Lab Love 6

28 7 2
                                    


MENAPAKI ANAK TANGGA TERBAWAH, kening Ash berkerut dalam ketika melihat siapa yang sedang bersama Josh di pelataran parkir Balletiva.

"What the hell is he doing here?" desis Ash.

Di samping Ash, Paige hanya menghela napas panjang melihat kedua telinga sahabatnya nyaris mengeluarkan asap.

"Andreas ingin mengajak double date, tapi kau selalu beralasan ini itu," kata Paige.

"And now he didn't give me a choice," sungut Ash.

"Ayolah, sekali saja bisa, kan?" bujuk Paige.

"No."

"Come on, Ash—" Ash tidak mendengar bujukan Paige selanjutnya, karena gadis itu sudah menghampiri Josh dan Andreas, meninggalkan Paige yang berlari-lari kecil menyusul Ash. Wajahnya menyiratkan kecemasan.

"Hi guys," sapa Ash dengan senyum semanis mungkin.

Ash nyaris tidak bisa menahan tawa ketika melihat Josh berjengit. Bagus kalau cowok itu sadar jika dirinya dalam bahaya. Enak saja tiba-tiba membawa teman. Sedangkan Josh tahu bagaimana perasaan Ash terhadap Andreas, dan sebaliknya. Josh juga tahu jika apapun yang dilakukan Andreas jauh dari kata teman.

"Kuharap kau tidak keberatan kalau aku pinjam Josh sebentar?" tanya Ash pada Andreas.

"Oh, it's okay," jawab Andreas.

Tanpa menunggu persetujuan Josh, Ash menarik lengan cowok itu dan membawanya menjauh.

"Kau ada pembelaan kenapa Andreas bersamamu?" tanya Ash tanpa basa-basi.

Josh mengerang. "He's persistent, Ash, what can I do?"

"I can see that, but," Ash mengangkat tangan kanan untuk menghentikan Josh yang akan menyela. "Masih nggak bisa menjelaskan kenapa anak itu di sini."

"Aku nggak mengajaknya, Ash, I swear."

Ash menyipitkan mata, menimbang ucapan Josh jujur atau tidak.

"Come on Ash, don't give me hell, he's my captain, and he literally jumped into my car. I can't just throw him out, can I?" Josh memohon.

Ash masih tidak bergerak.

"Please, Ash."

"You owe me," Ash berkacak pinggang.

"Sure, sure. Whatever you want," Josh pura-pura mengusap keringat di dahi dengan jari, lalu menyorongkan siku lengan kanan. "Shall we?"

Meski enggan, Ash meraih siku Josh dan melingkarkan tangannya. Keduanya berjalan beriringan bak pasangan selebriti berjalan di red carpet, ditambah dengan cengiran lebar Josh.

"Are we good?" Paige menatap Josh dan Ash bergantian.

Josh tidak menjawab, hanya mengedipkan mata ke arah Ash.

Ash pura-pura muntah.

"Apa ada masalah?" tanya Andreas. Hampir sama seperti Paige, cowok itu menatap menelisik pada Josh dan Ash.

"No," jawab Josh dan Ash kompak.

Andreas menyipitkan mata pada keduanya, tapi Ash sama sekali tidak memedulikan pendapat cowok itu.

"Ke mana kita?" tanya Paige mengalihkan perhatian ketiganya.

Josh menatap Ash—

"Kita makan, aku yang traktir!" seru Andreas.

Sontak Josh dan Paige berjengit mendengar seruan Andreas yang terlihat terlalu bersemangat.

"Kau yang pilih tempatnya," imbuh Andreas pada Ash.

Satu alis Ash terangkat tinggi-tinggi, bukan saja tidak sopan karena sama sekali tidak menanyakan pilihan makan Josh dan Paige, Andreas malah memberi Ash wewenang penuh untuk memutuskan, padahal Andreas menumpang mobil Josh.

"Kita ke In-N-Out saja," jawab Ash.

"In-N-Out?" ulang Andreas. "Bagaimana kalau ke Boathouse Grill?"

Boathouse Grill merupakan salah satu rumah steak terbaik di West Town, yang terpenting, sama sekali bukan tempat yang cocok untuk anak SMA, apalagi yang baru pulang latihan menari. Kalau tidak salah yang bisa makan di sana hanya anggota klub—yep, mereka punya kartu keanggotaan untuk setiap pelanggan. Ash berusaha untuk menahan diri tidak memutar bola mata, trying to impress, huh?

"Nah, greasy food is what I needed after a long train," Ash membuka pintu belakang mobil Josh.

Si empunya mobil dan Paige ikut bergerak mengikuti Ash.

"Memang boleh penari makan makanan nggak sehat?" tanya Andreas.

Cowok itu masih berdiri di tempatnya semula, seperti tidak menyadari jika yang lain sudah siap meninggalkan pelataran parkir Balletiva.

"Mom nggak akan melarang makan apapun yang kumau."

"Pelatih kami adalah Mrs. Hughes," jelas Paige sebelum Andreas bertanya.

"Studio ini pun milik keluarga Ash," imbuh Josh. Dia hanya nyengir ketika Ash melotot padanya.

Sebelum Ash dan Josh kembali bertengkar, Paige membuka pintu kemudi, mendorong Josh masuk, lalu mendorong Ash masuk pintu belakang.

"Kenapa kau nggak di depan saja?" tanya Andreas pada Paige.

"No." Paige dan Ash menjawab berbarengan.

"Come on, man, just let them be. Ayolah, aku lapar," kata Josh.

Kalau kurangnya sopan santun saja sudah membuat Ash kesal, kali ini lebih parah. Ash bahkan nyaris tidak percaya, bagaimana mungkin seorang kapten basket sekolah bisa sesombong itu. Sepanjang jalan menuju In-N-Out, nyaris tidak ada yang bicara selain Andreas. Topiknya pun beragam, meskipun semua berputar di pusaran keluarganya. Dari lingkaran pertemanan keluarga, prestasi-prestasi—termasuk dirinya yang melanjutkan tradisi keluarga menjadi kapten di tim basket sekolah, sampai berbagai keanggotaan VIP untuk berbagai hal.

Alhasil, paha Paige harus rela menjadi korban cubitan Ash. Setiap kali Andreas memamerkan sesuatu, reaksi spontan Ash adalah mencubit Paige.

"Kita sampai," ujar Josh bernada ketika menghentikan mobil di pelataran parkir.

In-N-Out cukup ramai meski bukan akhir pekan. Tapi bukan itu yang membuat kedua alis Ash terangkat tinggi-tinggi ketika melihat siapa yang berjaga di balik konter.

"Luke?" mulut Paige bergerak bertanya tanpa suara.

Ash mengangguk, kedua matanya masih terpaku pada si penjaga konter. Ingin rasanya ia memotong antrean. Masih kurang dua gadis yang antre di depan mereka. Ash mencebik ketika mendengar bagaimana kedua gadis tersebut tertawa-tawa genit pada Luke—dan cowok itu pun menanggapi kegenitan mereka!

"Luke? Kau kerja di sini?" tanya Ash begitu giliran mereka memesan menu.

"Pesan apa?" Luke mengabaikan pertanyaan Ash.

"Hei, kalau kau nggak suka melayani kami, bilang saja," sela Andreas. "Pelayanan nggak ramah, kita bisa komplain ke managermu."

"Kau, bukan kita, aku nggak akan komplain." Ash membetulkan ancaman Andreas, lalu mengalihkan perhatiannya kembali pada Luke. "Double double, fries—animal style, hot cocoa."

Ash tidak memedulikan Andreas yang tidak berhenti menggerutu sepanjang dari konter hingga ke meja sembari menunggu pesanan datang.

"Aku nggak mengerti kenapa kau menolak ke Boathouse Grill, padahal nggak jauh dari sini," Andreas kembali komplain.

Kali ini Ash benar-benar tidak tahan lagi, gadis itu memutar bola matanya keras, dia heran bola matanya bisa kembali seperti semula.

"Kau sadar, kan, kalau aku dan Paige baru selesai latihan?" Ash menunjuk dirinya dan Paige yang hanya memakai legging dan jumper.

"Mereka nggak akan protes, orang tuaku member VIP di sana," kilah Andreas.

Ash mendengus keras. Beruntung dia sedang minum, jadi dengusannya bisa dikelabui dengan meneguk air. Sementara Josh menatap Ash, menyesal, sedangkan Paige bicara tanpa suara.

He's trying too hard, isn't he?

Lab Love [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang