G ‐10

44 7 5
                                    

"Jangan terlalu banyak pikiran, cukup percaya kalo aku bakal selalu setia."

—Isa

♡♡♡

Stasiun Kiaracondong malam ini cukup ramai, banyak penumpang yang hendak pergi menggunakan kereta dengan tujuan yang berbeda-beda. Dan Isa salah satunya.

Laki-laki berusia 23 tahun itu kini sudah berpakaian rapih dengan kemeja hitam yang masukkan ke dalam celana jeans berwarna cream, dan jangan lupakan dua kancing atasnya yang sengaja ai buka meskipun Nabilah berkali-kali melayangkan komentar tentang itu.

"Masih sama aku aja udah berani tebar pesona kayak gitu, gimana nanti pas kerja di sana," gerutu Nabilah saat melihat Isa tersenyum pada seorang perempuan yang tak sengaja bertemu pandang.

Isa terkekeh, ia menumpangkan kaki kanannya di kaki kiri, membuat badannya kini lebih leluasa untuk menatap Nabilah yang duduk di sebelah kirinya.

"Senyam senyum aja terus," ketus Nabila sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Kenapa sih, bibil? Takut kangen ya kalo aku berangkat lagi?" Kedua alis Isa naik turun menggoda Nabilah.

Gadis itu tak menjawab apapun, dia terus menatap ke arah lain, mengalihkan pandangannya dari wajah Isa yang kini masih saja tersenyum menatapnya.

"Kita udah sering LDR lho Bil, masa tiap aku berangkat kamu masih gini aja."

Nabilah yang sedang dalam mode sensitif langsung menatap Isa dengan kesal.

"Gini gimana?"

"Ya gini, pasti ada acara ngambek dulu."

"Siapa yang ngambek sih?" ketus Nabilah membuat Isa menghela nafas.

"Aku ko yang ngambek, kamu kan nggak pernah ngambek," ujar Isa sambil tersenyum pasrah. Jangan lupakan tangan laki-laki itu yang kini sudah berada di puncak kepala Nabilah.

"Kamu nyindir aku?"

"Nggak, nggak ada yang nyindir kamu."

"Terus itu apa ngomong kalo aku nggak pernah ngambek? Apa kalo bukan nyindir?" Nada bertanya gadis itu semakin naik.

Isa mengacak-ngacak puncak kepala Nabilah.  "Aku cuma bercanda Sayang," ucap Isa disertai kekehan ringan.

"Nggak lucu," ketus Nabilah lalu menyilangkan tangannya di depan dada dan menghadap ke arah lain. Menyembunyikan semburat merah yang tiba-tiba muncul di pipinya.

Keduanya terdiam cukup lama, sampai akhirnya pemberitahuan mengenai keberangkatan kereta yang akan dinaiki Isa terdengar.

Nabilah langsung menatap Isa dengan air mata yang turun begitu saja.

"Janji nggak bucin sama karyawan di kantor kamu," ujar Nabilah dengan bibir yang bergetar menahan isakan.

"Iya janji."

"Janji nggak genit sama cewe lain."

"Iya janji."

"Janji nggak akan ninggalin aku meskipun kita jauh."

"Iya janji."

"Janji nggak bikin aku over thinking."

Isa membingkai wajah Nabilah menggunakan dua tangannya. "Jangan terlalu banyak pikiran, cukup percaya kalo aku bakal selalu setia."

Pemberitahuan kalo keberangkatan kereta yang akan Isa tumpangi kembali terdengar, membuat mereka berdua bangkit dari sana lalu berjalan menuju pintu masuk ke dalam kereta.

Gengsi {completed}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang