Prolog

985 44 5
                                    


Sebuah perjalanan cinta, yang tadinya telah usay.

Sebuah perjalanan cinta, yang tadinya telah usay

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.


🎵

Honne - location unknow
first love - Utada hikaru
Hollow coves - Blessings
Coldplay - Everglow

Prolog

Meski tidak lama berjumpa, perasaan ini masih ada, sama seperti dulu. Kini rasa rindu selalu membuatku gelisah, aku merasakan hariku kosong tanpa hadirmu sampai detik ini. Hei aku berharap kamu baik-baik saja.

........

Radit berjalan begitu lesu ke dalam ruangan yang terletak di lantai dua, ia duduk di sofa panjang sambil memijat pelipisnya. Rasa pusing kembali menyerangnnya, ini semua akibat semalaman Radit begadang untuk menyelesaikan berkas-berkas yang akan dikirim kepada Ayahnya. Ditambah sekarang ada masalah di kafenya yang baru saja di buka beberapa bulan lalu, ada pegawai baru yang menegur salah satu pengunjung kafe hanya karena pengunjung kafe begitu banyak bicara dan mengajukan protes karena makanan yang dibawakan pegawainya salah.

Padahal Radit sudah mengingatkan para pekerja kafenya untuk bersikap ramah kepada para pengunjung, begitupun jika ada yang protes atau yang lainnya mereka harus menanggapinya dengan sabar tidak boleh dengan emosi nantinya para pengunjung tidak mau lagi singgah di sini, apalagi di sini yang salah adalah pegawainya sendiri. Memikirkan itu semua kepala Radit serasa akan pecah, ia ingin marah dan meluapkan semua emosinya namun ia terrus mencoba untuk menenahan diri.

Pintu ruangan Radit terbuka menampilkan Angkasa orang kepercayaan sekaligus teman Radit. "Lily biar gue yang urus aja Dit, lo pulang aja sana," suruh Angkasa ia merasa kasihan kepada Radit yang begitu lelah dengan pekerjaannya, bahkan lelaki itu tidak mempunyai waktu untuk menyenangkan dirinya sendiri, lelaki itu hanya sibuk bekerja pagi hingga malam. Bahkan Angkasa sampai kepikiran untuk membantu Radit mencari perempuan untuk mendampingi Radit, jika dibiarkan seperti ini terus Radit akan sakit. Padahal pekerjaan bisa dislesaikan besok, akan tetapi Radit selalu kukuh dengan pendiriannya yang ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaannya.

"Oke kalo gitu, gue percayain semuanya sama lo. Gue pergi dulu," pamit Radit sembari bangkit dari sofa dan berjalan ke arah pintu. Angkasa yang masih berada di dekat pintu, langsung menepuk bahu Radit beberapa kali.

"Istirahat yang cukup Dit, biar semua gue yang urus," kata Angkasa dengan yakin lalu diangguki Radit. Radit turun dari tangga menuju lantai satu, ia disuguhi oleh banyaknya pengunjung dan para pegawai yang berlalulangan sambil membawa pesanan dan juga piring kotor, Radit sedikit lega melihatnya karena tidak ada keributan lagi.

Setelah merasa semuanya aman, Radit segera keluar dari kafe ia berjalan ke arah parkiran yang bersebelahan dengan toko bunga yang baru saja kemarin di buka. Aroma harum dari bunga-bunga yang dijual pun sampai ke indra penciumannya. Radit sampai menghentikan langkahnya, ia melihat jejeran bunga yang berada di depan toko itu, matanya terpokus pada bunga anyelir atau carnation dengan berbagai warna yang berada di atas pot putih. Radit memejamkan matanya, dan memaki dalam hati mengapa harus ada toko bunga di dekat kafenya. Dan paling mengejutkannya di pintu kaca toko tersebut terdapat tulisan Aira florist.

