Kemah Rohis

83 45 7
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ✨
.
.
.
.
.
.
.
.

Tak terasa hari demi hari terus berganti. Dan ternyata banyak perubahan yang terjadi di SMA Bulan, itu semua karena Tuhan yang memberikan kemudahan kepada Abidzar untuk menjalankan tugasnya membantu sang Ketua Osis, yaitu Arfan. Usaha mereka ternyata tidak sia-sia, para siswa yang bersekolah di sana awalnya bermalas-malasan untuk mengikuti kegiatan yang diadakan. Namun, seiring berjalannya waktu banyak yang bersemangat untuk mengikutinya.

Lalu, bagaimana dengan Marvel dan Dimas? Ya, Marvel tetaplah Marvel. Dia selalu melakukan berbagai cara agar menggagalkan kegiatan-kegiatan yang diadakan di sana. Terkadang dia suka membolos karena malas mengikuti kegiatan yang menurutnya membosankan. Sementara, Dimas yang merupakan sahabatnya selalu senang mengikuti kegiatan itu. Namun, karena Marvel yang selalu menyepelekan kesetiaan sahabatnya, Dimas pun mengikuti segala perintah Marvel.

Kalian tahu 'kan, jika Dimas tidak suka kesetiaanya diragukan oleh orang lain. Mungkin, itu adalah salah satu kelemahan yang ada pada diri Dimas Prasetyo.

Sore itu beberapa siswa di SMA
Bulan sedang duduk di mushola mendengarkan materi yang disampaikan oleh seseorang, mereka sedang mengikuti kegiatan eskul rohis. Alhamdulilah, dengan seiring berjalannya waktu, anggota eskul rohis bertambah dan itu membuat Al mengucap rasa syukur.

"Baik, materi yang saya sampaikan apa bisa dipahami?" tanya seorang laki-laki berbaju ungu dan memakai peci.

"In Syaa Allah, bisa Pak," jawab mereka serempak.

"Apa ada yang mau ditanyakan?"

"Tidak," jawab mereka lagi.

"Baik, kalau begitu kita sudahi kegiatan rohis kali ini. Sebelum itu, ada yang mau disampaikan dulu
oleh Arfan. Kepada Arfan, saya persilahkan!" Orang yang baru saja menyampaikan materi adalah Pak Rafly. Arfan yang duduk di sebelah Radika pun hanya menganggukkan kepala.

"Asallamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucapnya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," balas mereka.

Arfan terlihat memperhatikan gerak-gerik para siswa yang mengikuti eskul rohis ini, hingga matanya menangkap seseorang yang sepertinya sedang dihinggapi kantuk karena sedari tadi dia memejamkan mata sambil menunduk.

"Marvel!" panggilnya.

"Iya, gol ... gol!" Mendengar teriakan Marvel, membuat semua yang ada di sana menertawakannya.  Ketika dirinya baru tersadar atas apa yang baru saja ia lontarkan, dia hanya bisa menggaruk tengguknya yang tak terasa gatal.

"Kenapa ketawa? Ada yang lucu?" Marvel terlihat kesal dengan bercampur rasa malu.

"Sejak kapan mushola jadi tempat nonton bola?" kekeh Arfan.

"Apaan sih? Siapa juga yang nonton bola?" Marvel malah bertanya balik.

"Terus kalau gak nonton bola, lo nonton apa? Pake acara teriak gol segala," timpal Radika yang tiba-tiba nimbrung.

"Diem lo, Radikal Bebas!" sentaknya sambil menatap tajam Radika.

"Sudah-sudah!" lerai Pak Ralfy.

Kini tatapan Pak Rafly fokus pada Marvel, "Marvel, kamu dari tadi gak dengerin apa yang saya sampaikan?"

"Dengerin kok, Pak."

"Apa coba?"

Marvel terlihat kebingungan, karena memang dia tidak mendengarkan apa yang tadi gurunya sampaikan. Bagaimana bisa mendengar, jika kantuk saja mengajaknya ke dalam mimpi. Marvel memberikan kode kepada Dimas agar dia membantunya, namun Dimas tidak mengerti dengan kode yang Marvel berikan.

Man Jadda Wajada(END)Where stories live. Discover now