C H A P T E R 26 : Paviliun

Start from the beginning
                                    

"Apa aku pecahkan saja kaca ini?" Seketika ide nekat terlintas dalam benaknya, sekejap itu juga ia menggelengkan kepalanya. Tidak, itu ide yang buruk. Lagi pula pintu ini di desain seperti jendela besar, jika Helcia memecahkan kacanya pun tubuhnya tak akan muat karena terhalang kayu-kayu yang membentuk kotak-kotak kecil.

Seketika itu Helcia menghela napas kecewa, apalagi di sini tidak ada satupun benda yang dapat membantunya membuka pintu kaca ini. Tak mendapatkan apapun, Helcia kembali melangkahkan kakinya, namun tujuannya sekarang adalah halaman belakang paviliun itu. Gadis itu penasaran bagaimana suasana belakang bangunan, dan ternyata..

"Hanya danau dan hutan?"

Seperti dugaan Helcia, memang tidak ada hal menarik di belakang paviliun, hanya sebuah danau dan hutan kecil. Helcia baru menyadari sesuatu, pantas saja paviliun ini tidak terlihat dari luar, selain letaknya yang jauh di dalam taman, di belakangnya pun terdapat hutan kecil yang dipenuhi pohon-pohon yang tumbuh dengan lebatnya. Belum lagi pembatas tembok tinggi yang berada di balik hutan.

Sangat tersembunyi. Hanya ada dua akses pintu masuk ke taman ini, yang pertama adalah gerbang taman yang memang sudah lama dikunci, Helcia yakin pasti pria itu melarang siapapun untuk memasuki tamannya bahkan sebelum taman ini menjadi tidak terawat seperti ini. Pintu akses yang kedua adalah pintu kaca di dalam kamar pribadi Kaisar Alcacio, pintu yang baru saja dia masuki secara diam-diam.

Tidak ada yang menarik di sini, kecuali sesuatu yang berada di dalam paviliun itu. Helcia yakin, Kaisar Alcacio menyembunyikan sesuatu di sana. Bisa saja 'benda' yang selama ini dia cari berada di sana, kan? Keberadaannya sangat penting bagi keluarga Victorin, walau Helcia sendiri tidak tau apa isinya. Namun entah kenapa dia sekuat tenaga mengambil kembali milik keluarga Victorin. Apa mungkin ini balasan untuknya karena telah meninggalkan keluarganya tanpa tanggung jawab? Apa tanpa sadar dirinya ingin kembali memperbaiki semua dengan memberikan ayahnya 'benda' yang selama ini pria itu cari?

Helcia kembali menghela napas kecewa, kalau sudah begini terpaksa dia harus mencari kunci dari paviliun tak terawat itu, kan?

•|•|•

Tangannya bergelayut manja pada lengan kekar pria itu. Senyum bahagia terpatri pada wajah cantik Hestia, netra hijaunya sesekali melirik pada Kaisar Alcacio dengan binar penuh puja. Hatinya semakin menghangat saja karena pria itu yang terlihat tidak menolak perlakuannya sama sekali. Justru Kaisar Alcacio tersenyum tipis sembari netra emasnya menatap pada tiga orang lain yang sedang duduk di hadapan mereka. Itu artinya Kaisar Alcacio mulai menyukainya, kan? Bahkan pria itu sama sekali tak marah, padahal mereka saat ini sedang berada di hadapan orang lain.

"Saya telah melakukan peninjauan di daerah utara, Duke Choman menyetujui permintaan Saya untuk mengakuisisi proyek pembangunan pertambangan batu bara. Dengan penggabungan 18% investasi saham milik saya, 12% milik Duke Airos dan 25% milik Yang Mulia, pada akhirnya Duke Choman menyetujui permintaan akuisisi. Saya sudah melakukan perundingan dan kesepakatan, lalu data-data mengenai..."

Perbincangan Kaisar Alcacio, Herios, Airos, dan Deux—Menteri Perdagangan—terus berlanjut. Sedari tadi netra serupa milik Herios terus menatap tajam padanya. Hestia tau arti tatapan itu, kakaknya memeringatkan ia untuk tidak dekat-dekat dengan Kaisar Alcacio. Herios tidak menyukai pria itu, jika bukan karena pria itu adalah seorang Kaisar serta perbincangan bisnis mereka, Herios pasti tak akan mau berbincang panjang lebar pada Kaisar Alcacio.

Namun Hestia sama sekali tak peduli. Entah bagaimana caranya ia bisa di antara para pria yang sedang membicarakan hal yang tidak dirinya mengerti, sedari tadi pusat perhatian Hestia hanya ada pada Kaisar Alcacio. Terlebih lagi pria itu tidak marah apalagi mengusirnya, berbeda dengan Herios dan Airos yang terlihat terganggu dengan tingkah lakunya. Hestia tak peduli selagi dia memiliki kesempatan untuk lebih dekat dengan Kaisar Alcacio.

Walau tentu saja terkadang ia merasa gugup dengan tatapan tajam Herios ataupun pandangan tak mengenakkan dari Airos, Hestia selalu mencoba mengalihkannya dengan menelusuri tiap sudut ruangan yang berada di istana Sapphire ini dengan matanya. Sementara rengkuhan tangannya semakin erat merangkul lengan Kaisar Alcacio, Hesia bahkan dapat mencium aroma maskulin yang menenangkan dari tubuh suaminya.

