Lab Love 11

32 6 1
                                    


"APA INI KARENA UCAPAN MEL TADI?"

Ash terlonjak ketika mendengar pertanyaan Luke. Lamunannya terputus akibat suara Luke, oke, bukan lamunan, karena sebenarnya Ash hanya diam karena moodnya yang super jelek. Jadi daripada mengeluarkan emosi untuk alasan yang tidak tepat, Ash lebih memilih untuk diam. Padahal biasanya sesi belajar klub menjadi salah satu moodbooster. Sekarang untuk meninggalkan perpustakaan pun rasanya butuh tenaga ekstra, belum lagi untuk bicara. Ash kehabisan topik pembicaraan? Oh tidak, dia hanya malas buka mulut.

"Benar, kan? Sampai terlonjak begitu," imbuh Luke.

Ash melengos. Dia enggan mengakui jika ucapan Mel cukup membuat moodnya terjun bebas. Go around flirting? Yang benar saja! Memang dirinya segampang itu? She's not that easy, is she? Lagipula, cowok mana, sih, yang dekat dengannya selain Asher, Josh, dan Luke? Sebenarnya Asher tidak masuk hitungan karena saudara. Adik kakak sudah seharusnya dekat, kan?

Damn Mel and her accusation.

"Kau pulang dengan Mr. Hughes?" tanya Luke lagi.

"Nope, aku ada latihan di Balletiva," jawab Ash.

"Kau harus pergi sekarang?"

"Kelasku masih satu jam lagi."

"Bagus, kita masih ada waktu, come on." Luke membuka pintu keluar.

"Kita masih ada waktu?" Ash membeo.

Luke tidak menjelaskan maksud ucapannya, hanya menggiring Ash ke pelataran parkir, menuju mobilnya. Hanya ada mobil Luke di sana, mobil Uncle Ben, ataupun Charles tidak terlihat, mungkin mereka juga sudah pulang.

"Kau nggak berniat menculikku, kan? Aku bisa teriak, nih," Ash berdiri menatap pintu sedan yang terbuka dan Luke bergantian. Wajahnya serius, super serius, malah. Seolah pertanyaanya benar-benar valid.

Luke tidak menjawab, cowok itu menatap Ash datar. Tumben juga, tidak memutar kedua bola mata seperti biasa.

"Aku benar-benar teriak, nih," ancam Ash.

Luke menghela napas. "Silakan teriak, semakin kencang semakin baik."

Ash mengerutkan hidung. "Nggak seru, ah."

Luke tidak berkomentar, tangannya masih memegang pintu mobil, kedua alisnya terangkat mengisyaratkan Ash untuk masuk mobil.

"Kita akan ke mana, sih?" Ash tidak tahan untuk tidak bertanya.

"To an empty warehouse and wait for your ransom," jawab Luke sambil menutup pintu, lalu mengitari mobil untuk membuka pintu kemudi.

"Ha! You're funny. Tapi aku masih nggak suka kau culik."

"Kalau nggak suka, kau bisa keluar," Luke mengangguk ke arah pintu penumpang, sedangkan ia sendiri memasang sabuk pengaman.

"Kalau ada tumpangan gratis, kenapa harus bayar bus?" Ash tersenyum centil. Sama seperti Luke, ia juga memasang sabuk pengaman.

Luke menggelengkan kepala tapi tidak berkomentar apapun. Ia hanya menghidupkan mobil dan meninggalkan pelataran parkir sekolah.

Seperti biasa Luke tidak banyak bicara, yang tidak biasa adalah Ash yang juga diam. Gadis itu baru berkomentar ketika Luke memarkir mobil di parkiran taman kota.

"Taman kota bukan tempat yang aman untuk menyembunyikan mayat. Meskipun banyak kasus orang membuang mayat di sana. Stupid move, I should say."

Luke hanya menatap Ash sebentar, menggelengkan kepala, lalu membuka pintu mobil. Keluar dari mobil tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Beberapa saat kemudian Luke mengetuk kaca pintu Ash, mengisyaratkan gadis itu untuk keluar.

Lab Love [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang