Hukuman

79 45 5
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari terakhir Rohis SMA Bulan melaksanakan kegiatan kemah rohis, dan nanti sore mereka akan kembali lagi ke Jakarta. Siang itu mereka sedang melaksanakan perlombaan, berbagai perlombaan mereka laksanakan, mulai dari lomba makan kerupuk, memasukkan paku ke dalam botol, pukul air, dan yang lainnya. Mereka begitu sangat bahagia, terlihat canda tawa terukir di wajah. Marvel yang biasanya menekuk wajah, kini ikut tertawa bersama yang lainnya.

"Dimas, lo kayak orang gak makan setahun tahu," ledek Radika saat melihat Dimas begitu lahap memakan nasi liwet. Ya, kali ini mereka sedang lomba makan nasi liwet.

"Diem, Radikal Bebas! Uhuk ... uhuk ...." Tiba-tiba Dimas terbatuk-batuk, dengan cepat dia mengambil air minum di dalam botol yang entah milik siapa.

"Woy, itu punya gue." Ternyata air itu milik Radika.

"Jangan pelit jadi orang! Nanti kuburannya sempit," ujarnya setelah meneguk air minum itu.

"Gaya lo, ngomong kayak gitu. Kalau mau minta itu izin dulu!" titahya.

"Ini juga gara-gara lo! Kalau lo gak ngajak gue ngomong, gue mungkin gak akan keselek," tuduh Dimas.

"Lo nya aja yang makannya kayak orang kesetanan," timpal Radika.

"Apa lo bilang?" Dimas memberikan pelototan pada Radika.

"Eh, udah! Dimas lo lanjut aja makan! Dan, Radika! Lo jangan ganggu orang yang lagi lomba!" lerai Arfan.

Akhirnya mereka pun kembali fokus pada perlombaan setelah berhasil dipisahkan oleh Arfan. Bukan hanya perlombaan layaknya tujuh belas Agustusan saja, mereka juga mengadakan perlombaan kaligrafi, MTQ, sambung ayat Al-Qur'an, yang akan diadakan setelah perlombaan ini selesai.

🌎🌎🌎

Waktu terus berjalan, sekarang mereka sudah berkumpul untuk acara penutupan sekaligus pembagian hadiah.

"Gue sedih, perasaan baru kemaren kita ke sini. Eh, udah mau pulang aja," ucap Dimas yang berekspresi sedih.

"Lebay lo mah," cibir Marvel yang berdiri di samping Dimas.

"Gue kira ikut Rohis tuh ngebosenin. Ternyata dugaan gue salah, selain dapet ilmu agama, kita juga bisa menunjukkan bakat yang kita punya," ujar Dimas sambil tersenyum bahagia.

"Bakat ngabisin nasi liwet maksud lo?" tanya Marvel.

"Bukanlah, lo gak liat tadi ada yang ikut MTQ, sambung ayat Al-Qur'an, bikin kaligrafi. Padahal murid di sekolah kita tuh pada nakal-nakal, tapi tadi mereka bisa ikut dan ada yang menang. Salut gue sama mereka, kita mah gak bisa kayak gitu."

"Kita? Lo aja kali."

"Emang lo bisa?"

"Ya-ya bisalah," jawabnya. Padahal membaca Al-Qur'an saja ia tidak bisa.

"Yakin?" Dimas sepertinya belum puas dengan jawaban Marvel.

"Ck! Ya udah, kalau gak percaya."

Man Jadda Wajada(END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant