4

3.6K 337 1
                                    


"Akh, shh. Pelan ."ucap Porchay dengan memejam erat. Kim menatapnya dan mengangguk walau Porchay tidak tahu. Akan tetapi, rasa perih yang mulai terasa tadi terkena sentuhan selembut kapas hingga ia terkikik kecil merasakan geli yang mengenai sudut bibirnya. Kim memajukan wajahnya menatap lekat pada luka itu, tangannya fokus mengobati dengan pelan karena takut kekasihnya akan kesakitan.

"Chay. "Panggilnya. Porchay membuka matanya dan sontak pipinya memerah. Dia tidak tahu jika jarak antara wajah Kim dan Porchay begitu dekat. Jadi, Porchay menutup kembali matanya karena terlalu malu dan menjawab dengan deheman kecil. Kim menatapnya dan tersenyum melihat semu merah itu.

"Aku kebosanan saat kau tidak ada. Jangan pergi lagi. "ucapnya dan menjauhkan wajahnya kala pengobatan itu sudah selesai. Porchay membuka matanya dan menatap Kim yang meletakan kapas itu lalu bersandar pada sofa, tangannya di luruskan ke belakang punggungnya, kepalanya menoleh padanya dan Porchay menatap tepat mata kekasihnya sebelum beringsut mendekat dan memeluk pinggang Kim dan menyandarkan kepalanya pada dada Kim. Kim sendiri hanya memeluk Porchay dan menghirup aroma kekasihnya.

"Tidak akan. Aku minta maaf.."ucapnya dan mendongkak menatap mata Kim. Kim mengangguk dan memainkan jemari miliknya ke arah rambut Porchay. Dia merasa kebosanannya sudah hilang dan kini yang ia mau hanya tidur bersama Porchay dan besok akan bangun kembali dengan melihat wajah polos dari kekasihnya. Lalu setelah itu Kim akan mengantar Porchay untuk berangkat ke kampus. Kim satu kampus dengan Porchay yang menjabat sebagai kekasihnya, dan itu semua Kim lakukan untuk mendekatinya dan menjaganya.

Tidak lupa satu lelaki yang menjabat sebagai kakak dan satunya yang Kim curiga jika dia sama seperti Porsche dan Porchay. Pete.

Dengkuran halus Kim dengar dari bilah bibir Porchay membuatnya menunduk menatapnya. Kekasih manisnya itu tertidur dengan posisi yang tidak ada letak nyamannya. Ia menyelipkan tangannya pada lutut Porchay dan belakang tubuhnya, mengendong ala bridal style menuju tempat tidur besar miliknya. Ia meletakan dengan perlahan dan hati–hati takut jika Porchay akan terganggu. Ia memutari kasurnya dan mengemasi barang yang tadi Kim gunakan untuk mengobati Porchay.

Ia meletakannya pada tempatnya yang ada di samping almari miliknya. Pergi kekamar mandi, membersihkan mulutnya, mencuci muka dan mencuci kakinya. Setelah selesai ia harus menutup gorden yang sedari Kim buka. Sejak pagi hingga hampir memasuki tengah malam. Bahkan, ia yakin. Saat Kim mengobati Porchay semua orang sudah bersiap untuk tidur. Kim mulai menyusul Porchay dan tidur di sampingnya. Menarik selimut untuk menutupi tubuh keduanya, ia menyelipkan tangannya dan memeluk pinggang Porchay.

"Selamat malam dan mimpi indah, sayang. "Bisiknya dan setelah itu mencium kening Porchay. Dia tersenyum dan kemudian turut serta ikut memasuki alam mimpi. Setidaknya, Kim sekarang bisa memeluk Porchay dan tidak harus sendirian lagi walau dalam waktu singkat di kamarnya. Karena, Kim tanpa Porchay adalah hal mustahil. Karena, Kim tanpa Porchay tidak akan hidup dan Kim sangat bergantung pada hidup Porchay. Dia mencintai pemuda itu melebihi dirinya sendiri.

─────────ೋღ 🌺 ღೋ─────────

Brum!

Brum!!

Porchay dan Pete mengalihkan pandangannya menatap Porsche yang baru datang. Lelaki itu memarkirkan motornya tepat di samping meja yang mereka duduki. Porsche duduk di sebelah Porchay dan melepaskan jaket miliknya yang ia pakai, melepaskan 3 kancing baju yang dia pakai untuk ke kampus.

"Phi sudah datang? Dan, apa yang kemarin mau Phi bilang?"tanya Porchay. Porsche menatap adiknya sebelum mengenggam pipa minuman yang ada di gelas didepannya. Itu adalah minumannya yang di pesankan oleh Porchay karena adiknya tahu tabiat kakaknya jika tidak di belikan maka meminta.

Triple P (Complete)Where stories live. Discover now