4 | KENEKATAN NAOMI

47 8 9
                                    

"Cinta hanyalah bentuk puitis dari obsesi terpendam dan keinginan untuk memiliki satu sama lain."
~ Naomi Mayla Faisha ~

HAPPY READING

Seorang lelaki tengah memejamkan kedua matanya sambil menikmati hembusan angin yang menerpanya. Lelaki itu berusaha menghilangkan sekelebat kejadian hari ini. Namun tidak bisa, pikirannya terus tertuju kepada gadis cupu tadi.

Jika biasanya ia menenangkan diri di rooftop sambil pikirannya tertuju pada masa lalunya, sekarang mengapa gadis bodoh itu yang bersarang dipikirannya?

Sikapnya yang polos, bodoh, cengeng, cerewet dan juga tatapannya itu membuat Alvin tidak bisa berhenti untuk memikirkannya.

Alvin membuka matanya dan mengacak rambutnya frustasi. Ada apa dengan dirinya kali ini?

Alvin mengambil sebatang rokok dan menyelipkannya di bibirnya, lalu menyalakan korek api dan membakar ujung rokok itu.

Beginilah Alvin, ia akan menghabiskan beberapa batang rokok untuk menenangkan dirinya sendiri. Jika tidak, ia akan stress karena sudah terlalu kecanduan dengan benda nikotin itu.

Ditengah santainya ia menghisap rokok, tiba tiba muncul seorang perempuan dihadapannya, perempuan yang selalu mengusik ketenangannya.

"Kamu disini ternyata, aku cariin daritadi juga," ucap Naomi dengan nada yang dibuat sok imut.

Alvin menghela napas, ia kesini berniat untuk menenangkan diri tetapi perempuan itu malah mengganggunya.

Alvin pun membuang asal puntung rokok yang tersisa setengah itu dan menginjaknya, lalu berdiri dan berniat untuk pergi dari situ tetapi Naomi malah menghalangi jalannya.

"Kamu mau kemana? Aku kan baru datang,"

"Minggir sebelum gue kasar sama lo!" ucap Alvin dingin namun tegas.

"Kenapa sih? Gue udah berusaha kasih semuanya buat lo tapi lo selalu nolak gue. Sedangkan sama anak baru tadi, lo mau mau aja tuh. Lo bayar berapa anak baru tadi? Gue bisa kok kasih lo gratis!" ucap Naomi tanpa rasa malu sedikit pun.

"Bukan urusan lo, lagian lo belum tentu senikmat itu," balas Alvin yang membuat Naomi merasa tertantang.

"Biar gue tunjukin!" Naomi maju mendekati Alvin dan langsung mengalungkan kedua tangannya dileher lelaki itu sambil berusaha membuat bibir keduanya bersentuhan.

Tetapi belum sempat bibirnya mengecup bibir milik Alvin, lelaki itu dengan sigap mendorong kedua bahu Naomi sampai perempuan itu hampir saja terjungkal kebelakang.

"Gila," geram Alvin melihat Naomi yang terlalu nekat.

"AKU KAYAK GINI JUGA KARENA KAMU VIN!" teriak Naomi yang memang sepertinya sudah kehilangan akal karena terlalu terobsesi memiliki Alvin dan sepertinya Naomi memang benar benar membutuhkan tempat dirumah sakit jiwa.

"Sadar anjing! Lo jadi cewek gak ada harga dirinya banget,"

Setelah mengatakan hal itu, Alvin segera pergi sebelum Naomi semakin berbuat hal yang tidak-tidak.

Alvin berjalan menuju ruang kelasnya yang memang melewati ruang UKS. Saat hampir melewati ruang UKS, terlihat Evano dan Aira yang baru saja keluar dari ruangan itu. Evano menuntun Aira yang terlihat lemas dan pucat dengan merangkul pundaknya.

Saat akan melewati mereka berdua, Alvin tanpa sengaja melirik kearah Aira tetapi Aira tidak menyadarinya, justru Evano yang menyadarinya dan menatap tajam kearah Alvin.

Alvin pun hanya menatap Evano datar dan terus melanjutkan langkahnya.

Sesampainya diruang kelasnya, Alvin duduk disamping kedua sahabatnya yang saat ini tengah menatapnya heran.

"Tumben lo mau ke kelas? Biasanya juga duduk santai dirooftop," sahut Febian.

"Ada Naomi," jawab Alvin singkat.

"Ck, tuh cewek lagi. Gak ada capek-capeknya tuh anak deketin lo," ucap Ray.

"Lo juga gak bisa diam terus kayak gini Vin, yang ada ntar tuh cewek malah tambah keterusan," ucap Febian.

"Terus gue harus gimana?" tanya Alvin bingung, pasalnya daridulu ia sudah melakukan segala cara sampai hampir kelepasan menampar Naomi tetapi cewek itu tidak pernah takut.

"Gue ada ide,"

Alvin menaikkan sebelah alisnya, menunggu kelanjutan ucapan sahabatnya itu.

"Gimana kalau lo pura-pura nembak cewek didepan Naomi terus jadiin dia pacar biar Naomi berhenti berharap ke lo," saran Ray.

"Ogah," balas Alvin cepat.

"Cuma pura-pura ini anjir, lagian kalau Naomi tau lo udah punya pacar, bisa jadi dia berhenti gangguin lo,"

"Heh kutil, yang ada ntar ceweknya malah dibully sama Naomi," ucap Febian.

"Ya makanya lo tegas lah Vin, Naomi keseringan bully cewek yang deketin lo karena lo sendiri ngebiarin mereka makanya si Naomi keenakan. Coba lo bela tuh cewek yang dibully, pasti gak ada yang berani lawan lo," balas Ray kesal dengan tingkah sahabatnya selama ini yang selalu membiarkan cewek tidak bersalah, dibully oleh Naomi karena hal yang berhubungan dengan Alvin.

Alvin tau kalau Ray kesal dengan dirinya tetapi Alvin diam selama ini karena Alvin sendiri tidak pernah peduli dengan keadaan disekitarnya.

"Wih, tumben lo pintar Ray," ledek Febian.

"Gue emang pintar dari dulu, cuma karena temenan sama lo aja makanya gue ikutan bloon,"

"Sialan lo," kesal Febian.

Alvin hanya diam mendengar ocehan kedua sahabatnya, tetapi otaknya sedang memikirkan saran dari Ray dan justru pikirannya tertuju pada seorang gadis yang sejak tadi ia pikirkan.

"Ray," tiba-tiba seorang perempuan memanggil dari depan kelas mereka.

"Siapa tuh?" tanya Febian penasaran.

"Cewek gue," jawab Ray.

"Gue duluan bro," lanjutnya sambil melangkah pergi bersama perempuan yang mulai sejak pagi menjadi pacarnya, Bella.

"Bangsat benar teman lo Vin, belum apa-apa udah dapat cewek baru lagi. Emang cuma gue anak baik-baik yang jadi teman lo," ucap Febian dengan bangganya.

"Emang kita temanan?"

"Astagfirullah,"

"Awas kepanasan," ejek Alvin.

"Kampret lo," kesal Febian.

----------

Ray dan Bella berjalan berdampingan dikoridor sekolah. Tiba-tiba Ayuna datang menghentikan langkah mereka, lebih tepatnya menghentikan langkah Ray.

"Ray, antarin gue pulang ya? Supir gue gak bisa jemput soalnya," pinta Ayuna.

"Gue bareng Bella," ucap Ray datar.

Ayuna melirik sinis kearah Bella yang dibalas senyum penuh kemenangan oleh Bella.

"Terus gue gimana?"

"Lo bisa naik ojek,"

"Tapikan..."

"Lo gak mungkin gak mampu bayar ojek kan?" ejek Bella.

"Jangankan ojek, harga diri lo aja gue mampu bayar," balas Ayuna.

"Setidaknya gue masih punya harga diri dengan gak ngejar-ngejar cowok orang, apalagi sampai minta diantarin pulang depan ceweknya sendiri," sindir Bella.

"Ray, liat sendiri kan? Nih cewek tuh aslinya gak sebaik yang kamu kira," ucap Ayuna mencari pembelaan.

"Udah yun! Gue capek, mau pulang," Ray pun menggenggam tangan Bella dan pergi dari sana.

----------

Hai, gimana part kali ini?
Seru atau membosankan?
Jangan lupa vote sama komennya ya. Kalau ada kritik atau saran juga boleh komen.

See you,

TANPA KEPASTIANUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum