Afwan

365 97 131
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

Seorang laki-laki dengan gaya rambut layered undercut, sedang berjalan di koridor sekolah. Laki-laki itu asyik mendengarkan sesuatu dari earphone yang ia pasang di telinganya.

Matanya memicing kala melihat kegaduhan yang tak jauh dari tempat ia berjalan, lalu ia pun mempercepat langkahnya. Dan tak lupa melepaskan earphone dari telinganya, kemudian memasukannnya ke dalam kantong celana.

"Afwan, ini ada apa ya?" tanyanya.

"Mau apa lo? Gak usah ikut
campur!" pinta seorang laki-laki yang berpenampilan acak-acakan. Lihat saja sekarang, dia tidak memakai dasi, sabuk, dan baju bagian atasnya tidak dikancingi.

"Afwan, ini sekolahan, jadi kalau ada masalah mending diselesaikan secara baik-baik!" usulnya.

"Eh, lo siapa berhak ngatur-ngatur gue?" Laki-laki itu memberikan tatapan tajam.

"Kamu gak perlu tahu siapa saya! Yang jelas, ini sekolah bukan tempat untuk berkelahi, tapi tempat untuk menuntut ilmu."

Setelah mengucapkan itu, dia pun meninggalkan segerombolan laki-laki yang berseragam sama dengannya. Namun, baru saja beberapa langkah pundaknya ditepuk oleh seseorang, hingga membuatnya menoleh.

Ternyata yang menepuk pundaknya adalah laki-laki yang tadi berbicara dengannya, keduanya sama-sama terdiam dan saling memberikan tatapan. Ia memberikan tatapan tenang, namun laki-laki yang berhadapan dengannya menatapnya dengan penuh amarah.

"Ada apa?" Ia pun memulai pembicaraan.

"Gak usah banyak tanya lo!"

Bugh! Tanpa aba-aba laki-laki itu memberikan tonjokan di sudut bibirnya, dan berhasil membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar. Dia heran, mengapa tiba-tiba orang ini memukulnya? Apa salah dia?

"Afwan, mengapa kamu memukul saya?" tanyanya yang masih terlihat tenang, berbanding terbalik dengan orang yang ada di hadapannya ini.

"Afwan-afwan, nama gue bukan Afwan. Lo belum tahu siapa gue ya?" tanyanya.

"Afwan itu maksud saya maaf, saya tahu kamu siapa," jawabnya.

"Siapa?"

"Marvel Alvaro," jawabnya dan melihat itu Marvel langsung bergaya so cool.

"Marvel Alvaro, seorang cowok anak pemilik SMA Bulan dan anak pemilik dari beberapa perusahaan di Jakarta, dan luar Jakarta."

"Bagus deh, kalau lo tahu. Jadi lo jangan macem-macem sama gue!" suruhnya sambil menunjuk dada laki-laki itu dengan telunjuknya.

Laki-laki itu tidak menanggapi perintah Marvel.

"Dan asal lo tahu, orang-orang di sini pada takut sama gue," ujarnya angkuh.

"Kenapa harus takut?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alis.

"Karena seperti yang tadi lo bilang, gue ini anak dari pemilik sekolah ini. Jadi, siapapun yang macem-macem sama gue, siap-siap aja cabut dari sekolah ini!"

"Afwan, ini sekolah punya orang tua kamu 'kan? Bukan punya kamu? Jadi, apa yang harus kamu sombongkan? Dan untuk apa saya atau orang-orang takut sama kamu? Kita sama-sama makan nasi, dan harusnya kita itu takut sama Tuhan!" pintanya.

"Eh, jangan so nasehatin gue! Lo sebenernya siapa sih?"

Laki-laki itu tidak menanggapi ucapan Marvel, dia malah membalikan badan dan berjalan meninggalkan Marvel.

Man Jadda Wajada(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang