11

4.3K 302 2
                                    

Haechan baru menyadari, jika Villa ini memiliki pemandangan yang menyejukkan. Tanaman bunga-bunga yang indah memanjakan matanya yang masih bengkak

Hei- jangan membahas hal semalam ia tidak mau membahas itu!

Dengan menenteng sebuah keranjang kosong, dan ikut memanen bunga-bunga didepan sana. Haechan sudah siap dengan setelan bajunya yang luar biasa tertutup

Salahkah saja suami mesumnya itu!

Lihat, dia harus memakai pakaian tertutup ini dimusim panas

"Tuan, anda ingin bunga apa? Biar saya yang memetikkannya untuk anda" Haechan membuang mukanya, saat melihat suaminya yang terbahak. Ia mengalihkan atensinya saat salah satu pelayanannya bertanya

Ngomong-ngomong soal bunga, sebenarnya ia tidak tau jenis-jenis bunga sih. Tapi manik matanya  menangkap warna merah yang memukau- bagaimana dengan mawar? Bunga itu mengingatkan nya kepada Ibu Mertua- Ah Eomma aku merindukanmu! Batin Haechan

"Bunga mawar saja!" Ucapnya dengan penuh senyuman

Pelayan tadi mengangguk dan berjalan menjauh meninggalkan Haechan yang memang masih berdiri ditempatnya tanpa berniat membantu, bukan tak mau- hanya saja ia sudah kelelahan berjalan

Huft! Pinggangnya terasa nyeri- bukan pinggangnya saja tapi tubuhnya juga terasa remuk. Tapi bukan dirinya jika tak memaksakan diri, inikan liburan jadi ia tidak mau liburannya hanya dihabiskan untuk tidur diatas kasur saja

"Tuan, apakah ini cukup?" Hanya tiga tangkai, pas sekali dengan apa yang dia mau. Tidak terlalu banyak, memangnya harus ia apakan bunga itu? Ia kan hanya ingin melihat dan menyentuhnya saja

"Sudah cukup. Oh Bi- bisakah aku meminta bantuan?"

"Boleh Tuan, apa yang bisa saya lakukan?"

Haechan melirik malas ke arah Jeno yang duduk seraya menepuk perutnya di sana "Itu, berikan orang itu makan Bi"

Pelayan tersebut menahan senyumannya, ia faham akan pertengkaran kecil ini "Maaf Tuan, setahu saya Tuan Jeno sudah memakan sarapannya"

Manik Haechan membulat, ia mencoba memastikan raut wajah suaminya dengan lekat-lekat. Masih sama dengan yang tadi, menepuk perut dan menunduk malas. Haechan hafal, itu adalah kebiasaan Jeno saat lapar

"Em- benarkah? Kalau begitu, aku tidak jadi meminta tolong" Cengir Haechan, dia mengajak pelayan yang menemaninya ini untuk kembali

Pastinya didapur, melewati pintu bagian samping.

•••

"Apa kau masih tak ingin berbicara dengan suamimu ini?" Haechan mencoba untuk menulikan pendengarannya, ia membuang muka walaupun tangannya sibuk menyiapkan segala makan malam untuk suaminya ini

Jeno tersenyum masam, semenjak ia mengenal Haechan- tak sekalipun si manis berani melakukan hal ini kepadanya

Tapi apa boleh buat? Keadaan sudah berjalan, mereka mengenal satu sama lain. Mula-mula sifat keduanya muncul diiringi keterkejutan, yah- itu lebih baik sih. Daripada ia harus adu mulut dengan Haechan

Senyumannya mengembang, teh kesukaannya sudah Haechan siapkan tidak luput dengan beberapa masakan yang sudah memenuhi indra penciuman nya hingga perutnya meraung kelaparan

Tunggu-tunggu!

Kimchi Jigae?!

Jeno membelalakkan matanya melihat satu porsi Kimchi Jigae yang Haechan siapkan untuknya, bukan- bukan dia tak mau. Tapi sudah seharian penuh ia diberi makan Kimchi Jigae oleh istrinya ini

BEING ME [Nohyuck]Where stories live. Discover now