Chapter 21

15.4K 1K 1
                                    

Theodore terlihat mondar-mandir didalam ruang kerja yang panjangnya sebanyak 35 langkah kaki. Dirinya sudah melakukan itu sebanyak 180 langkah. Dan hingga langkah ke 200,Theodore akhirnya mengerang sambil berjalan kearah meja kerjanya dan meraih ponsel yang sudah beberapa hari ini hanya ia tatapi.

"Apa sebaiknya aku menghubunginya hari ini? Tidak,tidak. Aku tidak akan menghubunginya lebih dulu,yang benar saja!" Theodore duduk menggigiti kuku dengan gugup.

"Wanita itu membuatku susah bernapas. Kenapa dia tidak pernah mengabariku?" gumamnya. Selama beberapa hari ini Joanna seolah hantu berparas menawan yang menghantui pikiran Theodore dimana saja.

Wajah wanita itu yang memiliki paras sempurna bak ratu kerajaan Yunani,sentuhan lembut jemari Joanna yang mampu menghilangkan kewarasan Theodore seketika dan aroma mawar menyegarkan yang secara mengejutkan menjadi aroma favorit Theodore.

Ia merindukan semuanya. Dan jika saja ia mempunyai sisa kekuatan untuk mengabaikan satu hari tanpa mengetahui kabar wanita itu,namun tidak. Ia tidak sanggup lagi. Dan akhirnya,setelah bernegosiasi cukup lama dengan logikanya, akhirnya Theo memutuskan untuk menghubungi Joanna lebih dahulu.

Theodore menegakkan bahu,menggulung lengan kemeja yang mencetak otot lengan dan bahunya dengan sempurna,rahangnya menegang saat meletakkan ponselnya ditelinga kirinya.

"Ha—halo?" Theodore mengerjap.

Ini bukan suara Joanna. Theo mengerang rendah ketika mendengar suara wanita lain dan bukan suara yang ia rindukan.

"Pak Theodore,ini Lily,sahabat Joanna."

"Dimana Joanna? Dia baik-baik saja?"

"Joanna sekarang sedang berada di rumah sakit. Bisakah anda kesini sekarang?"

"Rumah sakit? Apa yang terjadi? Apa Joanna sakit? Katakan padaku dia baik-baik saja," kata Theodore cemas. Kumohon.

"Terjadi kecelakaan,tapi aku tidak bisa menjelaskannya disini. Kumohon,datanglah secepatnya." Lily menutup panggilan itu meninggalkan Theodore dalam ketidak pastian.

Lily bisa saja menjawab Joanna baik-baik saja,tapi kenyataan kondisinya tidak sebaik itu. jiwanya terguncang setelah melihat sebuah kecelakaan yang terjadi didepan matanya sendiri. Dan harus menyaksikan ibu tunangannya...

"Joanna..sial!" umpatnya.

Theodore berdiri,menyambar jas yang menggantung didekat pintu dan segera melaju menuju rumah sakit. Jantungnya berpacu seiring ia melewati jalanan padat tanpa mengurangi kecepatannya. Dia tidak peduli jika ada polisi yang akan mengejarnya,yang Theodore pikirkan saat ini hanya Joanna.

"Aku meninggalkanmu selama beberapa hari dan kau langsung berakhir dirumah sakit. Sialan,Joanna." Matanya berkilat memancarkan sinar gelap yang penuh kekhawatiran,satu perasaan baru yang Theo rasakan,karena wanita itu.

Tunggu aku,Joanna.

Suara derit ban mengejutkan seorang satpam dan beberapa dokter yang sedang berdiri didepan rumah sakit itu. Theodore dengan sigap turun dan berlari menuju ruangan UGD. Theodore melihat begitu banyak pria berseragam polisi didalam ruangan itu.

Theodore bergidik,jantungnya semakin berpacu seiring langkah kakinya menyusuri ruangan itu semakin dalam,mencoba menemukan Joanna dalam kekacauan. Dia sudah membayangkan hal terburuk yang bisa saja terjadi kepada Joanna, dan tanpa sadar tangannya gemetar saat ia membuka satu persatu tirai yang ada diujung ruangan berbau darah dan alcohol.

"Lily?" Theodore langsung menghampirinya, Lily tampak menangis tersedu-sedu. Namun ia segera menghapus airmatanya ketika melihat Theodore.

"Pak Theodore?" sapa Lily parau. Matanya sembab memerah.

ONCE UPON NO TIME [TERBIT]Onde histórias criam vida. Descubra agora