Bahagia Vs Terluka

53 18 43
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

Sudah satu minggu seorang anak dan ibu menemani seorang lelaki paruh baya yang terbaring di rumah sakit. Mereka tidak pernah putus asa untuk selalu berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Hasilnya Tuhan mengabulkan doa mereka dengan membuat lelaki itu terbangun dari koma.

Senyum bahagia selalu terukir di wajah mereka. Semenjak Azam terbangun dari koma, Azam bersikap baik pada Al. Dia bahagia saat mengetahui anaknya akan menuruti keinginannya. Cita-cita yang sejak muda dia inginkan, namun tidak diberi restu oleh ayahnya. Kini akan terwujud oleh anaknya.

Apakah Al tidak tertekan dengan semua ini? Al akan mencoba menghilangkan keegoisannya demi orang tuanya. Dia tidak ingin terus-menerus mengecewakan mereka. Walaupun, sampai sekarang ada alasan yang belum ia ungkapkan tentang mengapa dia selalu menolak untuk menjadi astronot.

"Ciee ... ada yang penasaran kayaknya, wkwk." Author.

"Al!" panggil Azam sambil menatap anaknya.

"Iya, Pah?" Al yang sedang duduk di samping brankar bersama Fitriyani pun menoleh.

"Papah pengen bubur ayam yang selalu kita beli pas waktu kamu kecil. Kamu masih inget 'kan?"

"Iya, Pah. Kalau Papah mau, sekarang Al beliin."

"Mas, kan di rumah sakit juga dikasih bubur. Kok mau beli bubur di luar?" Fitriyani ikut nimbrung.

Azam beralih pandangan pada isterinya."Bubur rumah sakit sama bubur di luar beda. Aku pengennya yang luar, soalnya itu bubur favorit keluarga kita 'kan?"

"Ya udah, Al beliin Papah kamu bubur, ya!" pinta Fitriyani.

"Iya, Mah. Kalau gitu Al pergi dulu. Jagain Papah selama Al gak ada disisi Papah!" Al beranjak dari duduknya. Kemudian, dia menyalami kedua orang tuanya.

"Hati-hati, Al!"

"Iya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Al pun keluar dari ruangan itu. Dia berjalan menuju lift untuk sampai ke lantai satu. Saat di lift ada beberapa orang yang bersamaan masuk dengannya. Di dalam Al menarik kedua sudut bibirnya ketika melihat lelaki yang memangku anak laki-laki. Sepertinya mereka seorang anak dan ayah, sebab beberapa kali telinganya mendengar anak itu memanggil lelaki berbaju kotak-kotak dengan panggilan 'ayah'. Dalam hati Al berharap setelah ini keluarganya membaik.

Tak lama lift pun berhenti dan pintu terbuka yang menampakkan beberapa orang yang sedang menunggu giliran untuk masuk ke sana. Al keluar dari lift dan melajutkan perjalanannya menuju parkiran.

Setibanya di sana, Al kembali tersenyum saat motor kesayangannya masih setia di tempat ketika ia tiba di rumah sakit ini. Al pun mendekati motor itu dan langsung memakai helm fullfacenya. Kemudian, Al menaiki motor dan menyalakan motor itu. Setelah motornya menyala, Al membawa motor tersebut keluar halaman rumah sakit.

Alhamdulilah siang ini tidak ada kemacetan, jadi Al bisa membelikan bubur untuk papahnya tanpa hambatan. Hal itu pun membuat Al cepat sampai di tukang bubur yang sering ia singgahi semasa kecil.

Ada beberapa perubahan dari tempat tukang bubur tersebut berjualan. Namun, ramainya pembeli tidak berubah dari dulu. Memang sudah lama Al tidak mampir ke tukang bubur ini. Tukang bubur yang dijual oleh Mang Ucup.

Setelah Al menghentikan motornya, Al kini membuka helm dan turun dari motor. Al kemudian menghampiri Mang Ucup yang sibuk melayani pembeli.

"Assalamu'alaikum Mang." Ketika ia mendengar seseorang mengucapkan salam, ia langsung menoleh.

Man Jadda Wajada(END)Where stories live. Discover now