☁Empat☁

1.6K 156 13
                                    

Happy Reading🐣
Ayo vote dan komen semwaaa💕📌
_______

Tok, tok, tok!

"Sebentarrr!" Ila melangkah menuju pintu rumah utama dan membuka kunci, setelah itu menarik kenop pintu. "Loh, Karla?"

"Malem tan."

Ila mengangguk dan tersenyum. "Malem juga, Karla. Nyari Adka? Tapi kayaknya anaknya udah tidur, soalnya tadi tante liat lampu kamarnya udah di matiin."

"Maaf, tante. Tadinya aku bohong sama Adka, aku bilang mau kesini tapi aku cuma mau main sama Hafi, kayaknya Adka nya ngambek, hehe." Gadis itu menggaruk belakang kepalanya sembari meringis tak enak.

Ila yang mendengarnya pun tertawa. "Kamu gak perlu minta maaf, lagipula kalo kamu gak gituin Adka, pasti itu anak gak mau tidur jam segini."

"Oh iya tante, ini. Aku beli sekalian kesini tadi." Gadis itu memberikan sebuah bingkisan.

Ila nampak tak enak. "Padahal gak usah repot-repot nak."

"Gapapa, tante. Ini." Dengan sedikit tak enak Ila menerima bingkisan itu.

Wanita yang umurnya belum mencapai setengah abad itu menepuk pundak Karla yang lebih tinggi darinya. "Ayo masuk. Hafi lagi nonton TV sama ayahnya, dia baru selesai belajar."

Karla mengangguk dan berjalan mengikuti Ila yang berjalan duluan.

Keduanya sampai di ruang TV dan Karla segera menyalim tangan Tian yang sedang bercanda bersama Hafi.

"Kak Karla, lama gak kesini?" Tanya Hafi.

Sang Ayah menoel pipi tembam Sang putri gemas. "Bukan Kak Karla yang lama gak kesini, kamu nya aja gak ada pas Kak Karla nya ada disini. Sok sibuk sih."

Hafi memberengut dan mencebikkan bibirnya. Apa sih, ayahnya ini?! Sok sibuk katanya? Siapa suruh menurunkan kepintaran kepada dirinya.

"Udah, udah jangan berantem." Sang mami menyela pertengkaran ayah dan anak itu. Dia menoleh ke arah Karla yang hanya menonton. "Karla, kamu duduk dulu ya. Mami mau buatkan minum."

Karla mengangguk. "Makasih, tante."

Ila pergi meninggalkan ketiga orang itu. Karla duduk di atas sofa dan Hafi beralih berganti duduk di sampingnya.

"Loh, ngapain kamu pindah-pindah?" Tanya Sang ayah dengan raut muka sedikit sinis.

Hafi membalas tak kalah sengit. "Ayah bau." Ujarnya tak berdosa. Dia memeluk lengan Karla dan menyandarkan kepalanya di bahu perempuan itu.

Karla nampak menahan tawanya. Tian kembali menatap kesal ke arah anak perempuan nya. "Apaan kamu? Ayah wangi ya, gak bau. Kamu tuh, bau ketek. Udah gadis tapi bau ketek."

Remaja itu menahan rasa kesalnya. "Ayah! Jangan sembarangan dong! Ayah tuh, bau minyak telon! WLEEE!" Gadis itu memeletkan lidahnya.

"Hafi bau iler!"

"Ayah bau eek!"

Karla menontonnya dengan senyuman. Ia merasa nyaman berada di rumah Adka, selalu begini. Jika ada Hafi, pasti rumah kekasihnya terasa ramai. Dan tentunya drama ayah dan anak itu sangat dinanti-nanti oleh mami Ila, Adka, maupun dirinya.

"Hei, hei, udah, udah. Nanti Adka kebangun gimana? Kalian ini, berantem aja bisanya. Ayah, anaknya jangan diajarin kayak gitu dong. Hafi, jangan kayak gitu nak, nanti jadi anak durhaka."

Dan nasihat mami Ila juga sangat ditunggu-tunggu jika kedua ayah dan anak itu sudah saling mengejek ataupun yang lebih parah, cakar-mencakar, cubit-mencubit.

Adka Is BABY [FemDom]Where stories live. Discover now