Radit jadi teringat kenangan masa lalunya, gadis itu menyukai berbagai macam bunga apalagi bunga anyelir merah, selain bunganya cantik maknanya juga bagus, yaitu melambangkan cinta tulus dan keberuntungan, Bahkan dulu Radit selalu mengantar dia ke toko bunga, hanya untuk membeli satu buket kecil bunga setiap harinya. Padahal si ibu toko tidak menjual buket berukura kecil, tapi untungnya Ibu penjualnya begitu baik, jadi ia memberikannya saja. Dulu Radit belum sesukses sekarang, ia masih pelajar jadi uang sakunya hanya sedikit dan tidak bisa membelikan sebuket bunga ukuran sedang atau besar untuk dia.

Hanya ilustrasi

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Hanya ilustrasi

Sedangkan di dalam toko bunga tersebut terdapat satu orang perempuan yang tengah membereskan beberapa bunga yang berserakan di meja bentuk bundar, setelah selesai ia menghela napas pelan kemudian menarik salah satu kursi. Namanya Aira Diandra, gadis itu masih was-was dan ragu dengan semua ini, ia takut jika toko bunganya tidak seramai yang ia pikirkan, kemarin saja yang membeli bunga hanya beberapa orang. Apa ia salah mengambil usaha ini?

Aira segera menggeleng, ia tidak boleh ragu dengan semua ini, semuanya pasti bisa berjalan dengan lancar toko bunganya baru saja dibuka kemarin jadi wajar saja orang-orang belum mengetahuinya. Apakah Aira harus mempromosikan tokonya lewat sosial media agar lebih mudah?

"Ide bagus," girang Aira kemudian ia bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri tas selempang rajutnya yang ia taruh di gantungan tembok. Sekarang Aira sudah memegang ponselnya, Aira melakukan banyak hal mulai dari memotret toko bunganya, memotret bunga yang ia jual dan juga membuat video dia yang tengah membuat buket bunga. Dan tentunya hasilnya memuaskan, Aira tinggal mengunggahnya dan selesai.

"Gini aja cape banget ya, tapi aku suka apalagi punya toko bunga adalah impian aku dari dulu," gumam Aira sembari terus menatap ke berbagai sudut toko yang penuh dengan bunga dan peralatan untuk bunga, seperti pot dari berbagai macam ukuran, vas kaca atu keramik, dan masih banyak lagi.

Aira sedari dulu memang sangat menyukai jenis-jenis bunga yang menurutnya cantik, bahkan Aira hapal sedikit makna dari bunga-bunga yang ia sukai. Aira begitu penasaran, sehingga ia mencari informasi dari internet. Dari dulu juga ia sangat memimpikan ingin mempunyai toko bunga sendiri.

Tiba-tiba Aira terkekeh pelan ketika isi kepalanya menampilkan memori yang begitu indah dan menyakitkan untuk sekarang. "Kamu gak perlu beliin aku toko bunga Dit, karena aku udah punya," lirih Aira lalu menunduk. Dia mengingat dulu Radit bersungguh-sungguh akan membeli sebuah toko bunga untuk Aira, jika tidak ada toko yang akan dijual maka ia yang akan membangun toko bunga ityu untuk Aira.

Tanpa sadar mata Aira mulai berkaca-kaca setelah mengingatnya, tiba-tiba saja ia kembali merindukan sosok Radit yang dulunya selalu ada untuk dia. Jika bisa Aira ingin kembali bertemu dengan Radit, ia hanya ingin melihat bagaimana keaadaan Radit apakah lelaki itu baik-baik saja sekarang dan mungkin tambah bahagia?

Aira menghembuskan napasnya pelan, jika ia bertemu dengan Radit pasti Radit akan marah dan membencinya, tidak ada lagi senyuman manis yang selalu Radit berikan jika bertemu Aira seperti dulu, tapi Aira juga harus menerima. Karena yang memulai untuk mengakhiri hubungan mereka adalah Aira sendiri.

***

DESTINY (End)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora