Jangan Sampai Pasrah

70 36 28
                                    


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

"Ketika kamu mengeluh, maka ingatlah 94:5."

~Ustadz Azka Maulana~

Seorang laki-laki sedang duduk di kursi taman, otaknya dipenuhi kebingungan. Sehingga, dia memutuskan untuk menenangkan pikiran dengan berdiam diri di taman. Pikirannya kembali memutar kejadian tadi siang, dia sama sekali tidak tahu apa-apa.

Setelah Arfan memaki Al di hadapan semua siswa, Arfan memutuskan untuk membawa Al ke ruang BK. Dan di sinilah sekarang Al, Arfan, dan seorang guru BK. Suasana di sana terlihat tegang.

"Al, apa benar kamu yang mencuri uang jumat berkah?" tanya seorang wanita yang duduk di hadapan Al dan Arfan.

"Tidak, Bu. Saya tidak mencurinya," jawabnya.

"Terus kenapa uang itu ada di tas lo?" tanya Arfan dengan tatapan tajam.

"Saya juga gak tahu, kenapa tiba-tiba uang itu ada di tas saya."

"Uang itu gak mungkin bisa jalan sendiri, kalau gak ada orang yang mindahin," timpal Arfan.

"Iya, tapi bukan saya pencurinya!"

"Udah deh, ngaku aja! Lo jangan jadi orang munafik, gue nyesel udah percaya sama lo."

"Tapi, Fan. Saya emang bener-bener gak tahu."

"Gue udah muak dengan tampang so alim lo itu, ternyata semua kegiatan yang lo bikin itu bagian dari strategi lo supaya mudah nyuri uang 'kan?"

"Enggak, Fan. Semua kegiatan sekolah yang saya usulin ke kamu, itu untuk kebaikan sekolah kita. Kalau emang kegiatan yang saya usulin buat mudahin saya nyuri uang, kenapa dulu saya nolak untuk jadi Ketua Osis? Kalau saya emang udah ngerencanain itu, pas kamu minta saya jadi Ketua Osis seharusnya saya langsung mau," jelas Al.

"Mana ada maling yang mau ngaku, penjaga penuh, Bro." Tiba-tiba seorang laki-laki dengan penampilan  berantakan masuk ke ruang BK.
Hal itu membuat mereka menoleh.

"Siapa yang nyuruh kamu masuk?" tanya guru itu.

"Ini sekolah Papah saya, jadi terserah saya dong, Bu! Mau masuk ke sini atau ke mana pun," balasnya.

"Tapi kamu harus tetap menjaga sikap kamu, Marvel!" pintanya.

Ya, memang tidak salah lagi yang langsung masuk ke ruangan itu tanpa permisi adalah Marvel.

"Percuma sikap baik, tapi tukang nyuri duit orang," ujar Marvel dengan menatap ke arah Al.

"Maksud kamu apa?" tanya guru itu.

"Tuh, contohnya dia!" Marvel menunjuk Al dengan dagunya,"tampangnya aja so alim, eh ternyata cuman topeng doang biar dia bisa nyuri uang."

"Marvel, saya harap kamu keluar!" titah gurunya.

"Lah, kenapa, Bu?"

Man Jadda Wajada(END)Where stories live. Discover now