G -29

40 6 14
                                    

"Mending nggak usah so baik sama gue kalo sebenernya lo cuma ngerasa bersalah."

—Sandi

♡♡♡

Pulang sekolah, Salwa menunggu Sandi dkk di depan kelas IPA 1, dia ingin membawa kembali kotak bekalnya agar besok ia bisa kembali membawakan bekal untuk Sandi dan kedua temannya.

Ntahlah, Salwa merasa ia harus melakukan itu agar rasa bersalah di hatinya bisa hilang.

Tapi kenyataannya, rasa bersalah itu tetap ada, dan jutru bayang-bayang Raka semakin hari semakin sering melintas di kepalanya.

Salwa sendiri bingung dengan apa yang sebenarnya ia rasakan. Di satu sisi, ia masih belum bisa melupakan Raka. Bagaimana Raka adalaah laki-laki pertama yang membuat dia sejatuh cinta itu pada lawan jenis. Hanya saja insiden tidak terduga itu justru tiba-tiba terjadi.

Waktu itu Salwa merasa menjadi wanita paling tersakiti saat tahu Raka jalan bersama kakak kelas mereka. Salah Salwa karena tidak mendengarkan penjelasan Raka terlebih dahulu dan memilih mengucapkan kata 'putus' lalu pergi dari hadapan Raka begitu saja.

Salwa tak tahu kalau penyakit Jantung Raka akan kambuh saat itu hingga membuatnya kehilangan nyawa.

Ia meruntuki kebodohannya sendiri dan akhirnya penyesalan itu terbawa sampai sekarang.

Saat pikiran Salwa sedang sibuk mengingat kenangannya bersama Raka. Orang yang berwajah persis seperti Raka justru melintas begitu saja menyebrangi lapang.

"Raka," gumam Salwa hingga akhirnya tersadar jika orang itu adalah Hasbi.

"Lho Sal, belum pulang?" tanya Angga yang keluar pertama dari kelas itu di susul murid-murid lain.

"Muka lo kenapa? Kok kayak panik gitu?"

Angga yang menyadari mimik wajah Salwa merasa heran.

"Gue kaget aja lo udah di sini," bohong Salwa.

"Lo mau ngambil ini kan?" tanya Sandi yang menjadi siswa terakhir yang keluar dari kelas.

Salwa tersenyum lalu mengangguk semangat. "Besok mau gue bawain apa?" tanya Salwa antusias.

"Nggak usah repot-repot Sal," ujar Angga yang diangguki Bintang.

"Nggak repot ko, malah gue seneng jadi sering masak. Kan nanti kalo nikah ilmu masaknya kepake juga," ucap Salwa dengan ceria.

"Mending nggak usah so baik sama gue kalo sebenernya lo cuma ngerasa bersalah."

Sandi mengatakan kalimat itu dengan sinis lalu berjalan lebih dulu meninggalkan ketiga orang yang mematung mendengar ucapannya.

"Kok- kok dia gitu?" cicit Salwa menahan air matanya.

Jujur saja, ia tulus melakukan semuanya untuk Sandi. Ya meskipun sebenarnya selalu terselip rasa bersalah pada laki-laki itu.

"Sikap dia sekarang jadi agak susah ditebak." Angga menjelaskan.

"Sombongnya aja yang makin meningkat," timpal Bintang.

"Kalian berdua mau pulang bareng gue atau nggak?!" tanya Sandi dengan sedikit berteriak dari belokan menuju tangga.

Angga dan Bintang buru-buru memberi salam perpisahan pada Salwa sebelum akhirnya sedikit berlari untuk mengejar Sandi.

"Ya Tuhan, jadi sebenarnya apa yang harus gue lakuin?" tanya Salwa sambil menengadah.

"Lo cuma harus ikhlas."

***

Nabilah melemparkan tasnya ke atas kasur, lalu ia berlari ke balkon kamarnya dan duduk di kursi yang ada di sana.

Gengsi {completed}Where stories live. Discover now