Chapter 17

17K 1K 3
                                    

"Kita harus berangkat sekarang Theodore," Erick mengingatkan.

"Aku tahu," sahut Theo dengan nada dingin.

"Apa kau tahu semua materi yang akan dibahas disana?" tanya Theo kepada Erick.

"Tentu saja. Kan aku yang buat materinya," jawab Erick mulai curiga.

"Artinya kau bisa membahasnya tanpa aku kan?" cetus Theo dengan senyuman licik.

"Oh,no,no. Theo, jangan bilang kau tidak akan pergi," pekiknya. Erick berkacak pinggang,kesabarannya kepada bos sekaligus sahabatnya ini sepertinya sudah habis.

"Aku tidak pernah absen dalam meeting apapun Erick, jadi hari ini aku ingin mengalah," tukas Theo memelas. Ia lalu berdiri dan berjalan meninggalkan pesawat setelah menepuk-nepuk pundak Erick yang menegang.

"Kau benar-benar sangat merepotkan Theodore!" gerutunya. Theodore menyeringai sambil melambaikan tangan tanpa melihat Erick.

Tanpa menunggu lama,Theodore masuk kedalam mobil yang terparkir diparkiran khusus didalam bandara dan melaju ke arah hotel tempat tinggal Joanna.

Sesuatu tentang penolakan yang terus Joanna lakukan padanya mulai mengganggu Theodore.

"Kau gila Theo,benar-benar gila," gumamnya kepada dirinya sendiri.

Jantungnya berpacu kencang,ketika sesuatu dalam dirinya tidak sabar untuk menarik Joanna kedalam pelukannya malam ini. Mungkin wanita itu akan menggamparnya tapi Theo tidak peduli.

Sesampainya ditujuan, Theodore langsung masuk dan berjalan melintasi lobby. Beberapa orang menatapnya dengan kagum, beberapa menatap karena penasaran. Namun tatapan orang-orang itu tidak membuat langkahnya berhenti.

Theodore masih terganggu dengan alasan kedatangan Joanna di Boston. Saat bertemu ayahnya,keluarga Joanna tampak harmonis dan baik-baik saja, ayahnya juga terlihat sangat baik, artinya Joanna mungkin saja menyembunyikan sesuatu dari mereka. Hutang? Apa mungkin Joanna terlilit hutang dan harus kabur dari Seattle?

"Tidak mungkin. ayahnya pemilik perusahaan sukses disana. Ia juga memiliki Drake Elston sebagai kakak ipar,tidak mungkin Joanna akan kesulitan soal keuangan," pikirnya.

Namun pikiran Theodore buyar saat mendengar suara tertawa seorang pria yang berdiri dibelakangnya. Theodore hanya melirik dari balik bahu tanpa memutar tubuhnya, dia sangat benci melihat pria arogan seperti itu. Yang tertawa seakan-akan dunia milik mereka.

Walaupun banyak yang sedang Theodore pikirkan,ia bisa mendengar sepintas percakapan pria itu ditelepon. Pintu lift terbuka dan dia masuk kedalam, Pria itu masih saja terkekeh tanpa sadar pintu lift sudah terbuka. Theodore tak peduli dan langsung menekan tombol lantai teratas setelah menempelkan kartu khusus yang hanya di miliki VVIP.

Tunggu dulu. Apa tadi aku sempat mendengarnya menyebut nama Joanna? Kenapa dia bicara seperti itu kepadanya? Sialan! Seharusnya aku bertanya padanya tadi.

Pintu lift lalu terbuka. Theodore langsung mendapati penthouse yang Joanna tinggali,lalu menekan tombol bel yang ada disana, tapi belum ada jawaban. Tidak sabaran, Theodore terus-terusan menekan tombol itu, sampai akhirnya Joanna membukakan pintu,namun sambil mengacungkan pisau dapur kearah Theodore dan berteriak,

"PERGIIII!"

***

Theodore mengambil segelas air didapur dan memberikannya kepada Joanna. Joanna sudah lebih tenang dibandingkan dengan tadi, tapi wanita itu masih sangat murung dan enggan untul bicara.

Saat sedang menemani Joanna, Theodore melihat Tv yang menyala menampilkan siaran anak-anak juga camilan cokelat yang ada di atas meja. Sekilas dirinya tersenyum saat memandang situasi yang ada disekitar Joanna,

ONCE UPON NO TIME [TERBIT]Where stories live. Discover now