☁Enam☁

1.3K 108 33
                                    

Happy Reading🥴👍

Bonus chap.
Jangan lupa di vote, komen! 🏃‍♀️💨

Kita mulai dengan yang sederhana,
50 vote 30 komen gas!



"Gimana? Enak gak?"

Gadis itu mengangguk dan memberi dua jempolnya. Nampak sibuk dengan bolu di mulutnya.

"Kamu gak makan bolu nya juga?" Tanya Karla setelah menelan makanan manis itu di mulutnya.

Adka menggeleng. "Kenyang, aku udah makan satu tadi."

Gadis itu mengernyitkan dahinya. "Hah? Satu?"

"Iya, satu potong."

"Ooh."

Kaget banget Karla. Kirain Adka makan satu bolu, bukan satu potong. Lagian gak mungkin juga sih, soalnya kan Adka itu gak terlalu suka makanan manis. Cuma karena ini bolu kesukaannya, jadi dia makan.

Yah, walaupun cuma satu. Satu potong maksudnya.

Tidak sadar ternyata Karla sudah memakan beberapa potong bolu hingga hanya tersisa 3. Perempuan itu meringis menyadari kelakuannya.

"Gak apa-apa, Karla. Nanti aku buat lagi, lagian bahan-bahan masih banyak." Ujar Adka dengan senyum manisnya hingga matanya menyipit membentuk bulan sabit.

Uh, manis sekali.



Kini keduanya tengah duduk berdampingan di ruang TV. Adka nampak menyadarkan kepalanya di pundak Karla dengan nyaman. Lengannya di elus dalam pelukan Karla.

Tetiba Adka tertawa. Dia menunjuk layar TV dengan tangan bergetar karena tawa, memperlihatkan gambar bergerak di dalam sana.

Karla yang sedari tadi sibuk memandangi Adka kini mengalihkan tatapannya ke layar TV, dan oh astaga. Karla ikut tertawa walau tak sekencang Adka.

Pantas saja Adka tertawa, di TV itu terlihat bocah laki-laki berpakaian seperti tuyul tengah nungging di depan selokan. Tubuhnya yang hitam, sangat kontras dengan bedak yang melumurinya. Bocah itu pun hanya memakai celana dalam yang bagian bawahnya menggembung karena pasir.

Adka tertawa terpingkal-pingkal sampai-sampai dia jatuh dari atas sofa dan berguling ke karpet berbulu lembut di bawahnya. Bahkan tak ada ringisan saat dia terjatuh, yang ada malah tawa yang semakin menggelegar.

Karla meringis melihat humor laki-laki itu. Dia berjongkok dan membantu Adka yang masih tertawa walau tidak sekencang tadi untuk duduk bersandar pada sofa.

Adka menghapus air mata di sudut matanya, tangannya memegangi perut yang terasa sakit, kekehan kecil masih terdengar dari bilah bibir kecilnya. "Hus, udah ah. Perutnya jadi sakit kan." Karla ikut menghapus air mata Adka.

Laki-laki itu menyengir kuda, lalu berdiri.

"Mau kemana?"

"Minum, haus." Jawabnya.

"Lagian, suruh siapa ketawa kenceng-kenceng, pasti sakit kan perutnya?" Karla mencibir walau dengan keadaan hati yang cemas.

Adka Is BABY [FemDom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang