Itu Hati atau Batu?

53 20 19
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

Di sebuah gedung bertingkat, ambulance baru saja tiba. Saat itu pula orang-orang yang berpakaian putih segera bersiap untuk membawa seseorang yang terbaring di atas brankar dari dalam ambulance. Beberapa pasang mata menyaksikan kejadian itu.

Beginilah kalau mereka sedang berada di tempat ini, mereka akan melihat orang yang terluka, meninggal dunia, dan melahirkan. Namun, hal tersebut dapat menyadarkan kita bagaimana seharusnya kita memanfaatkan waktu yang ada. Bagaimana kita mensyukuri apapun yang Tuhan beri.

Setelah seseorang yang ada di brankar di keluarkan, mereka pun bergegas mendorong brankar itu untuk masuk ke dalam gedung serba putih yang dinamakan rumah sakit. Orang itu pun dibawa ke UGD.

Saat ini pemuda berjaket bomber sedang mondar-mandir di depan ruangan. Dari wajahnya pun dapat dilihat bahwa saat ini dia sedang dilanda kecemasan.

"Gue harus gimana?" monolognya sambil melipat kedua tangan di atas perut. Tak lama dari itu dia merubah posisinya menjadi duduk.

"Arghh ... kenapa sih gue harus ditolongin sama dia?" Pemuda itu menjambak rambutnya frustrasi.

Kemudian, dia meraba saku jaketnya berniat untuk mengambil handphone. Tetapi, seketika dahinya mengernyit kala melihat handphone yang ia pegang. Sejak kapan ia menggunakan casing berwarna hitam dengan tulisan 'Keep Calm because Allah is Always with Us'? Karena casing handphonenya itu bergambar planet Jupiter. Sejenak ia berpikir, hingga dia mengetahui siapa pemilik handphone ini. Handphone tersebut adalah milik orang yang baru saja ia antar ke rumah sakit.

"Gue telepon orang tuanya gak, ya?" Untuk beberapa saat dia berpikir sambil memutar-mutar handphone.

Pergerakan tangannya terhenti."Jangan deh! Kalau gue telepon orang tuanya, mereka pasti marahin gue. Tapi kalau gue gak telepon mereka, siapa dong yang bayar biaya rumah sakitnya?"

"Ah, nyusahin aja sih ni orang," umpatnya.

Pemuda itu kembali berpikir, alhasil dia tersenyum karena dengan cepatnya  mendapatkan ide. Dia pun beranjak dari duduknya, lalu berjalan menuju tempat resepsionis.

"Suster, saya boleh minta tolong?" tanyanya pada wanita yang sedang berdiri di sana.

"Minta tolong apa ya, Mas?"

"Saya nitip handphone ini!" Pemuda itu menyimpan handphone di atas meja.

"Ini handphone siapa?"

"Handphone pasien yang baru masuk tadi. Namanya Abidzar Al-Ghifari. Saya juga minta tolong buat suster telepon orang tuanya kalau Al dirawat di sini!" pintanya.

"Kenapa gak Mas aja yang ngabarin mereka?"

"Udah deh Sus, jangan banyak tanya! Pokoknya Suster lakuin perintah saya! Saya mau pergi dulu, tolong jagain Al sebelum keluarganya dateng!" pinta pemuda itu lagi. Setelah mengucapkan itu, dia benar-benar pergi menuju luar rumah sakit.

Suster itu pun mengambil handphone tersebut, lalu mencari kontak keluarga Al yang bisa dihubungi. Akhirnya dia memilih kontak yang diberi nama 'Mamah'.

"Halo! Ini dengan orang tuanya Abidzar Al-Ghifari?"

"Iya, saya Mamahnya. Ini siapa, ya?"

"Saya ingin memberitahukan bahwa anak Ibu sedang dirawat di rumah sakit Medika."

"Apa? Kenapa anak saya bisa dirawat di sana? Apa yang terjadi dengan anak saya? Kamu jangan suka bercanda, ya? Anak saya itu lagi beli bubur."

"Kalau Ibu tidak percaya, silahkan Ibu datang ke sini!" pintanya.

Man Jadda Wajada(END)Där berättelser lever. Upptäck nu