Lab Love 10

29 5 3
                                    


PERPUSTAKAAN SEPI ketika Ash dan Luke sampai di sana, bahkan Mr. Henderson, si penjaga perpustakaan pun tidak ada.

"Nggak ada orang?" tanya Ash.

Luke mengangguk ke arah pojok ruangan, bertepatan dengan Adam yang melambaikan tangan.

"Kukira nggak ada orang," kata Ash sambil meletakkan tas gym di lantai.

"Wah, kau membawa tas sebesar itu?" tanya Nina takjub.

"Yeah, daripada membawa banyak tas, aku lebih suka begitu," Ash mengangguk ke arah tas yang panjangnya nyaris menyamai lebar meja perpustakaan.

"Biasanya, untuk ingin tampil cantik, sering kali memang harus repot," timpal Jules.

"Nah, I prefer practicality and comfort over beauty," Ash terkekeh.

"Hey Luke, kami tadi sempat ngobrol-ngobrol, bagaimana kalau hari ini kita berdiskusi mengenai trivia saja?" tanya Nina begitu semua anggota klub kembali duduk di kursi masing-masing.

"Trivia?" ulang Luke.

"Yeah, semacam hal-hal ringan yang jarang kita tahu mengenai anatomi," imbuh Jules.

"Misalnya?"

Satu hal yang mulai diperhatikan Ash dari cara Luke mengajar adalah, cowok itu lebih suka mengarahkan ke mana diskusi berjalan, alih-alih dia yang memberi semua materi. Agaknya bertapa di lab anatomi tidak rugi juga. Cara seperti itulah yang Uncle Ben ajarkan dalam mengajar. 

Andai Uncle Ben mengajar kelasnya juga.

"Seperti sternalus, beberapa waktu lalu aku membaca tentang otot tersebut, dan luar biasa!" seruan Adam yang penuh semangat mau tidak mau memutus lamunan Ash tentang Luke.

Semua yang di meja menatap Adam penuh perhatian—mungkin hanya Ash yang tidak—menunggu Adam melanjutkan penjelasannya.

"Apa itu?" tanya Tony.

Adam menoleh ke arah Luke, tidak yakin jika dirinya yang harus menjawab pertanyaan Tony. Tapi, sekali lagi, alih-alih menjawab, Luke mengangguk, secara tidak langsung menyemangati Adam untuk menjawab pertanyaan Tony 

"Dari buku yang kubaca, dia adalah otot yang evolving out, hanya sekitar 10 persen dari populasi manusia yang punya otot tersebut," jelas Adam.

"Whoa? Terus kalau nggak semua orang punya, memang otot itu nggak ada fungsinya?" tanya Jules.

"Um..." Adam tergagap, ia menatap Luke minta pertolongan membantunya menjawab.

"So, in a way, yes. Nggak ada fungsinya. Jadi begini, seperti namanya, sternalus, otot yang melekat pada sternum, tulang dada. Kenapa nggak berfungsi, karena tulang dada manusia fuse, menjadi satu, bukan terbagi menjadi beberapa segmen. Fungsi dari sternalus untuk membantu menyeimbangkan tulang dada ketika mereka berdiri dengan dua kaki, alih-alih empat kaki seperti sepupu berbulu kita yang lain."

Ucapan Luke mengenai sepupu berbulu disambut senyum semuanya, tidak akan ada yang menolak jika dianggap bersaudara dengan si gagah Golden Retriever, atau si cute Munchkin, kan?

"So, anyway, ada banyak perdebatan mengenai teori evolusi, tapi, memang itu kemungkinannya. Sternalus masih berfungsi untuk semua mamalia yang berkaki empat. Katakanlah pada kucing, mereka punya tulang dada yang terbagi menjadi beberapa segmen, jadi ketika dia berdiri dengan dua kaki belakang, sternalus tersebut membantu menegakkan dan menyeimbangkan tulang dadanya. Pada manusia, sternalus termasuk otot yang sangat kecil, tapi pada—contohnya kucing—mereka termasuk besar."

"Jadi itu alasan kenapa hanya 10 persen dari kita yang punya?" tanya Tony.

"Yes," jawab Luke.

"Ada yang lain lagi?" tanya Tony, cowok itu terlihat lebih tertarik belajar daripada minggu-minggu sebelumnya.

Benar kata Uncle Ben, seseorang harus menemukan titik di mana dia merasa sangat tertarik dengan topik yang ia pelajari, baru belajar akan terasa menyenangkan, karena kita tidak akan merasa terpaksa.

"Ada yang tahu?" tanya Luke pada semuanya.