"Putri, kembalilah terlebih dahulu ke istana Glory. Aku masih memiliki banyak urusan." Kaisar Alcacio mengalihkan pandangannya pada Hestia, berkata lembut dengan senyuman yang terhias di wajahnya.

Sontak senyuman yang ditujukan padanya membuat pipi Hestia merona merah. Tanpa menyadari maksud lain dari Kaisar Alcacio yang mengusirnya secara halus. Airos menatapnya prihatin, terkadang sikap Kaisar Alcacio memang sering membuat orang salah paham. Pantas saja para selirnya masih mau bertahan. Bagi Airos yang sudah lama bekerja di bawah Kaisar Alcacio, tentu saja pria itu tau bahwa Kaisar sedari tadi terganggu dengan kehadiran Hestia, namun entah kenapa pria itu terlihat menahannya.

"Apakah setelah ini Yang Mulia akan menemui saya?" Tanya Hestia penuh harap. Bukannya menjawab, Kaisar Alcacio malah semakin melebarkan senyumannya hingga membuat kedua matanya yang berada di balik topeng tampak menyipit. Sontak senyuman manis itu membuat hati Hestia semakin menghangat dan detak jantungnya semakin terasa cepat. Hanya mendapatkan satu senyuman itu pun Hestia tak lagi memerlukan jawaban.

"Baiklah, kalau begitu saya permisi, Yang Mulia. Dan juga kakak, Duke Airos, Tuan Deux, saya pergi dulu." Hestia tersenyum hormat, mengangkat sedikit gaunnya dan membungkuk dengan anggun, memberi salam pada para pria itu.

Tanpa Airos sadari dia menghela napas lega akan kepergian Hestia, lelaki itu rupanya sangat terganggu dengan kehadiran putri dari Kerajaan Alumaticia itu. Sedangkan Herios, netranya terus menatap tajam punggung Hestia yang semakin menjauh, raut tak suka sudah terpatri jelas di wajahnya. Kaisar Alcacio mengulum senyumnya, menyadari ketidaksukaan Herios melihat interaksi antara dirinya dengan Hestia.

Sebenarnya sedari tadi Kaisar Alcacio merasa risih dengan kehadiran Hestia yang selalu menempel padanya, entah kenapa akhir-akhir ini Hestia lebih berani padanya, menunjukkan rasa cintanya terang-terangan. Kaisar Alcacio tau Hestia sangat ingin mendapatkan perhatiannya, pria itu juga tau alasan yang membuat Hestia melakukannya. Namun tetap saja, akhir-akhir ini juga isi kepala Kaisar Alcacio didominasi oleh gadis bernetra sweet violet—Helcia Anastasia—atau lebih tepatnya Helcia Victorin.

Pria itu sudah merindukan kekasih rahasianya, ingin mendengar segala rutukan Helcia untuk dirinya. Wajah cantiknya yang selalu tersenyum paksa demi menahan kesal terlihat sangat imut di matanya, membuat dirinya selalu gencar untuk menggoda gadisnya. Setelah pertemuan ini Kaisar Alcacio akan memeluk tubuh mungil Helcia dengan puasnya, mendekap erat tubuh yang menguarkan aroma vanila itu—aroma favoritnya—hingga Helcia memberontak untuk melepaskan dekapannya.

Dan labium menggoda itu...

Ah, pria itu kembali merindukannya. Melumatnya dengan liar hingga membuat labiumnya membengkak dan merah. Belum lagi wajah gadisnya yang merona dengan napas yang memburu, membayangkannya saja semakin membuat Kaisar Alcacio tak sabar untuk mengakhiri pertemuan sialan ini. Pria itu ingin cepat-cepat memeluk gadisnya, melakukan pertengkaran kecil hingga pada akhirnya Helcia yang akan kalah. Setelah ini, pria itu berjanji akan benar-benar melakukannya.

Sedangkan di sisi lain, Helcia lagi-lagi menghela napasnya kecewa, entah untuk yang ke berapa kalinya. Gadis itu sudah kembali dari taman terbengkalai, namun bukannya kembali ke kamarnya, Helcia malah mengobrak-abrik kamar pribadi Kaisar Alcacio. Gadis itu ingin mencari kunci untuk membuka paviliun besar itu, namun hari sudah menjelang sore pun ia tak kunjung menemukan apapun.

Dengan terpaksa Helcia kembali beranjak, ingin segera keluar dari kamar pribadi Kaisar Alcacio sebelum pria itu menemukannya mendekam di sini. Helcia akan mencari kesempatan lagi, gadis itu belum puas sampai ia benar-benar mengetahui apa yang ada di dalam paviliun itu.

Tangannya terulur, berniat membuka pintu ganda berukiran rumit di hadapannya, namun niatnya itu terhenti kala pintu besar itu tiba-tiba sudah terbuka terlebih dahulu—membuat dirinya terkejut dan sontak memundurkan tubuhnya sedikit. Tak beda jauh dengan pelaku yang membuka pintu, pria itu juga sama terkejutnya dengan Helcia.

Gadis itu seketika gelagapan, lidahnya mendadak terasa kelu tak tau ingin mengatakan apa. Sedangkan pria pemilik netra emas di hadapannya turut memicingkan matanya, menatap dirinya dengan pandangan curiga. Pria itu melangkahkan kakinya, mendekati Helcia membuat gadis itu semakin terasa terpojok.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

•|TBC|•

Pasti udh pada tau siapa ya kan..😌

The Emperor's Maid (END)Where stories live. Discover now