Chapter 8 Selamat Tinggal Istanaku

44 41 9
                                    

Seharian Ji Hyun mengurung diri di kamar. Ia menenggelamkan diri dalam lautan masalah yang sekarang sedang dihadapinya. Berkali-kali Ji Hyun menghela nafas membayangkan kehidupannya kini yang sudah jatuh miskin. 

Ia tidak percaya saat diberitahu kalau perusahaan keluarganya itu sudah benar-benar bangkrut total. Ia memejamkan mata berharap semua yang ia hadapi saat ini hanya mimpi, tapi saat ia membuka kedua matanya lagi ia akan dihadapkan dengan kenyataan berat yang harus ia hadapi.

"Aaaaaa!!!" teriak Ji Hyun dengan kencang. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" kepala Ji Hyun langsung terasa berat mengingat hidup yang akan dilaluinya tanpa ayahnya, lebih tepatnya tanpa uang dari ayahnya. 

Ia pun merebahkan badannya di atas ranjang dan menutup kedua matanya, berharap semua yang terjadi padanya hanyalah mimpi. Tetapi berulang kali ia memejamkan mata, ia hanya akan mendapati dirinya dalam realita kehidupannya. Realita kalau ia sekarang jatuh miskin.

Ji Hyun berulang kali mengumpat pamannya yang kini kabur entah ke mana. Pamannya itu benar-benar tidak bertanggung jawab. Bukannya menjaga keponakan perempuan satu-satunya, tetapi malah meninggalkannya begitu saja. Ji Hyun tidak tahu lagi bagaimana besok ia akan menjalani hidupnya. 

Apa yang harus ia lakukan? Di mana ia harus tinggal? Bagaimana ia harus bertemu dengan teman-temannya? Bagaimana ia harus membayar semua tagihan credit cardnya? Bagaimana caranya ia mendapatkan uang untuk membeli tas dan sepatu koleksi terbaru?

Uang. Betul, uang adalah satu-satunya masalah yang Ji Hyun hadapi saat ini. Dari mana ia mendapatkan uang? Pamannya yang tidak bertanggung jawab itu bisa-bisanya meninggalkan Ji Hyun tanpa meninggalkan sejumlah uang untuk hidup Ji Hyun. Ji Hyun pun berlari menuju lemarinya dan mengambil beberapa buku tabungan yang ia miliki. 

Hanya ada satu buku tabungan yang saldonya masih dapat diharapkan oleh Ji Hyun, sementara yang lainnya benar-benar hanya sebuah buku yang tidak berguna sama sekali saat ini karena tidak ada nominal saldo yang tersisa. Sejak dulu Ji Hyun tidak terbiasa menabung. Ia tidak bisa mengelola keuangan pribadinya. Uang yang ada dalam tabungannya selalu saja habis untuk berbelanja dan berpesta bersama dengan teman-temannya.

"Appa!!! Eomma!!! Kenapa kalian tega meninggalkan aku seperti ini?" teriak Ji Hyun sambil terisak meratapi nasibnya.

                                                                                            ***

Ji Hyun keluar dari dalam kamar. Tangannya menyeret koper-kopernya dengan berat hati. Ia tidak ingin meninggalkan rumah mewah milik keluarganya. Pandangannya tertuju pada kamar kerja ayahnya. Ia menyeka air matanya yang menetes perlahan. 

Ia menatap seluruh isi rumahnya dari balkon atas, halaman yang luas dan hijau serta kolam renang dan Jacuzzi (kolam air panas) kebanggaannya kini sudah tidak bisa ia nikmati lagi. 

Seluruh aset keluarganya telah di tarik oleh bank. Semua mobil yang terparkir di garasi sudah lenyap. Hanya rumah ini satu-satunya yang ia miliki, tetapi pamannya telah menggadaikan rumah satu-satunya warisan milik ayahnya. Dalam hatinya, Ji Hyun tidak berhenti memaki pamannya yang telah membuatnya tidak punya tempat tinggal lagi.

"Agassi, Anda akan tinggal di mana?" bibi Hwan tiba-tiba berbicara di belakang Ji Hyun. Hanya bibi Hwan yang masih ada di rumah itu, sementara semua pekerja yang ada di rumahnya sudah angkat kaki sejak mendengar majikan mereka bangkrut.

"Oh itu...aku..." Ji Hyun tidak tahu saat ini ia akan tinggal di mana. Tidak ada tempat yang bisa ia kunjungi. Mendiang ayahnya tidak punya saudara lain selain pamannya yang melarikan diri itu. Ia tidak akan mau hidup menumpang di keluarga ibunya yang sangat sombong itu. Tadi pagi, ia menelpon salah seorang keluarga ibunya dan tanggapan keluarga ibunya sungguh membuat mulutnya menganga lebar. 

Mereka sama sekali tidak menganggap Ji Hyun keluarga mereka lagi. Bagi mereka, Ji Hyun sudah miskin dan bangkrut sehingga mereka tidak akan mengizinkan Ji Hyun menginjakkan kakinya di rumah keluarga mereka karena mereka takut kalau Ji Hyun akan membawa sial bagi keluarga mereka.

"Agassi tinggal di rumahku saja," tawar bibi Hwan.

"Apa?" mulut Ji Hyun langsung menganga dengan cepat. Apa dia serius mengatakan itu? Aku. Seorang Han Ji Hyun tinggal di rumah pembantunya. Jangan bercanda! Aku tidak mungkin melakukan hal itu. Tidak boleh Han Ji Hyun! Meski keluargamu bangkrut, kau masih punya harga diri.

"Agassi," bibi Hwan memberikan alamatnya yang ia tulis di secarik kertas. "Rumahku ini selalu terbuka untuk Agassi kapanpun Agassi datang," bibi Hwan kemudian berpamitan kepada Ji Hyun dan meninggalkan Ji Hyun sendiri. 

Ji Hyun kemudian ingat satu tempat yang bisa ia datangi.

                                                                                  ***

Notes:

* Eomma adalah ibu

* Agassi adalah nona

Rooftop MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang