1. Rosie, dalam Kelas

68 8 7
                                    

Alarm di kamar Rosie berbunyi nyaring. Tanpa membuang waktu, tangan sang pemilik bergerak cepat mematikan jam di nakas. Rosie bangun lebih awal dari bunyi alarm. Angka putih LED baru menunjukkan pukul enam tepat, sementara Rosie sudah terjaga penuh pukul lima.

Manusia pagi. Begitu julukan Difa untuk Rosie.

Terbayang ledekan sang sahabat, Rosie menghela napas berat. Selama beberapa waktu ke depan, ia tak akan bisa mendengar ocehan Difa tanpa gawai sebagai perantara. Karena usia kakek Difa tinggal hitungan bulan, ayah Difa mengajak seluruh keluarga Aguni tinggal bersama sang kakek di Neri sana. Rosie tahu Difa sedih meninggalkan Prisna dan juga dirinya, tetapi ia yakin Difa akan lebih sedih jika tak berada di saat-saat terakhir sang kakek. Maka meski berat hati, Rosie mendukung kepergian Difa ke Neri dan keputusannya untuk belajar secara jarak jauh.

"Kalau ada kesulitan dengan materi pelajaran, kirimi aku pesan, ya," ujar Rosie saat melepas keberangkatan Difa. Difa yang terisak berseru, "Masa bodoh dengan pelajaran! Aku akan mengirimmu pesan kapan pun aku mau!"

Setelah itu, ia memeluk Rosie dan pamit. Begitu mobil yang membawa Difa ke bandara hilang dari pandangan, dada Rosie terasa sesak.

Aku sendirian.

Pikiran itu masih menghantui Rosie sampai saat ini. Sambil becermin, Rosie mengambil sisir dan merapikan rambut. Hampir-hampir ia tak menyadari bayangannya sendiri. Ada sesuatu yang hilang setelah Difa pergi. Difa, sahabat dan teman sebangkunya sejak masih di sekolah dasar, pergi ....

Rosie menggelengkan kepala, berusaha tidak tenggelam dalam kesedihan. Ia akan baik-baik saja walau Difa tak bersamanya. Ia harus mandiri, tak boleh bergantung pada Difa. Toh Rosie bukan tipe anak yang dibenci anak-anak lain. Justru sebaliknya. Rosie tak pernah absen menerima sapaan, pertanyaan mengenai pelajaran, bahkan curhatan. Teman-teman sekelasnya mengenal Rosie sebagai murid yang baik hati, pintar, dan bisa diandalkan.

Ya, tapi .... Rosie membatin seraya menyimpan sisir dan berjalan menuju gantungan tempat seragamnya diletakkan. Hanya Difa yang benar-benar mengenal seperti apa diriku sesungguhnya.

***

Mobil sedan hitam mengilap yang disetiri Diame, ibunda Rosie, tiba di perempatan. Setiap pagi, Diame rutin mengantar Rosie ke sekolah sekalian berangkat menuju kantornya yang kebetulan searah. Rosie turun setelah Diame mengecupnya di kening, lama dan keras sampai-sampai Rosie merasa diisap.

"Senang-senang di sekolah, Sayang," ucap Diame dengan suara riang. "Nanti malam kita pesan apa pun yang kau mau!"

"Ulang tahunku masih lama," gumam Rosie.

"Tidak harus menunggu ulang tahun untuk makan spesial. Kita bicarakan ini nanti, ya. Ma kerja dulu. Sampai ketemu petang nanti!"

Lagi, Diame mendaratkan isapan keras di kening Rosie. Sambil menyaksikan mobil ibunya menjauh, Rosie menggosok-gosok bekas ciuman Diame. Semua orang bersikap seperti Diame setelah Difa pergi. Ruan Warda dan Rou Olfi sama-sama terlalu ceria dan kentara berusaha keras menaikkan semangatnya. Rosie menghargai mereka, tetapi harus diakui perlakuan mereka berlebihan.

Mereka tahu Difa adalah satu-satunya orang yang membuatku betah di sekolah.

Itu benar, sebab Difa adalah satu-satunya orang yang paling Rosie percayai. Bersama Difa, ia bisa menjadi Rosie yang apa adanya. Bersama Difa, ia bisa berbagi tawa dan rahasia. Ketakutan Rosie untuk sembarangan memercayai orang dan sifatnya yang tidak asertif membuat Rosie sulit terbuka pada orang lain. Memang benar ia dikenal sebagai murid yang baik dan pintar. Namun, hanya sampai di sana anak-anak sekelas mengenal Rosie Zoule.

"Regina!"

"Hei, Regina!"

Tak jauh dari Rosie, sekelompok murid membentuk kerumunan kecil mengelilingi Regina Neal. Regina adalah bintang sekolah, terkenal karena prestasinya di bidang olahraga, wajah rupawan, serta selera berpakaian yang oke. Saking jagonya, Regina tak pernah menetap dalam satu klub. Walau begitu, gadis berambut pendek seleher itu sering diminta ikut serta dalam berbagai turnamen olahraga.

PostludeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang