Part 45

55.7K 7.7K 1.2K
                                    

CIE KAGET RANA UPDATE 😝😝

SEBELUMNYA AKU MINTA MAAF KALAU PART INI ADA SALAH-SALAH KATA ATAU KATA YANG TERLALU VULGAR 🙏

~Sejumput Dendam Rana~

Aku hanya memegang tanganmu erat
Tapi kau berteriak nikmat, seperti manusia sekarat
~Daniel

~Sejumput Dendam Rana~

Senyuman Damar kian melebar, kala jarak punggung berbalut gaun merah muda itu semakin dekat, artinya semakin dekat juga dengan kemenangan bukan? Tinggal beberapa langkah lagi.

"Tetap tenang dan kuasai keadaan, sampai tiba saatnya membawa kamu lagi dalam pangkuan, Sayang. Ah, rasanya tidak sabar mendengar desahan merdumu kembali."

Kini Damar berdiri, tepat di belakang Rana. Bersiap membekap Rana dengan sapu tangannya hingga

"Jamaall!" teriak lantang lelaki kecil itu berhasil membuat Damar memejamkan mata sejenak.

"Entah sekarang Papa harus bersyukur atau menyesal karena kamu berhasil menjadi anak yang cerewet, Nad."

Lihatlah jangankan berhasil membekap Rana yang ada malah kini Damar terlihat seperti manusia konyol yang berdiri bersama sapu tangan birunya. Tapi untung Damar merupakan orang cerdas, jadi secepat kilat dirinya langsung menyesuaikan diri memasang wajah begitu garang seolah menantang.

Damar menaikkan satu sudut alis. "Kenapa lihatin aku kaya gitu? Terpesona? Mau ngemis minta balikan?" ejeknya.

"Tapi sorry sorry aja nih ya Ran, aku nggak akan ngajak kamu balikan duluan. Ya kecuali kalau kamu ngemis-ngemis buat aku nikahin kamu lagi, mungkin nanti aku bisa sedikit pertimbangkan. Maaf ya Ran tapi aku harap kamu jangan tersinggung, soalnya gimana ya aku ini beda sama lelaki lain di luar sana."

Rana mengangguk. "Iya, aku percaya kok kalau kamu emang paling beda dari lelaki lain di luar sana, soalnya lelaki lainkan mikirnya make otak kalau kamukan make dengkul."

Tangan Damar terkepal, ingin rasanya menampar mulut berbisa milik Rana tapi semuanya Damar urungkan bukan karena takut dengan Rana yang pernah menjadi altlet taek wondo. Tidak, Damar tidak takut Damar hanya merasa jika tak sepantasnya lelaki sejati sepertinya memukul wanita lemah seperti Rana. Karena hasilnya pasti tidak akan sebanding.

"Lama tidak bertemu nyatanya semua masih sama, bibirmu masih fasih mengeluarkan kalimat-kalimat berbisa. Ah, tapi bisa kutebak bibir berbisa ini pasti rasanya masih sama, begitu manis."

"Ralat! Bukan cuma manis, tapi sangat manis. Bahkan saking manisnya, mampu membuat seorang Daniel Maheswara tergila-gila karena candunya."

Rana mengulum senyum, "Walau candu tapi nyatanya yang menjadi favorit Papamu bukan bibir yang ini, tapi bibir yang lain."

Penuturan Rana membuat ingatan Damar tentang dirinya yang memergoki Rana dan Daniel di dapur dulu. Suara decapan kulit saling bertubrukan, Rana yang terburu-buru meninggalkan dapur meski berjalan sedikit tertatih, Daniel yang sibuk membenarkan celananya.

Tapi dari sekian banyak, ada satu adegan yang paling membekas dalam ingatan Damar yaitu saat Daniel dengan santainya mengambil celana dalam berenda yang tergeletak di lantai. Bahkan sebelum memasukkan dalam saku celana, Daniel sempat menciumnya sejenak.

Sialan! Rana benar-benar sialan! Harusnya Damar yang membuat Rana tak berkutik, tapi mengapa malah keadaan menjadi berbalik?

Damar menghela nafas panjang, sebelum secepat mungkin mengembalikan ekspresi wajahnya. Biar Rana tahu, kalau seorang Damar tidak akan pernah gentar!

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang