✎ Hanya segelintir kisah tentang cinta dan kasih sayang yang tulus, ditujukan untuk seseorang yang tersesat mencari jalan pulang. Dapatkah perasaan tulus itu menemukan kebahagiaannya sendiri?
―lapak Tae!Top and Gyu!bot
―bxb
ㅡIni hanya fiksi
"Kita bisa melakukannya," kata Beomgyu mencoba menyemangati, menepuk dadanya sendiri. Yongbok mengangguk mantap dan melakukan hal yang sama. "Pasti."
"Jangan lupa menelponku setelah pulang, ya?" kata Yongbok.
Beomgyu menganggukan kepala, tak lupa menyunggingkan senyuman lebar. "Semangat, Lixie."
"Kau juga."
Tak lupa memberikan senyuman terbaiknya seraya mengepalkan kedua tangan tanda semangat, Beomgyu pun melambai, meninggalkan Yongbok lebih dulu, berjalan memunggunginya, dan mengarah ke menara Namsan yang sudah cukup dekat dari toko bunga tadi. Di sana, matanya sudah berbinar cerah mendapati siluet seorang lelaki yang sudah menunggunya dengan buket di tangan. Kang Taehyun tampak tampan hari ini.
Yongbok yang perlahan melihat punggung Beomgyu yang menjauh lantas berbalik, mengambil langkah sebaliknya dan menuju ke gedung agensi, tempat di mana ia akan melakukan pertunjukan hari ini. Dalam hatinya, ia tak berhenti mengucapkan doa untuk kebahagiaan Beomgyu dan Taehyun. Aku harap mereka bersatu, batinnya dengan penuh harapan. Semoga pertunjukanku berjalan lancar, lanjutnya. Saat ia menyebrangi jalan raya, Yongbok tak sadar kalau ada mobil secara ugal-ugalan melewati sebuah lampu merah, melaju kencang ke arahnya, tak dapat menghindar, tubuhnya dihantam dengan keras, terbanting jauh membanting aspal.
Kericuhan terjadi setelahnya, membuat Beomgyu yang semula melangkah lebih jauh lantas membalikkan badan, berniat mencari tahu. Pupil matanya membulat penuh kala menemukan wajah Yongbok yang berhiaskan cairan merah pekat. Tubuhnya seketika gemetar dengan buket bunga yang jatuh dari dekapan. "Lixie!" teriaknya panik, berlari sekencang mungkin demi mencapai tubuh temannya yang tak sadarkan diri di atas aspal dengan kepala bersimbah darah.
"Panggilkan ambulan kumohon!" teriaknya kencang, memohon pada orang-orang yang mengerumuninya. Beomgyu langsung membawa Yongbok ke pelukan, mencoba menghentikan pendarahan dari pelipisnya dengan kedua tangan yang bergetar hebat. "Lixie, kumohon buka matamu. Lixie, Lixie ... tetap bersamaku."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Yongbok dilarikan ke UGD untuk melakukan operasi. Beomgyu mengikutinya, menangis tanpa henti, menangkupkan kedua tangan dan terduduk lesu di ruang tunggu, berharap operasi Yongbok berhasil. "Maafkan aku, Tuhan. Jangan ambil Lixie dariku," lirihnya tak berdaya.
Beomgyu terus menunggu dengan deraian airmata di pipinya. Tanpa sadar ia menyakiti dirinya sendiri dengan mengelupas kuku jemarinya sampai berdarah. Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Beomgyu mendapati seorang Dokter yang keluar dari ruang operasi. "Lee Yongbok."
"Iya. Saya temannya." Beomgyu langsung bangun dan Dokter itu menghampirinya.
"Dia kehilangan banyak darah dan kami sedang tidak memiliki stok yang cukup untuknya," ujar sang Dokter memberitahu.
"Golongan darahnya AB, kan? Sa—saya juga, Dok. Ambil saja darah saya, semua juga tidak apa-apa. Kumohon selamatkan dia," kata Beomgyu tanpa berpikir dua kali. Ia baru saja akan mengikuti Dokter untuk melakukan transfusi darah, namun lengannya malah diraih oleh seorang pria, menghentikan langkahnya.