Part 16

88.1K 12.1K 2.6K
                                    

Level tertinggi dari mencintai adalah berjuang untuk mendapatkan karena mengikhlaskan hanya untuk pencundang yang enggan berperang!
~Author

~Sejumput Dendam Rana~

Sebuah senyuman terhias dari bibir perempuan beranak satu itu, tak henti decak kagum keluar dari bibirnya saat menatap ke arah anak semata wayangnya yang begitu khusyuk dengan botol parfum di tangannya. Onad yang sedang mode serius sangat menarik di mata Rana, ketampanan Onad semakin meningkat kalau begini.

"Ganteng banget anak Mama." puji Rana.

"Ganteng doang tapi cacat ya percuma." cibir Nirmala membuat Rana mengalihkan pandangan ke arah istri kedua Damar yang memberinya tatapan mengejek. 

"Duh, itu mulut apa tempat sampah? Kok isinya kotoran semua, pantesan aja giginya kuning ternyata fungsinya buat filter kotoran toh." balas Rana begitu tenang membuat kedua tangan Nirmala mengepal. 

Rana ini selalu begitu, kata-kata yang keluar dari bibirnya tidak pernah disaring. Wanita itu tak pernah sadar akan kelakuan jahatnya yang selalu menyakiti hati orang lain terlebih orang itu adalah Nirmala yang sudah begitu baik bersuka rela mau berbagi suami dengan Rana. Dasarnya saja Rana ini memang tidak pandai bersyukur! 

Padahal seingat Nirmala dirinya tak pernah menyenggol Rana, tapi Rana selalu saja begitu berkata ketus dan jahat. Nirmala yakin ini pasti karena faktor iri, makanya perempuan beranak satu itu terus saja membuat masalah dengannya. Rana pasti merasa jika keberadaannya terancam dengan hadirnya sosok Nirmala, Rana sedang ketar-ketir ketakutan jika kehadiran Nirmala membuat posisi Rana bergeser. Mau bagaimana lagi, ini merupakan kosenkuensi menjadi wanita nyaris sempurna seperti Nirmala membuat semua wanita mencemburuinya.

Contohnya saja Rana sekarang, padahal Nirmala tak mengatakan sesuatu yang salah. Onad itu memang cacatkan? Sudah lumpuh, bisu pula. Memang dasarnya sana Rana itu gampang tersinggung diingatkan bukannya intropeksi malah nyolot. Rana ini memang tipe-tipe manusia tidak tahu diri, sepertinya Rana tidak pernah berkaca.

Nirmala rasa kecacatan Onad ini merupaka teguran dari Tuhan karena Rana yang jadi manusia tidak tahu diri, sudah sombong, mulutnya jahat lagi. Tapi percuma saja hati Rana sudah membatu jadi teguran Tuhan lewat Onad tidak bisa membuat Rana lekas sadar dan memperbaiki diri, bahkan sekarang malah semakin menjadi-jadi begini. Tinggal menunggu wakti saja Rana pasti akan terkena azab.

"Ran, Onad udah siap?" pertanyaan dari suara bariton itu membuat kedua perempuan yang bersitegang itu menoleh, menatap ke arah Ayah dari suami mereka dengan pandangan berbeda Rana yang terkesan acuh sedangkan Nirmala menatap mertuanya dengan penuh kekaguman.

"Udah tu Onad siap, Pa. Tinggal makein switter" lirik Rana pada Onad yang terduduk di lantai memainkan botol parfum milik Rana.

 Tinggal makein switter" lirik Rana pada Onad yang terduduk di lantai memainkan botol parfum milik Rana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang