Sorry, Get Well Soon!

54 23 18
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

Lantunan ayat suci Al-Qur'an menggema di ruangan serba putih. Dengan sesekali terdengar bunyi dari elektrokardiogram. Seorang lelaki paruh baya masih terbaring lemah dengan mata terpejam. Entah kapan mata lelaki yang sering menatap tajam pemuda yang sedang membaca Al-Qur'an itu akan terbuka.

"Sodakallahul adzim," ucap pemuda yang baru saja selesai membaca Al-Qur'an. Kemudian, dia menyimpan Al-Qur'an itu di atas nakas.

Kini pandangan pemuda tersebut tertuju pada lelaki yang terbaring. Lalu, pemuda itu menggenggam tangan yang terpasang alat infus.

"Pah, cepet sembuh, ya! Ayo, bangun! Papah pengen 'kan Al ngewujudin impian Papah? Jadi, ayo buka matanya!"

Entah mengapa hatinya terasa ngilu ketika melihat lelaki yang biasa memarahinya kini terbaring lemah. Dirinya terus diselimuti rasa bersalah. Kalau saja waktu bisa diputar, dia ingin menggatikan posisi papahnya saat ini.

Tiba-tiba ingatannya kembali memutar kejadian di masa lalu. Hal tersebut membuat Al semakin merasa bersalah.

Sore itu, seorang ayah dan anak sedang berjalan-jalan melihat pemandangan di puncak. Canda tawa terlihat jelas di wajah keduanya. Ketika melihat seorang pria yang membawa kuda, anak laki-laki itu berlari menghampirinya.

"Al, mau ke mana?" tanya ayahnya.

"Al au aik uda, Pah," sahutnya dengan pengucapan yang belum jelas. Mendengar itu ayahnya bergegas mengejar Al.

"Pak, Al au aik uda! Boyeh?" tanya Al kecil yang terlihat menggemaskan.

"Kenapa, Dek?" Sepertinya pria bertopi itu tidak mengerti dengan perkataan Al.

"Maaf, Pak. Ini anak saya katanya mau naik kuda. Apa boleh?" tanya ayahnya yang memegang kedua pundak Al.

"Oh ... mau naik kuda. Boleh," sahutnya sambil tersenyum.

"Hoyee!!!" Al kecil bersorak gembira.

Kemudian, ayahnya menaikan Al ke atas kuda berwarna cokelat. Al begitu terlihat senang. Lalu, kuda pun berjalan dituntun pria bertopi yang sepertinya pemilik kuda itu. Ayah Al juga mengikuti mereka.

"Uda ambutnya anjang. Kok ambut Al endek, ya? Uda ajin shampoan, ya?" Al mengelus-elus rambut kuda itu.

"Pah, Al uga pengen ambutnya anjang kayak uda." Al menoleh pada ayahnya yang berjalan di samping. Kemudian, Al kembali mengelus rambut kuda itu.

"Jangan, nanti kalau rambut Al panjang, jadi kayak cewek!" sahutnya.

"Tapi udanya ucu," ungkap Al. Azam hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepala. Anaknya ini begitu lucu dan menggemaskan.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara mereka. Pandangan Azam dengan pria bertopi itu lurus ke
depan. Sementara Al kecil sibuk mengelus-elus rambut kuda. Saking gemasnya Al dengan rambut kuda, tiba-tiba saja Al menjambak rambutnya. Hal tersebut membuat kuda mengeluarkan suara.

Karena Al yang terus-terusan menjambak rambutnya, kuda itu terus mengeluarkan suara dan bergerak gelisah.

"Al, rambut kudanya gak boleh dijambak! Kasian kudanya," ujar Azam. Namun, anak itu tidak mendengarkan perkataan ayahnya. Alhasil, kuda itu menyenggol Azam dan pria bertopi. Kemudian, dia pergi membawa Al.

Kedua pria itu tersentak. Azam yang melihat anaknya dalam bahaya pun bergegas bangun dan mengejarnya. Pemilik kuda itu pun ikut mengejar.

"Papah!"

Man Jadda Wajada(END)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن