Chapter 15

17.9K 1K 8
                                    

"Kau pikir apa yang sedang kau lakukan? Ini toilet wanita for godsake!" sergah Joanna.

"Kau sudah mengatakannya,dan aku tidak peduli. Jawab aku tigress, apa kau benar-benar tidak menginginkanku?" ulangnya Theodore lembut sambil menatap Joanna dengan sangat intens. Matanya begitu gelap dibawah sinar temaram lampu,sekilas Joanna bisa mendengar suara detak jantung Theodore yang berpacu.

Entah untuk keberapa kalinya,Joanna meneguk liurnya sendiri,berharap pria ini tidak akan menyadarinya. Joanna tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang. Dia sama membingungkannya dengan semua situasi ini.

Apa aku menginginkannya? Tentu saja tidak. Kalau begitu katakan sekarang Joanna. Katakan kau tidak menginginkannya. Katakan padanya agar ia menjauh darimu, Joanna membatin.

"Aku,setuju menikah denganmu karena ayahku,Theodore. Dan semua yang terjadi diantara kita sebelumnya hanyalah sebuah...kebetulan." Joanna ragu ketika mengucapkan kata terakhir itu. ia lalu melanjutkan,

"Jadi kau jangan terlalu percaya diri.Aku melakukan ini bukan untukmu." Ucapan yang keluar dari mulut Joanna sangat berbeda dari apa yang tadi ia pikirkan. Sepertinya hati dan pikiran Joanna mulai bentrok saat ini.

Joanna mungkin akan mengutuk dirinya sendiri karena menginginkan pria ini. Tapi sesuatu didalam dirinya terus menyangkal,mengatakan bahwa ini hanyalah euphoria karena Joanna pernah tidur bersama pria ini. Tidak ada perasaan lebih daripada itu.

Theodore tersenyum simpul kepada Joanna lalu mendekatkan bibirnya ditelinga gadis itu lalu berbisik,

"Kau harus tahu satu hal Joanna, saat kau mengatakan 'aku bersedia', kau tidak akan pernah bisa lepas lagi dariku."

Napas Joanna terhenti selama beberapa detik saat Theo melakukan itu padanya. Pria ini benar-benar akan membuat jantungnya melompat keluar dan kabur sejauh mungkin. Joanna mendesah lalu mendorong Theodore, lalu berlari keluar dari sana.

Theodore terkekeh saat melihat reaksi Joanna yang sudah seperti seorang remaja SMA,

"Dia sangat menggemaskan," gumam Theodore. Tapi kemudian berhenti tersenyum saat ia menyadari hatinya mulai melembut dengan situasi ini. Joanna selalu berhasil membuat dirinya melupakan kenyataan dan realita. Theodore selalu merasa tersihir dengan pesona wanita itu.

Mereka berdua lalu bergabung kembali bersama para ayah mereka setelah pembicaraan didalam toilet wanita dan lanjut menyantap dessert sebagai hidangan terakhir malam itu.

"Joanna, apa kau memiliki permintaan khusus sebagai hadiah pernikahanmu?" Brotus bertanya.

"Hadiah?" Joanna menoleh kearah ayahnya dengan tatapan canggung.Theodore melirik sambil memotong cake vanilla dihadapannya. "Ah..soal itu kurasa tidak perlu paman. Aku tidak ingin merepotkan kalian," jawa Joanna sambil tersenyum sopan.

Theodore meletakkan garpunya dan mengangkat wajahnya,ia menatap Joanna heran karena tidak menyangka wanita itu akan menolak tawaran ayahnya, biasanya para wanita akan sangat agresif jika bersangkutan dengan 'hadiah'.

"Oh tidak Joanna. Kau tidak akan merepotkanku. Kau akan segera menjadi putriku, jadi sudah sepantasnya aku memberikan hadiah sebagai sambutan untukmu. Apa ada sesuatu yang kau inginkan ?" desak Brotus.

Joanna tampak ragu dan canggung, ia mengambil sebuah napkin dan menyeka mulutnya yang berbekas cokelat. Setelah berpikir selama beberapa detik, dia akhirnya berkata,

"Baiklah,paman."

Sekilas Theodore tampak kecewa karena sepertinya penolakan Joanna yang pertama hanyalah semacam formalitas, dan pada akhirnya Joanna juga akan meminta hadiah seperti mobil sport, rumah mewah atau hermes. Seperti calon-calon istri yang sebelumnya.

ONCE UPON NO TIME [TERBIT]Where stories live. Discover now