Part 50

49.7K 6.6K 2.3K
                                    

ALLO, AKU YANG SEKSI INI KEMBALI
TERIMAKASIH MASIH SETIA DENGAN SEJUMPUT DENDAM RANA.

PANJANG BERBULU KESUKAAN RANA, TENTU UWAL GODON JAWABNYA.
AUTHOR TAK INGIN BANYAK KATA,
POKOKNYA SELAMAT MEMBACA SEMUANYA

~Sejumput Dendam Rana~

Mengapa cicak diam-diam merayap? Karena yang diam-diam berdiri itu Daug.

~Sejemput Dendam Rana~

Lindap mengukung gelap duka, disusul sang liuk bumantara menyapa semesta. Dingin, kelam menembus sang ulu. Hadirkan beribu andai penuh kelit mimilukan yang hanya mampu ada di angan, sebab sang indra tak bertulang tak mampu mengutarakan.

Diri terasa kerdil, kala telapak tangan takdir berbalik dan memilih persembahkan kenyataan menyakitkan. Lantas bagaimana untuk selanjutnya? Menerima semakin membuat diri seakan bungkuk, menolak pun semesta akan semakin ganas bergejolak.

"Dam," panggil lelaki empat puluh dua tahun itu. "Papa tahu ini berat untuk kamu, berat untuk kita semua. Tapi mau bagaimana lagi? Menyimpan bangkai tak akan membuat baunya hilang, yang ada baunya akan semakin menyengat."

Kedua netra Damar memejam, dadanya tiba-tiba sesak, panas seperti terkena letusan gunung berapi. Sejujurnya Damar juga tidak mengerti asal muasal kesakitan yang dirasakannya, tapi yang jelas hatinya terasa gundah.

"Takdir punya garisnya masing-masing, kita hanya perlu menerimanya dan percaya segala sesuatu yang digariskanNya itulah yang terbaik untuk kita."

Damar berdecih, baginya kata-kata yang keluar dari bibir Daniel hanya kiasan. Seseorang tak akan pernah mengerti sebelum merasakan.

Lagipula fokusnya sekarang bukan tentang dia anak siapa, tapi kemungkinan perubahan dalam hidupnya yang paling ditakuti. Bagaimana kalau akhirnya dirinya diasingkan? Mau jadi apa hidupnya nanti.

Tak terbayang rasanya bagaimana jadinya seorang Damara tanpa marga Maheswara dibelakangnya. Ini lebih mengerikan daripada fakta jika Karmila bukanlah Ibu kandungnya. Damar takut kehilangnya citranya sebagai lelaki tampan banyak uang dambaan semua kaum wanita.

Sebenarnya ada satu hal yang paling mengganjal dalam pikiran Damar, sejak kapan dan darimana Daniel tahu semuanya? Atau jangan-jangan ini alasan Daniel membenci Damar? Ah, memikirkannya membuat kepala Damar serasa ingin pecah, lebih baik menanyakannya langsung saja.

"Jadi ini alasan Papa membenci Damar?"

"Kalau Papa membenci kamu, tidak akan ada nama Alucas Maheswara dibelakang namamu." Daniel menepuk pundak Damar. "Lagipula Papa sudah tahu sejak awal bahkan sebelum Papa setuju untuk menikah dengan Mamamu."

Melihat ekspresi Damar yang terkejut, Daniel hanya terkekeh.

"Hanya orang bodoh yang menikahi seseorang tanpa mencari tahu asal-usulnya terlebih dahulu." Daniel berkata dengan begitu tenang, namun entah mengapa hati Damar sedikit tersentil mendengar itu.

Damar menikahi Nirmala bahkan tanpa mencari tahu asal-usulnya terlebih dahulu, dirinya terlalu naif cenderung bodoh gampang dihasut Karmila hingga buta segalanya.

Bahkan saking butanya Damar sampai menghiraukan fakta tentang pantat Nirmala yang berwarna gelap dan bermotif polkadot.

Damar menggeleng ke kanan dan kiri, berharap ingatannya tentang pantat Nirmala menghilang, dirinya harus fokus berbicara dengan Daniel sekarang. "Kalau Papa tahu sejak lama kenapa tetap setuju menikah dengan Mama?"

Sejumput Dendam RanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang