Chapter 1 Matahari di Seoul

166 65 33
                                    

"Sinar matahari memang menghangatkan, tetapi juga dapat membuat kedua mata kita silau. Silau karena cahayanya yang terlalu bersinar sehingga membuat kedua mata kita sakit saat melihatnya."

Jam sudah menunjukkan pertengahan malam dan udara malam sudah semakin mendingin, tetapi suasana di dalam ruangan itu justru semakin memanas. Gemerlapnya lampu kerlap kerlip membuat suasana pesta meriah. Volume musik yang dimainkan oleh DJ ternama semakin dikencangkan. Semua orang pun semakin bersemangat menggerakkan tubuh mereka seperti tersihir oleh suasana pesta.

"Kita akan berpesta sampai pagi!" teriak seorang gadis yang mengenakan jewelled bustier dress berwarna hitam. Gaun ini berpotongan sedikit terbuka di bagian depan dengan hiasan permata di sekitar dada yang membuatnya terlihat lebih elegan. Gaun mini itu membuat seluruh lekuk tubuhnya menjadi terlihat dengan tegas. Rambut coklatnya yang panjang sepinggang dengan bentuk ikal dibagian bawah dan poni tebal menyamping yang menutupi sebagian alisnya. Riasan make upnya yang tebal dengan lipstick berwarna merah membuatnya terlihat lebih seksi. Ia memang sangat suka menjadi pusat perhatian.

"Pesan saja sesuka kalian!" gadis itu menoleh ke arah teman-temannya. Ia sangat suka mengadakan pesta dan mentraktir teman-temannya. Baginya dengan mentraktir teman-temannya, ia akan mempunyai kepuasan tersendiri. Teman-temannya pasti akan mengelu-elukannya dan memujinya setelah mendapat traktiran dari dia. Teman-teman gadis itu semuanya berasal dari kalangan chaebol. Bagi anak-anak seperti mereka, orang tua mereka akan melarang mereka berteman dengan orang yang tidak sederajat apalagi berteman dengan orang biasa.

Gadis itu melipir ke sudut ruangan dan membuka pintu ruangan. Ia berjalan menyusuri lorong menuju toilet. Kedua matanya mengamati dinding-dinding yang mengapit lorong tersebut. Kepalanya mengangguk-angguk menatap dinding yang berhiaskan marmer dan batu-batuan yang harganya bisa mencapai jutaan won.

"Aku sangat suka tempat ini," ucap gadis itu sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Klub malam di daerah Cheondam-dong yang bernama Evenue baru saja dibuka tiga hari yang lalu. Klub malam yang di buat khusus untuk kalangan VIP membuat tempat ini menjadi salah satu pilihan menghabiskan malam bagi para kalangan chaebol. Untuk memesan satu ruangan di sana saja, kita harus mengeluarkan uang ratusan ribu won perjamnya.

Gadis itu pun masuk ke dalam toilet untuk membetulkan riasan make upnya. Gadis itu memang selalu ingin terlihat lebih cantik dan sempurna di hadapan semua orang. Ia dapat menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit di dalam toilet untuk membenarkan riasannya.

"Ponselku!" ia mengacak-acak isi clutchnya. Ia kemudian teringat sesuatu, "Oh My God!" ia baru ingat kalau ponselnya masih tertinggal di mobil. Ia terlalu asik mengobrol dengan teman-temannya sehingga ia melupakan ponselnya. Ia berjalan menuju halaman parkiran dan mengambil ponselnya di dalam mobil. 

Setelah mengambil ponselnya, ia berjalan menuju pintu masuk. Sial bagi gadis itu, ada seorang lelaki mabuk yang berlari dengan cepat dan tidak memperhatikan jalan sekitarnya sehingga tubuhnya menabrak gadis itu dengan keras dan tubuh gadis itu langsung menyentuh tanah. Ponselnya terlempar jauh dari tangannya. Lelaki itu tidak memperdulikan gadis yang terjatuh di hadapannya. Ia lalu berlari lagi tetapi ia tidak sadar kalau kakinya telah menginjak ponsel milik gadis itu.

"Yaa!" darah gadis itu langsung mendidih begitu melihat layar ponselnya retak. "Berhenti!!!" teriak gadis itu dengan kencang. Lelaki itu tidak menoleh dan tetap berlari. Ia tampak sedang terburu-buru seperti dikejar setan kematian saja.

"Yaa! Yaa!" gadis itu ikut berlari mengikuti lelaki itu dari belakang. Langkah kaki pria itu yang terlalu cepat membuat gadis itu tidak bisa mengikutinya, ditambah dengan high heels Giordano 11 cm yang membuat kakinya langsung terasa pegal. 

Ia pun membungkuk, meletakkan kedua tangannya di kedua lututnya. Nafasnya terengah-engah. Ia tampak sudah kuat lagi jika mengkuti lelaki yang saat ini sudah jauh berlari dan menghilang di hadapannya.

Ponsel yang sedang ia pegang pun berdering. Ia pun menggeser pelan tombol berwarna hijau yang ada di sebelah kiri bawah ponselnya dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Han Ji Hyun! Kau lama sekali! Kau mau melarikan diri ya?" ucap suara dari seberang ponsel. Salah satu temannya menyadari kalau Ji Hyun pergi ke toilet terlalu lama.

"Cih, melarikan diri? Hati-hati kau kalau bicara! Apa kau lupa kalau aku ini Han Ji Hyun?" Ji Hyun selalu membanggakan statusnya sebagai puteri tunggal generasi kelima Dae Han Group. Sebuah perusahaan properti ternama yang ada di Korea.

Berani-beraninya mengatakan aku melarikan diri! Akan kuberi pelajaran nanti! Ji Hyun paling tidak suka dianggap remeh oleh teman-temannya. Pernah sewaktu sekolah menengah, ada salah seorang anak yang merendahkannya dan Ji Hyun langsung membuat perhitungan dengan anak itu menggunakan kekuasaan ayahnya. Anak itu pun tidak betah berada di sekolah dan langsung keluar dari sekolah.

"Aku akan segera ke sana!" Ji Hyun menutup teleponnya sambil memikirkan pelajaran apa yang akan ia berikan pada orang yang baru saja menelponnya.

                                                                             ***


Notes:

* Chaebol adalah sebutan untuk keturunan bangsawan dan konglomerat di Korea

* Agassi adalah panggilan nona

* Oppa adalah panggilan untuk kakak laki-laki (diucapkan oleh perempuan)

* Appa adalah ayah

* Samchon adalah paman (dari keluarga ayah)

Rooftop MelodyKde žijí příběhy. Začni objevovat