Lab Love 13

31 4 0
                                    

"ASH! ASHLEY!"

Tidak mempedulikan tatapan aneh penghuni studio, Paige tetap berteriak mencari Ash.

"Where's the fire, Paige?" tanya Ash dari barre yang di pojok studio.

"Ini lebih darurat daripada kebakaran. Come on!" Paige tanpa basa-basi menyeret Ash keluar dari studio.

"Hei, hei! Ada apa, sih?" tanya Ash. "Barang-barangku masih di dalam!"

"We'll deal with that later. Darurat." Paige tidak menatap Ash, hanya terus berjalan menyusuri koridor.

Beberapa siswa mengerutkan kening, Ash bisa bilang jika mereka ingin mengatakan sesuatu atau mungkin bertanya, tapi nyalinya mengerut demi melihat aura get-out-of-my-way-Paige Bahkan, sepertinya Paige lupa jika Ash masih mengenakan leotard. Ash tidak malu memakai baju balet, tapi bukan berarti berkeliaran di koridor sekolah dengan leotard juga.

"Ada apa, sih?" tanya Ash sekali lagi ketika Paige berbelok koridor menuju kantor guru.

"Oh, mereka sudah pergi," gumam Paige begitu keduanya sampai di depan kantor kepala sekolah. Pintu ruangan beliau terbuka tapi kosong, sedangkan pintu-pintu kantor guru yang lain tertutup rapat. Tentu saja saat ini masih jam pelajaran.

Paige mengambil ponsel dari tas, membuka sebentar, lalu kembali menyeret Ash keluar dari kantor.

"Paige, what is it?" tanya Ash untuk yang kesekian kali.

"Kita ke lab anatomi," jawab Paige.

"Lab?"

Lagi-lagi jawaban yang didapat Ash sangat tidak memuaskan. Bahkan, cara berjalan Paige masih tidak berubah, hampir menyamai atlet jalan cepat. Ash nyaris berlari demi mengimbangi cara berjalan Paige. Entah memang Paige yang berjalan super cepat, atau kaki Ash yang pendek.

Setelah melalui koridor satu dan yang lain, naik satu lantai, keduanya sampai juga di pintu depan lab anatomi. Konter resepsionis kosong. Charles tidak ada di mejanya. Beruntung juga Charles tidak di sana, jadi Ash bisa terengah tanpa malu diolok-olok.

"Nggak ada siapa-siapa. Kita cuma bisa masuk sampai di sini," Ash menunjuk pintu lab di samping konter. "Kita nggak bisa masuk kalau nggak ada Uncle Ben, Charles, atau Luke."

"Kau nggak bisa buka pintu?" tanya Paige. Satu alisnya terangkat, jelas gadis itu tidak tahu peraturan lab anatomi, atau bagaimana Uncle Ben dan Charles—sekarang bertambah dengan Luke—menjalankan lab.

"Aku bisa buka pintu, tapi nggak punya kunci."

Bukan saja alis Paige yang terangkat tinggi, kini juga ditemani kerutan kening.

"Maksudmu apa? Kau bisa buka pintu, tapi nggak punya kunci?"

"Kalau pintunya hanya ditutup, nggak dikunci, aku bisa membuka, otherwise...."

"Not funny, Ash," kata Paige gemas. "You work here, don't bullshitting me."

Ash menunjuk konter yang yang kosong. "Aku kerja di sini, bukan di dalam. Hanya Luke yang bisa di dalam walau sendirian."

"Jadi kita hanya menunggu di sini?" tanya Paige lagi. Postur Paige yang sedari tadi tergesa-gesa karena urgensi, kini menjadi pasrah.

"Apa yang kita tunggu? Kau hanya menyeretku ke sana-kemari tanpa memberiku penjelasan, Paige," Ash mengingatkan.

"It's about Luke." Kedua bahu Paige melorot, rupanya gadis itu benar-benar pasrah.

"Luke?"

Paige mengangguk pelan. Sebelum gadis itu menjelaskan pada Ash, pintu lab terbuka. Charles keluar dari lab, raut mukanya lega ketika melihat Ash dan Paige.

Lab Love [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang