8

42K 7.1K 1.8K
                                    

🦋🦋🦋

Happy Reading

🦋🦋🦋

•••••••••••


Nura melihat seseorang yang begitu familiar di matanya, seseorang yang ia cari sedari tadi. Dengan senyuman cerah dia berdiri dan melambaikan tangannya begitu perempuan di ujung sana menatap ke arahnya.

Terlihat jika seseorang itu tergesa-gesa menuju ke arahnya.

"Lo adek gue kan? Kok bisa di sini? Nyasar? Atau Lo cariin gue? Kenapa nggak telfon aja?" Tanya Zoya beruntun saat sudah duduk di hadapan Nura.

Nura kembali mendudukkan dirinya, menatap Zoya dengan mata berbinar-binar.
"Gue kesini sama dosen gue." Ucapnya enteng yang malah membuat Zoya syok bukan main.

"Dosen? Maksud Lo apa sih?" Zoya terlihat bingung dengan pikiran negatif yang mulai bermunculan.

"Lo tau kak siapa yang jadi dosen pengganti?" Nura terlihat sok misterius yang membuat Zoya kesal bukan main.

"Siapa emang? Pak Jokowi?"

"Ck, bukan. Kalo itu mah bodoamat gue."

"Iya terus siapa?"

"CEO perusahaan ini, Arsenno D'valter."

Matanya membulat dengan pupil mata yang membesar karena terkejut.
"Kok bisa?!"

"Ya ini buktinya bisa."

"Oke, emang nggak ada yang gak mungkin. Tapi yang gue heran, kenapa dia ngajakin Lo ke sini? Lo ada hubungan apa sama dia?"

"Gue sama dia---"

"Oke, apapun hubungan Lo sama dia, gue saranin buat Lo jauh-jauh dari dia." Potong Zoya cepat yang membuat Nura mengangkat sebelah alisnya.

Zoya benar-benar menampilkan wajah seriusnya yang sangat jarang dia perlihatkan, dia memajukan wajahnya agar lebih dekat dengan Nura.
"Deketan sini,"

Nura menurut, dia ikut memajukan tubuhnya agar bisa mendengar bisikan dari Zoya.

"Lo harus pikirin baik-baik sebelum membuat keputusan yang bikin Lo deket sama dia. Dia pengusaha sukses yang tentunya punya banyak musuh. Nggak jarang para bodyguard-nya mati secara misterius. Gue takut terjadi sesuatu sama Lo kalo Lo deket-deket sama dia." Setelah membisikkan hal itu, mereka berdua kembali ke posisi semula.

Terdiam beberapa saat sebelum mengangguk mantap,
"Jadi gue harus bener-bener ngejaga mas Duke, sekalipun sama nyawa gue sendiri."

"Mas Duke? Mas Duke suami jadi-jadian Lo itu? Pak Arsen? Haahh--gue tau kalo dia emang ganteng tapi ya nggak dia juga kali, Lo gak tau aja sekejem apa dia kalo lagi marah. Kesenggol dikit ilang nyawa Lo!" Matanya mendelik dengan begitu serius.

"Mas Duke? Ngilangin nyawa gue? Hah! Gue penggal duluan pala-nya!"

"Hilih omdo. Btw, mana makanan Lo dek? Kok nggak ada? Udah abis?"

"Lagi di pesenin sama Rayyan."

Kembali terkejut, Zoya memajukan tubuhnya dalam sekali gerakan.
"Pak Rayyan? Asisten pak Arsen? Yang bener Lo." Bisiknya.

"Iya beneran, gue ke sini sama mas Duke juga kok."

"Pak Arsen? Ke kantin? Gak mungkin lah!"

"Kenapa gak mungkin?"

"Seperti yang gue katakan sebelumnya kalo pak Arsen itu punya banyak musuh, jadi dia nggak bisa makan sembarangan. Banyak bagian pencicip makanan pak Arsen yang mati karena keracunan dan pelakunya sampai sekarang belum ketemu. Banyak yang berspekulasi kalo itu orang dalam. Gegara itulah pak Arsen jadi jarang makan, huufftt--kasian juga sih sebenernya. Tapi, ya begitulah nasib orang kaya." Zoya menjauhkan tubuhnya dan bersandar di sandaran kursi menatap reaksi aneh dari adiknya.

Nyonya D'Valter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang