11.

487 61 20
                                    

" ... itu ...."

"Kalian bukan hanya sekali bersenggama, bukan? Tentunya, kau tahu suara siapa itu."

" ... "

"Tak mau tahu dengan siapa dia tengah saling beradu mesra? Atau, kau menolak percaya?"

"Tidak. Itu suaranya dan aku percaya dia punya alasan di balik semua itu."

"Mencoba naif?"

"Tidak."

"Lalu?"

"Apa yang kupercaya, sangat jauh dari hal yang kau tunjukkan padaku."

"Bahkan menolak kecewa? Perasaanmu baik-baik saja sekarang?"

" ... "

"Bersikap tegar akan membuatmu tambah menggelikan, Baek Seokjin."

"Bohong jika tidak merasa apa-apa, tapi aku tidak keberatan jika kau menganggapku demikian. Aku tahu siapa suamiku."

"Benarkah? Termasuk kegiatan amoralnya tadi?"

"Dia pasti punya asalan. Itu hanya tindakan reflek semata. Aku yakin bukan dia yang meminta pertama."

"Kau ... masih membelanya setelah kuberikan bukti nyata kalau suamimu hanya berucap dusta? Dia kurang berusaha mencarimu dan malah menindih anak didiknya sendiri di atas sofa rumah kalian!"

"Namjoon juga manusia. Pikirannya kalut. Dia hanya melampiaskan, bukan terbuai rayu picisan. Kau cuma menunjukkan bagian buruknya, bukan keseluruhan cerita."

"Oh, hebat. Hebat sekali. Opini bulat yang sungguh berdedikasi. Otakmu benar-benar telah dicuci. Apa kau sungguh-sungguh menerima sabotase keadaan cacatmu seumur hidup? Perlukah kujabarkan ulang kalau kau sengaja diarahkan agar menyusulnya menggunakan kendaraan yang sudah disabotase itu agar kau celaka? Lidahnya itu tajam dan mulutnya manis beracun! Kau koma dan semua rasa bersalahmu itu tidak pantas untuknya! Kau adalah korban! Kau sampai punya suara-suara iblis dalam kepalamu itu karena dirinya! Tidakkah—"

"Aku percaya padanya. Apa pun yang kau katakan, takkan mengubah keyakinanku."

" ... ya, benar. Yang buta bukan hanya matamu kurasa. Tubuh dan jiwamu juga sudah rusak."

"Kau salah. Namjoon justru membuatku hidup, bukan sebaliknya."

" ... apa? Apa yang kalian punya, yang tak kupahami? Apa yang kulewatkan?"

"Cinta."

"Heh. Betapa manisnya. Oke, baiklah. Kau menang, tapi, kau tetap di sini dan akan kunikmati lagi, seberapa jauh sintingnya suamimu."

"Ap-tunggu! Tidak, kumohon. Jangan—"

"Aku masih punya urusan dengannya, Manis. Karena cinta  milikku sudah dirampas olehnya, aku harus membalas dengan cara yang sama. Tenang. Aku tetap takkan menyentuhmu, hanya akan menyimpanmu selama mungkin, sampai Si Sialan itu gila sepenuhnya."

"Tidak! Kumohon! Jangan lakukan ini! Balas dendam takkan membuatnya  kembali, bukan?"

"Iya. Kau benar."

"Jadi, kumohon. Biarkan aku pulang. Namjoon—"

"Harus kubuat gila sampai dia meminta kematian karena dirimu."

"Jangan! Kumohon, jangan. Aku mohon. Aku mohon padamu. Jangan lakukan ini ...."

"Tidak. Dia harus tahu, rasanya kehilangan seorang yang tersayang itu seperti apa ."

.

"Katakan padaku! Di mana Gloss?! KAU TAHU MAKSUDKU! KAU PUNYA KONEKSI DENGANNYA!" Namjoon meremas kerah baju tahanan itu yang bertambah robek lebar. Menolak melepaskan cengkeramannya walau dua petugas sudah menariknya sekuat tenaga.

Honne | NJ √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang