43. Awas Pelakor!

Start from the beginning
                                    

"Baru kemarin, dan maaf nggak ngundang kamu karena kamu ngilang gitu aja lima tahun yang lalu."

Vania terkekeh. "Sorry, aku lupa kalo waktu itu aku ngilang gitu aja."

Raka mendengus. "Jangan ngilang lagi." Pria itu menepuk puncak kepala Vania.

Vania menatap Vita dengan tatapan menilai. Sementara Vita yang melihat kejadian tersebut menjadi kesal.

Malam harinya Raka memeluk Vita dari belakang hingga membuat tubuh Vita menegang seketika.

"Izinkan aku memilikimu sepenuhnya malam ini," bisiknya dengan suara lembut.

Perkataan Raka sukses membuat jantung Vita berdetak dua kali lebih kencang. Tanpa sadar Vita melepaskan diri dari pelukan Raka.

"Maaf," cicit Vita seraya menunduk dalam.

Huft!

Raka mengembuskan nafas dengan kasar. Lantas pria itu duduk di atas ranjang dengan lesu. Sementara Vita mengambil bantal serta selimut dan membawanya keluar dari kamar menuju sofa.

Vita membaringkan tubuhnya di sana dengan sedikit rasa bersalah. Tapi mau bagaimana lagi, rasanya masih saja aneh. Mantan ayah angkat yang sudah bersamanya sedari kecil tiba-tiba menjadi suaminya.

Aneh kan?

Vita tidak egois kan? Dia hanya butuh waktu dan penyesuaian. Dan mungkin tidak akan sebentar.

Di saat Vita hendak menutup matanya, sayup-sayup ia melihat Raka keluar dari kamar seraya menggunakan jaket.

"Vita, aku keluar sebentar. Kalo ada apa-apa telfon aku," ujar Raka dengan nada terdengar datar.

Vita mengucek matanya sambil mengangguk. "Iya."

Vita melihat Raka pergi dengan langkah panjang. Dan ekspresi wajahnya itu kembali seperti Raka yang dulu. Datar tanpa ekspresi. Suaranya pun tidak lembut seperti beberapa menit yang lalu.

"Apa mas Raka marah ya sama aku?"

Vita menggigit bibirnya dengan kerutan di dahinya yang semakin dalam. Seketika kantuknya menghilang entah kemana. Semenit, sepuluh menit, bahkan sampai satu jam lamanya Raka belum kembali juga.

Vita pun merasa khawatir. Sesekali ia menatap pintu dan berharap Raka kembali. Namun itu hanya ada di dalam otaknya saja. Kenyataannya Raka masih betah di luar sana.

Kini waktu menunjukkan pukul tengah malam. Vita sudah menunggu Raka cukup lama.

"Katanya cuma sebentar, kenapa lama?" gumam Vita kesal bercampur khawatir. Segala pikiran negatif masuk ke dalam pikirannya.

Bagaimana kalau Raka bertemu dengan orang-orang jahat di luar sana. Vita menggigit kukunya sambil menelfon ponsel suaminya.

Lama dan belum juga diangkat.

Senyum Vita melebar saat telfonnya diangkat, namun senyumnya langsung pudar saat mendengar suara orang lain dan suara itu berasal dari seorang wanita.

"Halo," suara wanita mengalun dengan merdu.

"Halo," sahut Vita ragu.

"Rakanya lagi di toilet, kenapa nelfon?" Suara Vania terdengar sinis.

"Emm... Itu... Sekarang mas Raka ada di mana?"

Vania tertawa mencibir.

"Kamu nggak denger suara musik?"

"Denger," sahut Vita.

"Pastilah denger, kan aku sama Raka lagi di klub buat seneng-seneng. Kasihan banget ya Raka punya istri tapi kayak nggak punya istri. Lagi honeymoon tapi kesepian," sindir Vania dengan nada terdengar sinis dan penuh sindiran.

"Kalo kamu nggak mau jadi istrinya Raka, kenapa nggak kamu tolak aja lamarannya?"

"Itu..." Vita menggigit bibir bawahnya tak tahu harus menjawab apa.

"Kalo kamu nggak mau punya suami. Gimana kalo suami kamu buat aku aja? Tapi jangan nangis ya," ledek Vania.

Tut!

Sambungan telfon langsung diputus seketika. Jantung Vita berdetak nyeri. Suaminya akan direbut oleh wanita lain.

Harusnya Vita senang karena ia bisa terlepas dari Raka, tapi yang jadi masalahnya kenapa ia merasa tak rela.

Vita memegang dada kirinya dengan tatapan begitu rumit. Malam begitu larut. Vita tak bisa tidur, ia memilih duduk di kursi dekat kolam renang menatap langit menunggu Raka pulang.

Berbagai pikiran berkecamuk dalam otaknya. Membayangkan saat ini Raka sedang bermesraan dengan seorang wanita di sebuah klub malam sambil minum-minum. Bahkan pikiran Vita mulai membayangkan lebih jauh lagi. Seperti Raka dan Vania yang mabuk dan berakhir di kamar hotel hingga membuat wanita itu hamil anak Raka. Raka yang mengidamkan seorang anak akhirnya memilih Vania dan menjadikan wanita itu istrinya sementara ia akan diceraikan. Hingga statusnya menjadi janda perawan. Seorang janda namun belum pernah disentuh sama sekali.

Vita menggeleng-gelengkan kepalanya karena khayalannya yang sudah terlalu jauh. Salahkan saja gadis itu yang suka sekali membaca novel hingga tanpa sadar otaknya berkhayal seperti itu.
***

Future WifeWhere stories live. Discover now