G -21

31 5 0
                                    

"Bukan penyesalan namanya kalo diawali pendaftaran."

‐Angga

♡♡♡

Suara alat-alat dapur yang beradu di pagi hari membuat Yolla terbangun. Ia mengucek matanya yang masih mengantuk dan dengan berat hati membuka selimut yang membungkus badannya. Matanya melihat ke arah jam beker yang ada di atas meja. Pukul 04.00.

"Setan mana yang udah bikin ulah jam segini?" Yolla bergumam sambil menguap.

Brengg

Suara teplon yang entah beradu dengan apa membuat kesadaran Yolla berkumpul dengan sepenuhnya.

"Atau ada maling, ya?"

Ia buru-buru keluar dari kamarnya dan turun ke lantai satu untuk menuju dapur.

"Allahuu Uniiiii!!" Suara cempreng Yolla menggelegar.

Salwa yang sedang membaca buku resep langsung terlonjak kaget.

"Apasih jam segini teriak-teriak?" omel Salwa sambil mengusap dadanya.

"Uni yang apasih!"

"Apasih gimana?"

"Ngapain jam segini bikin keributan di dapur?"

"Ya masak lah, ngapain bikin keributan?"

"Kalo mau masak yang kalem aja Uni, jangan bikin dapur kayak kapal pecah gini," kesal Yolla masih dengan nada yang tinggi.

"Emang bikin apasih?"

"Bikin sup cream jagung buat sarapan," jawab Salwa sambil mengangkat sewadah jagung yang sudah terpisah dari batangnya.

"Ngapain bikin sup cream jagung jam segini? Itu kan masaknya bentaran doang."

"Karena abis itu mau masak perkedel. Lagian juga kan Uni jam setengah 6 mau ke rumah sakit buat ngasihin sarapan ke Angga sama Bintang."

Yolla menghela nafas, akhirnya dia membiarkan kakaknya lanjut memasak.

"Masaknya yang slay jangan kek mau maling!" Yolla berteriak dari pintu dapur.

"Slay?" gumam Salwa sambil melihat semua bahan masakannya yang sudah di dekat kompor. "Slay olay kali," lanjutnya lalu terkekeh.

Salwa lanjut memasak dengan buku resep yang ia jadikan panduan.

***

"Bin," panggil Angga pada Bintang yang duduk di kursi tunggu.

"Lomba drama si Sandi gimana?" tanya Angga dengan mata yang tak lepas melihat Sandi dari kaca pembatas.

Bintang menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

"Lomba kimia kita gimana?" Angga bertanya lagi.

"Sandi diganti Nabilah," jawab Bintang.

Koridor itu kembali hening. Bintang berdiri lalu ikut melihat kondisi Sandi di samping Angga.

"Kapan dia bakal sadar?"

Angga melirik Bintang yang baru saja bertanya. "Dokter nggak ngasih kepastian dia bakal sadar kapan."

"Gue takut dia pergi duluan," gumam Bintang.

Angga mengangguk. "Bukan cuma lo, gue juga takut."

"Bukan cuma kalian, gue juga takut," ujar Salwa yang sudah berdiri di belakang keduanya.

Gengsi {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang