-Siapa laki-laki itu?(34)-

Start from the beginning
                                    

Setelah polisi itu tampak bisa untuk di terobos, ia berlari masuk ke dalam kantor, sebenarnya bukan karena polisi nya lengah, namun mereka sengaja memberikan Nazra kesempatan, karena kasihan.

"Papa!" Teriak Nazra kemudian berhamburan memeluk Khalil, yang tengah duduk menunggu Narafka di luar ruangan introgasi.

"Papa, Narafka gimana Pa, mereka nuduh Narafka yang enggak-enggak ya, Pa?"

"Kamu tenang aja sayang, Narafka ngga lakuin hal keji seperti itu, insyaAllah Allah akan menjaga Narafka dari hal yang ngga baik, kita cuman bisa berdoa, udah-udah jangan nangis lagi, kamu lebih tau tentang Narafka, kan?" Ujar Khalil mencoba menenangkan Nazra sembari mengelus lembut rambut menantu nya itu.

Nazra pun mengangguk kemudian memilih untuk berdoa dalam hati. Sejam kemudian, Narafka keluar dari ruang introgasi.

"Raf ..." Lirih Nazra.

"Nazra, kamu k-kok?"

Nazra langsung berlari, memeluk erat Narafka seakan dirinya benar-benar tidak akan melepas laki-laki itu lagi.

"Kamu bisa pulang kan? Kamu ngga akan di tahan di sini kan?"

Narafka membalas pelukan istrinya itu, "Lihat aku dulu, cantik," Nazra pun mendongak. Mengenakan ibu jarinya ia menyeka air mata Nazra, "Aku tidak terbukti melakukan tindak kriminal Nazra, Alhamdulillah nya aku diijinkan pulang, paling-paling jika aku di perlukan untuk menyampaikan beberapa informasi tentang Ciara, baru aku akan di panggil lagi, jadi jangan nangis lagi, hm?"

"Tapi mereka ngga bakal-"

"Shttt! Mereka punya bukti, bahkan DNA yang tertinggal pada tubuh jasad, dan rekaman CCTV tidak mengarah ke aku,"

"Tapi kamu bilang kamu bakal di introgasi lagi, kenapa harus? Kan bukan kamu-"

"Kamu tau sendiri jawabannya, kan? Karena malam itu, dan aku termasuk orang yang di curigai, tapi karena selama di dalam aku jujur, bahkan semua keterangan yang aku kasih dapat aku buktikan dengan adanya rekaman CCTV di sekitar, jadi aku masih diperbolehkan bebas, tidak seratus persen bebas sebelum laki-laki yang menganiaya Ciara ketemu," jelas Narafka.

"Kita pulang sekarang, hm?"

Nazra mengangguk. Narafka pun mengandeng istrinya itu keluar dari kantor polisi. Sesampai nya di parkiran ia kaget, karena Nazra membawa motornya. "Sahabat kamu ngga bisa di percaya," ucap Narafka.

"Bukan mereka yang ngga bisa di percaya, tapi kamu yang ngga pinter bohong, pulang ini aku harus minta maaf sama Giselle dan Arabel, aku udah bentak sama kasar ke mereka, karena kamu nyuruh Arabel bohong,"

Narafka hanya diam, jujur perasaannya saat ini sedang tak karuan.

"Nazra, Narafka, kalian mau pulang bersama Papa?" Tawar Khalil sembari menghampiri anak dan menantunya, yang sudah lupa akan keberadaan dirinya.

"Maaf Pa, Narafka izin, Nazra tadi bawak motor, jadi biar aku sama Nazra naik motor aja," tolak Narafka.

Khalil pun mengangguk."Yaudah kalau begitu hati-hati," baru saja beberapa langkah Khalil meninggalkan mereka, Narafka tiba-tiba menotice sesuatu.

"Pa!" Panggil nya membuat langkah Khalil berhenti.

"Kamu cuman bawa helm satu Naz, kamu naik sama Papa aja dulu,"

Narafka menarik tangan Nazra untuk menghampiri Khalil. Jujur perasaan Narafka saat ini tidak karuan, ia marah, takut, kecewa, khawatir, dan bingung dengan apa yang telah terjadi. "Nazra naik sama Papa aja, helm nya cuman satu, ini kantor polisi," ujar Narafka.

"Tapi aku mau sama kamu, Raf, aku takut-"

"Naz, helm nya cuman satu, lagian kita bakal ketemu di apartemen," ujar Narafka dengan sedikit penekanan, membuat Nazra menunduk dan tak bersuara.

My Little Husband (END)Where stories live. Discover now