Man Jadda Wajada

119 23 24
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

"Melangitkan mimpi, mengharapkan ridha Illahi."

~Abidzar Al-Ghifari~

Dalam kehidupan yang fana ini sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin apabila Allah SWT sudah berkehendak. Seperti dalam Qur'an surat Al-Baqarah ayat 117, 'Kun fa yakun' "Jadilah!" Lalu jadilah ia. Hal tersebut terjadi pada pemuda yang dinyatakan meninggal, namun atas kuasa Allah SWT, pemuda itu bisa hidup kembali. Sudah dipastikan keajaiban tersebut membuat orang tuanya, guru-guru, teman-teman, dan yang lain begitu bahagia. Tangis duka berubah menjadi tangis haru.

Sore itu, pemuda berjaket bomber bersama gadis berhijab pasmina baru saja sampai di sebuah rumah sakit. Mereka menghampiri meja resepsionis untuk menanyakan ruangan seseorang karena takut orang yang mereka tuju sudah pindah ruangan. Setelah mengetahui ruangan orang yang dituju, mereka bergegas menuju ruangan yang berada di lantai dua. Namun, sesampainya di depan ruangan, mereka mendengar suara tangisan seseorang. Hal tersebut membuat mereka saling berpandangan. Kemudian, pemuda berjaket bomber perlahan membuka pintu.

"Al sudah pergi meninggalkan kita semua."

Deg! Perkataan yang dilontarkan oleh pria berjas putih berhasil membuat keduanya membulatkan mata.

"Vel, bilang sama gue kalau gue salah denger! Bilang sama gue kalau Al baik-baik aja!" titah gadis berhijab pasmina yang tak lain adalah Alisa. Gadis itu menarik-narik ujug jaket Marvel.

Yang baru saja tiba di depan ruangan Al memanglah Marvel dan Alisa. Setelah mendengar kabar bahwa Al dilarikan ke rumah sakit karena menolong Marvel, Alisa menjadi khawatir dan mengajak Marvel untuk menjenguknya. Marvel awalnya ragu karena dia malu dengan Al sebab Marvel telah banyak melakukan kesalahan. Namun, Alisa tetap memaksa Marvel untuk ikut karena ini adalah kesempatan Marvel untuk meminta maaf. Alisa berkata bahwa jika menunda-nunda sesuatu belum tentu Allah masih memberikan waktu. Akhirnya Marvel pun ikut.

"Vel, ayo, bilang kalau Al baik-baik aja!" Alisa kembali menarik ujug jaket Marvel.

"Lis, lo yang tenang! Sekarang kita coba masuk dan dengerin kebenarannya!" ajak Marvel.

"Tapi Vel, gue takut kalau ternyata Al ...." Alisa tidak melanjutkan perkataannya, dia tidak bisa menahan tangis.

"Berdoa aja, semoga tadi kita salah denger!" pinta Marvel. Kemudian, mereka perlahan masuk dengan Alisa yang memegang ujug jaket Marvel. Alisa juga berjalan dengan memejamkan mata. Sementara Marvel yang membuka mata sontak menggelengkan kepala. Dia pun mengucek matanya, berharap tadi ada gangguan di matanya sehingga dia salah lihat. Namun, apa yang dia lihat tetaplah sama. Kain putih sudah menutupi seluruh tubuh pemuda yang selalu ia maki.

Dengan tubuh yang seketika bergetar, perlahan Marvel mendekati brankar. Sementara Alisa yang merasa pegangan pada jaket Marvel terlepas masih belum berani membuka mata. Marvel yang sudah berdiri di samping brankar perlahan membuka kain tersebut untuk memastikan bahwa ini adalah Al atau bukan.

"A ... Al! Buka mata lo! Lo gak boleh pergi! Gue belum minta maaf sama lo. Al, bangun!" Marvel mengguncangkan tubuh pemuda yang ternyata memanglah Al dengan air mata yang membasahi pipi.

Alisa yang semula memejamkan mata akhirnya membuka mata. Dia menutup mulut dengan air mata yang kembali mengalir kala melihat Al yang berwajah bersih dan tampan, tetapi pucat pasi.

"Al, please bangun! Gue dateng ke sini mau minta maaf sama lo. Lo mau 'kan gue berubah jadi lebih baik, ayo bangun! Supaya lo bisa bimbing gue menjadi lebih baik," ujar Marvel.

Man Jadda Wajada(END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat