Part 42

61.9K 8.5K 3K
                                    

HALLO SELAMAT SIANG, AUTHOR HADIR MEMBAWA CERITA YANG COCOK MENEMANI KALIAN PUASA. SELAMAT MEMBACA

~Sejumput Dendam Rana~

Bola saja saya sodok apalagi kamu
~Daniel

~Sejumput Dendam Rana~

Harus diakui, awalnya memang Damar ingin menculik Onad. Namun semua diurungkan setelah melihat beberapa lelaki tinggi kekar berdiri di sudut-sudut ruangan. Damar mengurungkan niatnya, bukan karena takut. Damar hanya tak ingin berbuat keributan, karena sesungguhnya Damar ini sangat mencintai kedamaian.

Jadilah sekarang Damar hanya bisa mengamati tingkah Onad yang bercengkrama dengan Lean.

Kedua sudut bibir Damar berkedut, hadirkan lengkungan senyum yang tersungging. Hatinya mengharu biru, matanya berkaca-kaca bahkan dalam satu kali kedipan air mata itu akan meluncur bebas menuruni pipinya. Laki-laki cengeng? Ya, sebut saja begitu, Damar tak perduli. Setiap mahluk memiliki hati bukan?

Seperti apa yang dirasa Damar sekarang, kala mengamati kedua buah hatinya nampak begitu rukun saling bercanda dan tertawa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Seperti apa yang dirasa Damar sekarang, kala mengamati kedua buah hatinya nampak begitu rukun saling bercanda dan tertawa. Sungguh ini benar-benar menajubkan, Lean yang biasanya acuh terhadap sekitar nampak begitu antusias kala Onad mengajaknya bercanda.

Sungguh rasanya hati Damar seperti diremas begitu kuat. Bayang-bayang pengusiran dan sumpah serapah yang dilayangkan pada Onad mulai menghantui pikirannya. Bagaimana mungkin dulu dirinya begitu tega melukai hati pemilik sepasang mata bulat itu? Bagaimana mungkin dulu dirinya tuli mendengar rengekan tangis yang menembus gendang telinganya?

Demi Tuhan, Damar menyesali keputusannya dulu melepas Onad. Seandainya saja waktu dapat diputar kembali, Damar akan memilih untuk mempertahankan pernikahannya dengan Rana. Meski Damar harus sedikit melapangkan dada menahan perih atas kata-kata makian yang terus Rana layangkan. Tak apa, Damar akan menahan semuanya demi keluarganya bahagia.

Toh semakin berjalannya waktu, Damar yakin Rana akan tersadar akan perbuatan brutalnya ketika melihat betapa tulus dan baik hatinya Damar bukan? Seandainya itu semua terjadi pasti sekarang Damar akan aman, tentram dan damai, hidup rukun bersama istri-istri dan kedua putranya.

"Seandainya saja dulu Papa tidak terhasut GrandMa kalian kita pasti menjadi keluarga yang sempurna, maafkan Papa karena membuat kalian terpisah. Tapi kalian jangan khawatir, Papa akan berjuang agar keluarga kita kembali utuh. Papa akan lakukan demi kalian, putra-putra kebanggan Papa."

Damar menyeka sudut matanya, sebelum beranjak menghampiri kedua lelaki kecil di hadapannya.

Damar mendekat, mendudukan diri di sebelah Onad. Lalu dengan sedikit bergetar jemarinya hinggap pada puncuk kepala Onad dan mengelusnya pelan. Rambut yang begitu halus begitu lembut dan mengedarkan aroma stawberry.

Sejumput Dendam RanaWhere stories live. Discover now