Lab Love 4

50 9 6
                                    


ASH TIDAK PUNYA WAKTU untuk yang tepat untuk memberi tahu Paige jika teorinya terpatahkan. Tidak, Ash bohong. Ia bisa saja mengirim pesan pada Paige, tapi untuk beberapa alasan Ash tidak suka. Dia lebih memilih untuk menunggu esok hari dan mengabarkan status Miss. Suzanne.

Sialnya, seharian ini jadwal sekolah padat. Satu-satunya waktu kosong hanyalah saat istirahat makan siang di kantin. Tentunya Ash tidak mau menggosipkan profesor di kantin, kan? Meski sepertinya tidak ada yang peduli, Ash harus tetap jaga-jaga, siapa tahu ada telinga nganggur yang berkeliaran.

Apa ada alasan khusus kenapa Ash sibuk?

Oh tentu. Salah satunya adalah membujuk pihak administrasi untuk mendaftarkannya di klub belajar A&P.

"What are you doing here?"

Lima kepala menoleh mendengar pertanyaan Luke.

"Um.... belajar?" Ash menjawab dengan ekspresi tidak bersalah.

Yes, Ash berhasil mendapatkan izin untuk mengikuti klub belajar A&P. Rupanya staf administrasi menaruh iba padanya karena beban yang ditanggung sebagai keponakan Uncle Ben. Tidak rugi juga Ash memasang wajah memelas dan merendahkan dirinya sendiri.

All fair for war and crush. Ha!

Luke menatap Ash beberapa saat lalu mengalihkan perhatiannya pada anggota grup belajar.

"Maaf aku terlambat, dan.... kurasa aku tidak perlu memperkenalkan anggota baru?" Luke menunjuk Ash dengan dagu.

"Well, kami satu angkatan, tentu kami saling kenal, nggak perlu terlalu formal," kata Ash yang disambut senyuman dari semua yang duduk di sekeliling meja. Saling kenal, iya, tapi bukan berarti buddy-buddy.

Luke menggumamkan sesuatu yang tidak ditangkap Ash, tapi hampir pasti cowok itu mengucapkan brat.

"All right, so," Luke menarik kursi di depan Ash dan menjatuhkan diri di sana. "Apa topik kali ini?"

"Otot perut," jawab Nina yang duduk di samping Ash.

"Okay, otot perut, what's the deal?"

Ash menatap Luke dengan satu alis terangkat, apa maksudnya bertanya begitu? Bukannya dia itu tutor? Seharusnya dia yang menjelaskan, bukan?

"Aku masih sulit membedakan rotasi eksternal dan internal oblique," aku Jules sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Ada yang lain?" tanya Luke Lagi.

"Sepertinya itu dulu, soalnya aku pun merasa arah rotasi kedua otot itu membingungkan. Belum lagi yang transverse," Nina mengangguk setuju dengan Jules.

"Okay." Luke membuka buku anatomi, mencari di daftar isi mengenai otot perut, diikuti oleh semua yang hadir, tidak terkecuali Ash. "So, seperti yang kalian lihat di gambar, antara external dan internal oblique ini bersilang 90 derajat. Disebut oblique, karena arah serabut ototnya diagonal. Beda dengan rectus abdominis, rectus karena serabut ototnya tegak dari atas ke bawah. Side note, external dan internal oblique searah dengan otot external dan internal intercostal yang membantu dalam proses pernapasan. Sebelum ke rotasi ada mnemonic yang membantu mengingat arah serabut otot."

Luke bangkit, memperagakan penjelasan mengenai external dan internal oblique.

"Ex to sex, in to chin. External oblique, mengarah ke organ genital - ex to sex, dan internal oblique mengarah ke pipi - in toward the chin. Got it?"

Nina dan Jules mengangguk-angguk, yang lain ikut memperagakan cara Luke menggambarkan arah serabut otot. Sementara Ash menatap sekeliling, datar. Ia seperti dilempar ke dunia lain....

Lab Love [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang