CHAPTER-10

4.2K 383 208
                                    

MAU MINTA VOTE KOMEN BOLEH TAK?
👉🏾👈🏼
















Vergan: lo dimana?
Vergan: pulang sekarang. gue ada di apart lo
Vergan: You must know I can't be a patient person babe
Vergan: jangan sampai gue yang nemuin lo duluan dan maksa lo buat pulang

Jiva hanya menatap notifikasi pesan dari Vergan yang baru saja muncul, tanpa berani membalasnya.

Ting!

Vergan: ok im on my way

Setelah mendapatkan pesan singkat itu Jiva jadi tambah was was Vergan akan menemukannya di rumah Rachel.

Ia tadi sebenarnya sudah berencana untuk pulang ke apartemennya. Namun Rachel tidak mau kalau Jiva sampai disakiti oleh Vergan lagi malam ini. Jadi ia menyuruh Jiva untuk menginap dirumahnya, sampai amarah Vergan mereda.

"Cel gue mau balik sekarang" Jiva langsung berdiri dari duduknya. Rachel yang baru saja menyeruput mi cupnya pun refleks menarik tangan Jiva hingga gadis itu kembali terduduk di sofanya

"Ngapain balik sekarang? Lo mau kena hukum lagi? Ngga, ngga boleh! Lo harus tetep disini" larang Rachel yang masih setia menahan tangan Jiva agar sahabatnya itu tidak bisa pergi kemana mana

"Bakal lebih gawat kalo sampe Vergan nemuin gue disini Cel" cemas Jiva

"Calm down Ji. This is my house, you're safe here. Ada satpam di depan, ada bibi ada bang candra juga kok. It's okay" balas Rachel berusaha menenangkan Jiva

"Im scared Cel" Mata Jiva mulai bergetar, ia benar benar ketakutan sekarang dan ingin menangis sekarang

"I'm here Ji, udah jangan nangis dong" Rachel mulai memeluk dan menepuk pelan punggung Jiva yang saat ini masih bergetar

"Sampai kapan gue harus lari dari Vergan Cel? Cepat atau lambat gue harus temuin dia dan nyelesaiin semua ini" Jiva kemudian melerai pelukan mereka

"Besok. Lo harus datangin dia dan akhiri hubungan kalian" putus Rachel

"Gue-"

"Stop bilang, kalau lo cinta sama dia! It's a bullshit. Cinta itu saling mengasihi bukannya ngerugiin salah satu pihak kaya gini" potong Rachel saat Jiva hendak berbicara

Selama ini Jiva memang tidak pernah meminta putus pada Vergan secara blak blakan. Walaupun dia memang ingin pun, mulutnya seperti tidak sanggup untuk mengeluarkan ajakan itu. Ia takut meninggalkan Vergan, tetapi jika bertahan itu sama saja membunuh dirinya secara perlahan.

"Pokoknya gue gak mau tau, besok lo harus tetep mutusin dia" sambung Rachel

Jiva hanya terdiam tidak meresponnya. Mungkin dia harus mencobanya besok. Persetan dengan reaksi Vergan, asal lelaki itu mau melepaskannya Jiva akan tetap menerima apapun itu resikonya.

•••

Keesokan harinya di kampus, Jiva masih dilanda ketakutan. Ia berusaha sekuat tenaga untuk menghindari Vergan, walaupun batang hidung lelaki itu belum terlihat dari pagi-Jiva tetap harus waspada.

Jiva kini tengah berjalan dengan perasaan was was melewati lorong kampusnya. Bukan karena takut hantu atau semacamnya, karena bagi Jiva Vergan bahkan lebih menyeramkan daripada makhluk halus lainnya.

Ia mulai mempercepat langkahnya saat mendengar ada langkah kaki orang lain di belakangnya. Jiva tidak berani menoleh untuk sekedar memeriksanya. Yang jelas ia harus segera pergi dari lorong sepi ini.

ABUSIVE LOVE ✔️Where stories live. Discover now