15.

588 66 10
                                    

💚(Siapkan cemilan dulu, rebahkan badan, ambil posisi enak, jangan lupa bernapas, now, enjoy~)
.
.
.

Namjoon telah menutup kasus hilangnya Seokjin. Mereka sepakat memilih jalan damai dan tidak memberitahukan siapa tersangkanya. Kerugian material selama penyidikan pun telah diselesaikan dengan baik. Walau begitu, Namjoon dan Seokjin tetap disarankan agar melapor jika ada masalah kriminal lain yang terjadi. Mereka secara langsung telah diakui sebagai warga setempat.

Pemulihan fisik dan psikis Seokjin berlangsung membaik. Begitu pun Namjoon. Taehyung diminta untuk tinggal beberapa lama lagi karena permintaan ibunya, padahal niat hati ingin menjenguk anak dan mantu, tapi tak bisa, harus bersama Sora di Ilsan untuk Seonu yang masih belum bisa diajak ke mana-mana pasca sembuh dari sakit waktu itu. Jadi, mereka terpaksa hanya bertemu melalui panggilan video. Selama tiga hari berturut-turut mengobrol panjang dengan Seokjin. Sementara suaminya, pergi menyelesaikan urusan kerjaan yang selalu mendapat petuah agar kembali sebelum makan malam. Hanya setengah jam. Setiap hari. Mau itu kerjaannya selesai atau tidak, Namjoon harus pulang. Taehyung jadi kaki tangan Seokjin yang sangat siaga kalau-kalau sampai petuah kepulangan itu dilanggar. Dia dengan senang hati akan menyeret pulang kakaknya menggunakan cara sopan sampai luar biasa 'sopan', sudah ada dalam agenda Taehyung. Mana kala dia dapat dukungan penuh dari si Kakak Ipar, oh, tentu saja tingkat kuasanya berada di titik puncak.

Terlebih, Taehyung belum puas menyarangkan tinjunya di wajah nakal Jungkook. Dia masih sering bermimpi buruk akibat serangan hari itu. Merasa, kalau dia telah diapa-apakan saat tak sadarkan diri dan itu membuatnya kesal.

Selesai bersantap malam bersama yang lagi-lagi ditepati Namjoon untuk pulang tanpa melanggar jam, Namjoon yang hendak ikutan tidur di sisi suaminya, dikagetkan suara ponsel. Awalnya ingin berbicara sedikit lebih jauh dari tempat tidur tapi, Seokjin mengigau lirih, menyebut Namjoon. Jadinya, sepelan mungkin, Namjoon menjawab panggilan. Jemarinya mengusap-usap kening Seokjin sembari membiarkan diri dipeluk. Punggung bersandar ke kepala ranjang dan seketika semburan suara menusuk telinganya.

"Pelan sedikit, Sobat." Namjoon melirik suaminya yang untung tidak terusik.

"Bagaimana bisa?! Oh, astaga. Dengar. Aku sudah di bandara sekarang. Jantungku copot saat tahu Seokjin diculik! Baiklah. Jadwalku telah selesai dan kita bisa bertemu kenalanku di Selandia yang punya koneksi di Federasi sana dan kita akan mengobrak-abrik satu kota sampai ketemu."

"Terima kasih tapi, tak perlu."

"Apa katamu?! Kau—astaga! Manusia macam apa kau?! Suamimu hilang! Diculik oleh entah siapa dan mungkin sedang tidak baik-baik saja sekarang! BISA-BISANYA KAU TERDENGAR TENANG BEGINI?!"

"Uh, maksudku—"

"KAU LUPA DIA PERNAH DISEKAP? KAU LUPA KALAU DIA NYARIS DIJUAL SETELAH DILECEHKAN OLEH PRIA YANG KEDOKNYA AYAH ANGKAT ITU? DIA PUNYA TRAUMA, KIM NAMJOON! DIA SEKARANG BAHKAN ENTAH DI MANA! BAYANGKAN DALAM KEADAANNYA YANG TAK BISA LIHAT APA PUN, BAGAIMANA DIA SANGGUP MEMBELA DIRI?! KAU SUNGGUH TAK BECUS MENJAGANYA! FIRASATKU TERBUKTI BENAR KALAU"

"Seokjin sudah ketemu, Hoba. Dia bersamaku sekarang."

"KETEeh? Apa? Kau bilang apa?"

"Dia sudah bersamaku. Lagi tidur pula. Mau lihat?" Namjoon beralih ke panggilan video, mengarahkan kamera tepat ke Seokjin yang pulas. "Tanpa luka. Ya, lebih kurus memang, tapi sekarang sedang kuusahakan agar makan banyak lagi." Gumam kelegaan terdengar kemudian, Namjoon menatap sekilas pemandangan seberang, Hoseok benaran sedang di bandara, di ruang tunggu yang untungnya tak banyak orang. "Kau bisa tenang sekarang."

Wajah di seberang mengernyit kejam, menunjuk-nunjuk layar dengan gemas. "Aku akan tetap ke situ dan siapkan bokongmu untuk kutendang! Bersyukurlah aku sibuk di luar negeri sementara itu terjadi kalau tidak, akan kucekik kau—eh, tunggu, jadi pelakunya tertangkap, 'kan? Katakan. Katakan siapa dan di mana tahi kuda itu biar kupatahkan lehernya! Beraninya sama orang lemah! Siapa dia?" Walau tegas, intonasi Hoseok lebih pelan karena tahu Seokjin terlelap.

Honne | NJ √Where stories live. Discover now