelamin wanita lainnya. Yang Rana lakukan sekarang hanyalah mencoba waspada. Sedia pengaman sebelum berperang!

Daniel menjawil hidung mancung Rana. "Nggak apa? Nggak salah ya." Kekehnya. "Sejujurnya saya suka kalau kamu cemburu, karena yang saya tahu cemburu itu tanda cinta."

"Nggak cemburu, cuma jaga-jaga aja dari sekarang dari pada menyesal kemudian karena lebih baik mencegah daripada mendesah! Eh!" Rana menepuk pelan keningnya menyadari dirinya salah bicara. Tidak! ini bukan salah Rana, tapi salah bulu dada Daniel yang mengintip di celah-celah kaos hingga membuat tidak fokus itu.

"Nggak gitu! Maksudnya Rana, Rana cuma mau mencegah daripada mengobati. Seperti kata pepatah."

"Kata pepatah?"

"Ya," Rana mengangguk. "Seperti kata pepatah, lebih baik mencegah daripada mengobati! Kalau istilah katanya sedia em sedia ga- em ga..." Rana menggaruk rambutnya yang tak gatal, mengapa disaat begini segala kata-kata mutiara hilang dalam benaknya?

"Ga.. ga.."

"Gayung?" tebaknya membuat Rana mengangguk.

"Ah iya, maksud Rana sedia gayung sebelum jadi nenek gayung!"

"Ngawur!" Elaknya cepat. "Mana ada kata pepatah begitu."

"Ada,"

"Kok saya nggak pernah dengar?"

"Iyalah ini kata petuah khusus dikeluarkan untuk orang-orang tertentu! Nggak semua orang bisa tahu, soalnya ini kata pepatah yang nggak patah patah amat jadi orang kuno kaya Papa nggak bakal ngerti."

Melihat Daniel yang hanya meringis itu Rana hanya mendengus kesal. Padahal tadinya Rana ingin mereka berdebat lebih lama lagi, namun seperti tebakannya jika lelaki yang semalam tidak tidur demi membeli kalung bertahta berlian 24 karat khusus rancangan Bulgarong keluaran terbaru dengan alasan mengidam itu memilih diam mengalah.

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang