24

1.1K 125 2
                                    


Di dalam dunia mafia, jelas saja selalu ada pengkhianatan dan dalam dunia Mafia juga semua di pertaruhkan. Semua. Porsche merasakannya dan merasakannya bagaimana dia di khianati oleh ayahnya serta ibunya. Nyatanya, semua di picu oleh dendam masa lalu hingga membuat ibunya mati. Porsche tidak tahu mengapa ibunya melakukan hal sejahat itu hingga berujung merusak rumah tangga dan menyebabkan kematian seorang ibu di hadapan anak kecil yang tidak bersalah. Porsche merasakannya karena dia hidup selama 6 tahun di panti asuhan dimana dia tidak tahu dan selalu menanyakan dimana ibu kandungnya sebelum diadopsi oleh Chaloem. Pete menatap Porsche sebelum menepuk pundak sahabatnya.

"Jangan di pikiran, Chaloem juga sudah mendapatkan balasannya. Dengan di buangnya anak kandung yang bahkan dia tidak ketahui oleh Thahan sudah memperwakilkan kesedihan anak itu. "

"Tapi anak itu kehilangan ibunya! Ibu hanya merasakan kehilangan seorang anak yang lalu dia memilih mengadopsi. Lalu anak itu? Apa dia mengadopsi ibu, huh?"tanya Porsche. Pete menghela nafas dan mengidikan bahunya.

"Jadi, sekarang semua dalangnya adalah si Kun itu?"tanya Kim. Pete mengangguk mengiyakan karena memang itu kebenarannya. Pete sudah menyelidikinya, semua kasus yang terjadi adalah ulah dari Kun yang dendam pada ibu Porsche dan entah dia mempunyai dendam apalagi hingga harus bersusah payah membalikkan kekuasaan Theerapanyakul. Porchay yang masih terhanyut cerita itu seketika menegakan badannya dan membuat Porsche terkejut.

"Hei, jangan asal berdiri! Jika aku sedang menyandar pada badanmu aku akan jatuh!"

"Kau jatuh pasti ketara, Porsche. "Ejek Pete membuat Porsche berbalik. Mengapa dua orang ini jarang sekali akur. Walau bertengkar ringan tapi mengapa tidak diam saja?

"Kau kira saat aku jatuh akan menimbulkan bunyi besar begitu? "

"Iyalah, tubuhmu saja tidak muat dengan ruang di bawah ini. "Ucap Pete dengan mengetuk kecil depan kaki Porsche. Mereka duduk di meja taman makanya jika Porsche jatuh itu akan sangat ketara. Entah terantuk oleh meja atau bahkan hanya oleng kecil. Porsche mencibir sebelum menyadarkan badannya pada kursi taman. Porsche mendengus kala tahu jika yang di katakan oleh Pete benar adanya. Kemungkinan kepalanya akan memar atau dia akan oleng kecil kearah adiknya.

"Ini juga, kau tidak menyediakan tamu jamuan apa? Mengapa kosong huh meja di depanku. "Gerutu Porsche dengan meraba–raba meja menunjukkan tidak ada hidangan kecuali gelas kosong. Dan itupun sudah lama dan sudah mendingin tanpa ada isinya. Pete menaikan ujung atas bibirnya, matanya menatap mengolok pada Porsche. Pete menatap Porsche dengan pemandangan 'julid'.

"Kau pikir aku pelayan, huh? Buat saja sendiri sana. "Sengitnya. Porsche melongo dan menuding Pete.

"Kau tahu aku pemimpin klan utama, turuti aku. Sana buatkan!"

"Apa bedanya? Sekarang aku hanya berhadapan dengan Porsche Pachara Kittisawat yang menyebalkan dan suka memerintah bukan pemimpin klan utama. Pergi sana sendiri!"

"Pete!!"

"Apa?"ke empat lelaki disana hanya menghela nafas kela Porsche serta Pete kembali berbuat ribut. Keduanya beradu mulut dengan memperdebatkan siapa yang akan menjamu dan siapa yang dijamu. Lagipula, Porsche terlalu malas berjalan ke dapur karena jaraknya sangat jauh. Lalu Pete, dia tidak mau berdiri karena dia sudah nyaman di posisinya. Porchay juga sepertinya sudah lelah melerai kedua kakaknya yang hobi bertengkar.

Ting!!

"Ka–"

"Sebentar. "Ucap Pete dan mengambil teleponnya. Porsche menggerang karena perkataannya di potong oleh Pete dan Pete sendiri sedang membuka sandi teleponnya. Dia membuka notifikasi yang dia dapat dari sebuah pesan dengan code yang dia berikan.

Triple P (Complete)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora