Mobil itu pun melaju ditemani keheningan dari kedua insan didalamnya, sampai mobil itu telah memasuki area sekolah dan diikuti oleh puluhan pasang mata yang menengok kearah mobil tersebut.

"Emm, aku turun disini aja ya?" tanya Aira hati-hati.

Mendengar pertanyaan gadis itu, Alvin pun memberhentikan mobilnya. Tetapi baru akan membuka suara, Aira langsung saja membuka pintu mobil dengan cepat dan berjalan memasuki area sekolah.

"Dasar gak tau terima kasih," gumam Alvin, lalu kembali menjalankan mobilnya mencari tempat parkir.

----------

Aira berjalan dikoridor dengan kepala yang ditundukkan karena banyak pasang mata yang melihatnya sinis bahkan mengejeknya secara terang terangan.

Ia terus saja berjalan tanpa melihat siapa yang berada didepannya. Sampai tiba tiba ada sebuah sepatu yang mengganjal kakinya, Aira pun tidak bisa menghindar. Ia lalu tersungkur kedepan dan mengundang gelak tawa siswa yang melihatnya.

Aira mendongak dan melihat Naomi yang tersenyum sinis dengan tangan yang terlipat didadanya.

"Ternyata lo punya nyali juga ya," ucap Naomi.

Aira hendak berdiri, namun Naomi mendorong bahunya dengan kencang sehingga Aira kembali terjatuh dengan posisi duduk.

"Lo pikir dengan ngedekatin Alvin, lo bisa mendadak terkenal gitu? Sadar bego! Lo tuh gak cocok sama Alvin. Lo tuh cuma kayak kuman yang harus di basmi!" sarkas Naomi sambil mendorong dahi Aira dengan jari telunjuknya.

Suara bisik-bisik dari siswa yang melihatnya pun terdengar, Aira hanya bisa menundukkan kepalanya sambil menahan tangisannya.

Namun tidak lama kemudian, suara-suara itu seketika lenyap bersamaan dengan sebuah tangan yang terulur didepannya.

Aira mendongak dan melihat Alvin, sang pemilik tangan yang menatapnya datar. Ia tidak berniat sedikit pun untuk membalas uluran itu, namun lelaki itu tiba tiba memegang tangannya dan membantunya untuk berdiri.

Keinginan untuk menarik kembali tangannya, seketika lenyap karena Alvin meremas tangannya dengan sedikit kuat membuat Aira hanya bisa memasrahkan diri.

"Ngapain sih peduliin dia," kesal Naomi.

"She is mine!" ucap Alvin penuh penekanan.

Alvin mengedarkan pandangannya menatap siswa siswi yang kaget mendengar ucapannya.

"Yang ganggu Aira, berurusan langsung sama gue!" ancam Alvin kepada semua siswa.

Setelah mengucapkan kalimat itu, Alvin langsung menarik tangan Aira dan pergi berlalu dari sana. Aira sendiri pun hanya bisa pasrah mengikuti langkah besar Alvin.

Alvin membawa Aira ke rooftop, ia lalu mendudukkan dirinya sendiri disebuah kursi panjang.

"Duduk! Temenin gue ngerokok," ucap Alvin yang melihat Aira masih berdiri ditempatnya.

Aira segera menuruti ucapan Alvin. Ia duduk di ujung kursi panjang itu dan agak sedikit berjauhan dengan Alvin.

Alvin mulai menghidupkan rokoknya yang membuat asap dari barang nikotin itu mulai menyebar kemana mana.

"Lo kayaknya takut banget sama gue," ucap Alvin dengan pandangan yang lurus kedepan.

Aira hanya diam, ia tidak tau harus bereaksi seperti apa. Selain itu, ia juga sedikit menutup hidungnya karena tidak terbiasa dengan bau rokok.

Sampai 10 menit kemudian, kedua orang yang berbeda gender itu hanya duduk diam tanpa ada yang memulai pembicaraan dahulu.

Aira melirik Alvin yang sudah menghabiskan sisa rokoknya.

"Emm, udah waktunya masuk. Aku ke kelas duluan ya?" ucap Aira memberanikan diri. Ia pun berdiri dan berniat melangkah pergi dari situ.

"Tunggu," ucapan Alvin membuat Aira menoleh ke arahnya.

Alvin berjalan mendekati Aira sambil merogoh kantong celananya. Ia mengambil ponselnya dan menyodorkannya ke depan Aira.

"Nomor lo," lanjut Alvin.

Aira seketika gelisah, bola matanya melihat kesana kemari sambil mencari alasan yang tepat. Alvin pun menyadari reaksinya itu.

"Kasih gue nomor lo, baru lo bisa pergi," Aira sepertinya tidak punya pilihan lain kali ini.

Dengan berat hati, ia mengambil ponsel itu dan mengetikkan nomornya disana. Setelah selesai, ia pun mengembalikan ponsel itu kepada pemiliknya.

"Sana," usir Alvin.

Aira mengerjapkan kedua matanya mendengar ucapan Alvin. Bukankah lelaki itu yang menahannya pergi tadi? Lantas, kenapa Alvin malah mengusirnya secara langsung? Tanpa diusir pun, Aira bakal segera pergi dari sana.

Alvin menaikkan sebelah alisnya menatap Aira yang belum beranjak dari tempatnya. Aira yang menyadarinya menggelengkan kepalanya dan segera pergi sebelum lelaki itu malah menahannya lagi.

----------

Jangan lupa vote dan komen.

See you,

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

TANPA KEPASTIANWhere stories live. Discover now