20. Lupa sejenak

269 17 0
                                    

Perjalanan cinta yang tadinya telah usai.

Perjalanan cinta yang tadinya telah usai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


20. Lupa sejenak

Jalanan kota terlihat basah, beserta kabut tipis menyelimuti, hawa dingin menusuk sampai ketulang, cuaca seakaan tak ingin berganti, sedari subuh grimis terus turun tiada henti, membuat sebagian orang malas untuk beraktivitas sama halnya dengan Aira. Gadis itu hanya duduk termenung di ruang tamu sembari menatap jendela yang berembun.

Pakaian hangat telah membalut tubuhnya, secangkir teh hangat pun sudah diletakan di sampingnya. Sejak Nenek Deana memutuskan untuk menginap selama satu minggu di rumah anaknya, Aira jadi kesepian hari-harinya sangat membosankan, apalagi sekarang ia banyak berdiam diri di rumah sebab ia sudah mempunyai pegawai baru di toko.

Dia meraih secangkir teh kemudian meneguknya sampai setengah, helaan napas kembali terdengar. Lebih baik Aira pergi ke toko daripada harus kebosanan seperti ini. Aira bangkit dari duduknya dia berjalan ke arah kamar untuk mengambil tas dan barang-barang yang dibutuhkan. Setelah itu dia keluar rumah menuju halte.

Di halte Aira bertemu lagi dengan Charlie tetangganya. "Lama gak ketemu, kemana aja tuh?" tanya Charlie menaik turunkan alisnya.

Dahi Aira mengerut, ia menggeplak pelan punggung Caharlie. "Aku gak kemana-mana, kamu 'kan lagi kuliah di luar kota makanya kita jarang ketemu." Charlie tertawa ia menepuk jidatnya pelan merasa bodoh dengan tingkahnya.

"Mau kemana?" tanya Charlie sembari menatap tas rajut berwarna hijau muda milik Aira. "Ke toko mungkin," jawab Aira agak ragu, dia takut bertemu dengan seseorang apalagi tokonya bersebelahan hanya terhalang tempat parkir saja.

"Kamu sendiri?" tanya Aira dia bisa melihat tingkah bodoh Charlie, lelaki itu tiba-tiba menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil cengengesan. "Sedari pagi aku di sini, liatin orang-orang naik ke bus." Aira menggeleng pelan, dia terkekeh juga sebab merasa lucu dan gemas pada Charlie. Lelaki yang lebih muda darinya itu membuang-buang waktu, padahal banyak sekali aktivitas untuk mengusir rasa bosan.

"Toko kamu 'kan punya pegawai, kita jalan yuk. Aku ajak kamu jalan-jalan ke perpustakaan besar yang baru di buka itu," ajak Charlie membuat Aira tergiur dengan tawaran itu. Selama tinggal di sini, ia belum pernah jalan-jalan dia hanya sibuk mengurus toko dan Nenek, di benarnya sama sekali tidak berpikir akan jalan-jalan.

"Bolehdeh, mumpung aku bawa uang." Aira terlihat girang sekali, mereka berdua terus mengobrol merencanakan apa yang akan mereka lakukan di perpustakaan nanti, sampai bus datang dan mereka langsung naik ke bus itu. Hanya butuh waktu sekitar limabelas menit Aira dan Charlie telah sampai di perpustakaan kota yang baru saja di buka, mereka berdua masuk dan dibuat terkagum kagum saat melihat rak besar yang diisi oleh ribuan novel.

Di perpustakaan itu banyak sekali ruangan-ruangan, untuk para pengunjung yang ingin membaca novel, kebanyakan novel di sini adalah novel klasik, Aira menyukainya apalagi di sini banyak sekali novel terjemahan  karya dari Jane Austen.

Aira dan Charlie memilih duduk di lantai yang dilapisi oleh karpet dekat rak novel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aira dan Charlie memilih duduk di lantai yang dilapisi oleh karpet dekat rak novel. Wajah mereka berdua terlihat berseri-seri, apalagi Aira dia begitu senang menemukan tempat ini, dia berjanji akan berkunjung terus terusan ke tempat ini.

"Suka banget, mau lama di sini," kata Aira sambil memeluk novel terjemahan karya Jane Austen yang super tebal itu, sedangkan Charlie membaca komik horor lelaki itu terlihat serius sekali sembari bersandar pada rak.

"Nginep aja di sini kalo mau lama," celetuk Charie disambut tawa oleh Aira, tidak akan mungkin yang ada mereka mungkin akan ditegur atau diusir oleh penjaga.

"Lagi suka sama cewek aku, tapi dia kayak gak suka sama aku," kata Charlie matanya tetap fokus pada komik yang dipegangnya. Dahi Aira mengerut, tumben sekali Charlie bercerita persoalan cinta. Tapi ini sangat menarik, sebab jika bertemu mereka hanya mengobrol tentang keseharian, kulineran ataupun film yang mereka lihat. Tidak pernah sekalipun membahas hubungan asmara masing-masing.

"Kok kamu tau kalo dia gak suka sama kamu?" tanya Aira dengan dahi mengerut.

"Dari ekspresinya aja udah keliatan, kalo aku deketin dia langsung menghindar. Menurut kamu aku harus gimana?" tanya Charlie sembari menutup komik yang tengah dibacanya, kemudian menaruh kembali pada rak.

Aira terlihat berpikir, dia menepuk-nepuk pipinya dengan jari telunjuk, Aira juga bingung apa mungkin perempuan yang disukai Charlie sudah mempunyai seorang lelaki? Atau memang tidak tertarik dengan Charlie? "Mungkin dia udah punya pacar?"

Charlie menggeleng lalu menghembuskan napas kasar. "Dia pendiem, bukan cuman aku yang terus terang deketin dia. Banyak lelaki juga yang deketin dia, tapi gak ditanggepin." Aira tersenyum lebar, dia mendekat pada Charlie.

"Kalo susah dideketin, dia tuh perempuan yang hatinya beku. Jangan terlalu cepet buat jadiin dia pasangan, kamu deketin dulu dia sebagai teman lalu berbagi cerita nantinya juga bakal akrab dan nyaman." Entah bagaimana respon dari Charlie, karena pikiran Aira tertuju pada masa dimana dia dan Radit sebelum pacaran. Radit mendekatinya dengan perlahan, mengajak untuk menjadi teman, berbagi cerita lalu ia merasa nyaman dan bertepatan dengan itu Radit menyatakan perasaannya. Aira tersenyum tipis mengingat itu semua, pasti semua orang mempunyai kisah asmara yang berbeda dan cara mereka untuk bahagia juga berbeda dengan kita, mereka punya cara masing-masing.

"Wow ... terima kasih sarannya Nona Aira, akan aku coba." Charlie menyemangati dirinya dengan sungguh-sungguh, dia juga berlatih untuk mengucapkan bahwa ia ingin berteman dengan gadis yang ia cintai. Dan Aira harus pura-pura menjadi gadis pendiam sesuai karakter gadis itu.

"Maukah kamu berteman denganku?" Aira malah tertawa, wajah Charlie terlihat lucu bahkan wajahnya memerah telinganya juga.

"Terlalu kaku dan baku," komentar Aira setelah menyudahi tawanya. Charlie mengerucutkan bibir.

"Hey ... mari berteman denganku, aku akan melindungimu dari bahaya apapun termasuk para lelaki jelalatan yang haus akan belaian itu!" Charlie menepuk dadanya dengan wajah sungguh-sungguh, Aira dibuat tertawa lagi. Untuk sejenak ia melupakan masalahnya dengan Radit berkat Charlie.

"Emangnya gadis itu suka diganggu sama lelaki kayak gitu?" tanya Aira dengan kekehan.

"Aku menganggap lelaki yang ngedeketin dia kayak gitu." Aira geleng-geleng kepala.

"Em ... gini aja misalkan ada tugas, terus kamu ajak dia nugas bareng terus kamu ajak ngobrol apapun nanti bakalan nyambung, percaya sama aku," saran Aira tangannya membentuk huruf v.

Charlie terlihat berpikir sambil menompamg pipi, semoga saja saran dari Aira berhasil. Aira memberi saran karena ia sudah berpengalaman, dulu Radit juga begitu pas mau mendekatinya.

Aira menepuk jidatnya, lagi-lagi Radit yang muncul diotaknya. Ternyata melupakan Radit sesusah itu. Walau lupa sejenak tapi beberapa saat akan muncul kembali.

....

DESTINY (End)Where stories live. Discover now