"Aku pernah dengar sebagian dari kita nggak punya otot di lengan, cuma nggak tahu apa yang dimaksud," jawab Jules.

"Yes, kita juga punya variable muscle di lengan, dan yang menarik, kita bisa melakukan percobaan untuk mengetahuinya. Berbeda dengan sternum dan piramidalis." Luke mengangguk.

"Piramidalis, apa itu?" tanya Nina.

"Variable muscles juga, otot kecil berbentuk segitiga, terletak di bagian depan bawah rectus abdominis dan di dalam rectus sheath," jawab Luke. "Anyway, untuk kalian yang suka mnemonic, ada fun, sedikit rebel mnemonic untuk mengingat jumlah otot lengan atas - brachium, dan lengan bawah - antebrachium."

"Rebel?" ulang Nina dengan kerutan di dahi.

Luke mengangkat bahu. "420." 

"Apa maksudnya?" tanya Nina.

Ash hanya menyeringai ketika mendengar jawaban Luke. Tentu dirinya paham kalau kode-kode semacam ini, meskipun Ash berani bersumpah jika dirinya bukan rebel. Tidak ada salahnya punya pengetahuan yang rebel, kan?

"4 otot lengan atas, 20 otot lengan bawah," jelas Luke.

"Bagian mana rebelnya?" Jules juga ikut bertanya.

"Be thankful you guys didn't know what's means. 420 means smoking weed," jawab Ash.

"Darimana kau tahu ?" tanya Jules.

Luke ikut mengangkat alis.

Jules menatap Ash dan Luke bergantian, seolah memastikan jika jawaban Ash memang benar seperti yang dimaksud Luke.

"I just... know," jawab Ash.

"Nah, benar yang dibilang Ash, tapi khusus untuk anatomi, anatomis mengasosiasikan angka tersebut untuk menghapal jumlah otot. Back to the idea of variable muscles. Otot yang tidak semua orang punya adalah palmaris longus." 

Luke membungkuk, meletakkan lengannya di meja dengan posisi telapak tangan di atas. Lalu menunjuk otot di bawah pangkal telapak hingga pergelangan tangan.

"Palmaris longus adalah salah satu otot lengan bawah, fungsinya untuk melakukan gerakan menggenggam dengan ibu jari dan jari kelingking—biasanya jari kelingking dan jari manis. Kenapa pada manusia palmaris longus tidak berfungsi, karena tugas tersebut sudah diambil alih oleh otot-otot yang lain yang lebih kuat." Luke 

"Apa ada fungsi yang lain?" tanya Tony.

"Sering digunakan sebagai graft. Anggaplah sebagai spare part cadangan kalau-kalau kita membutuhkan pengganti."

"Hm.... Seharusnya tubuh kita memang disediakan cadangan kalau ada bagian lain yang membutuhkan," Adam tertawa.

"Kalau kalau boleh memilih, aku lebih suka punya cadangan otot jantung," kata Nina.

Luke mengangguk. "Aku juga akan senang kalau punya cadangan otot jantung, sayangnya nggak ada."

"Jadi, gimana cara kita tahu punya palmaris longus atau nggak?" tanya Tony.

"Oh, right," Luke kembali meletakkan lengannya di meja, telapak tangan menghadap ke atas. "Tekan jempol dan jari kelingking, tekan yang kuat sampai tendonnya terlihat seperti ini," ia menunjuk tendon yang menonjol di pangkal lengan. "Aku nggak punya palmaris longus di lengan kanan."

Semua mencari tempat untuk mengikuti percobaan yang dilakukan Luke.

"Oh... aku punya dua-duanya!" seru Nina. 

Seruan Nina diikuti yang lain, mereka saling berbagi penemuan tentang tubuh mereka. Hanya Ash yang tidak seantusias teman satu grupnya. Beruntung Mr. Henderson masih tidak berada di mejanya, kalau tidak, mereka pasti sudah di blacklist dari perpustakaan.

"So, kurasa cukup untuk hari ini, dan sebaiknya kita pergi dari sini sebelum Mr. Henderson tahu kita membuat keributan," kata Luke.

"Kau benar," Adam mengangguk setuju.

"Kalau sampai Mr. Henderson keluar tanduk, bisa repot kita," imbuh Nina.

Karena topik hari ini hanya trivia yang tidak berhubungan dengan pelajaran minggu ini, anggota klub dengan cepat merapikan meja dan bersiap untuk pulang.

"See you guys next week," pamit Luke.

"See you!" balas mereka serempak.


Lab Love [selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang