42 - Tarik Balik!

193 43 19
                                    

"Gue cuma mau lo tarik kalimat itu."

-Giorufal Ardenas-

= GIOFI =

Tepat sekali ponsel Afi berdering sebelum Gio menjelaskan, cepat-cepat cewek itu melihat layar dan menemukan nomor ibunya sedang menghubungi.

"Maaf banget Fi, semenjak kelas sebelas ini gue seakan-akan lupa kalau lo dulunya teman sebangku, sebenernya juga karena faktor masuk kelas XI IPS 1 tiba-tiba dan disusul kehadiran Rofira di kelas sepuluh, ngebuat gue agak susah buat nyapa lo sesekali. Dia anaknya emang agak posesif sama takut kehilangan juga, jadi supaya lo sama dia nggak saling salah paham, maaf banget gue perlahan ngejauh dari lo. Gue nggak nyangka, kalau lo bakal berantem sama Rofira sehebat itu sampai kepala dia bocor."

Afi berpura-pura paham mendengar omongan Gio, padahal dia tahu di balik kalimat itu ada sedikit kebohongan yang tidak berhasil disembunyikan. "Terus gimana sekarang? Udah tercapai apa yang lo mau?"

Gio mengernyit, sontak menoleh menatap Afi. "Maksudnya Fi?"

"Kali ini lo mau manfaatin apa lagi dari gue?" tanya Afi lagi dengan tatapan seperti seorang detektif yang menemukan tersangka dari kasus pembunuhan.

Tiba-tiba ponsel Afi berdering lagi, mengganggu percakapan tegang mereka. Cepat-cepat cewek itu menerimanya dan membiarkan sang ibu berbicara.

"HALO AFI? Di mana kamu?!" Suara Rimawanti sudah lebih dulu menyakitkan telinga Afi. "PULANG SINI!"

Tanpa menjawab kalimat sang ibu, Afi langsung mematikan ponselnya begitu saja tanpa sepatah kata pun. Dia mendongak dan menatap Gio dengan satu alis yang terangkat.

"Kenapa dimatikan?" Gio bertanya heran. "Itu nyokap lo, Fi."

"Nanti, jangan jadiin telepon barusan itu sebagai bahan buat lo menghindar. Gue tahu lo itu lagi sembunyiin sesuatu, Gi!" tegas Afi. "Cepat, sekarang jawab pertanyaan gue, lo mau manfaatin apa lagi dari gue? Hm? Setelah lo berhasil dapatin segala kekayaan karena menjilat ke bokap Rofira, sekarang lo mau dapatin apa lagi dari gue?!"

Gio tersentak dengan kalimat itu, lantas menghentikan mobil secara mendadak. "Lo bilang apa tadi?"

"Dih, budek ah. Capek tahu ngulang, pikir sendiri," balas Afi lebih kasar daripada biasanya.

Lagi, Gio dibuat kaget dengan sifat Afi yang seperti itu. "Lo lebih dulu percaya pendapat lo sendiri daripada harus dengerin gue? Tarik balik omongan lo itu, Fi."

"Daripada lo suruh gue tarik balik omongan itu, kenapa nggak langsung jelaskan aja?"

"Tarik balik," tegas Gio kali ini dengan tatapan tajam.

"Nggak!"

"Fine, you'll see."

Afi sedikit menggeser posisi duduknya untuk lebih dekat dengan pintu mobil. Namun, tiba-tiba saja dia menyadari bahwa pintu itu sudah dikunci oleh Gio dan dirinya tidak bisa ke mana-mana sekarang. Napas Gio sedikit memburu disusul gemeletuk gigi yang menandakan bahwa emosinya naik kali ini. Gio menyalakan mobilnya, menghasilkan bunyi memekakan telinga. Afi mulai merasa takut dengan sifat lain dari Gio ini.

Mobil pun mulai melaju, melintasi jalanan kota menuju sebuah jalan kosong dengan hutan di sekitarnya. Afi tak tahu daerah ini. Gio semakin meningkatkan kecepatan mobilnya melebihi seratus kilometer per jam. Jantung Afi mulai berdegup tak stabil.

"Gio!" Afi menegur. "Gi!"

Gio tidak menjawab, malah semakin meningkatkan kecepatan mobilnya.

* * *

GIOFIWhere stories live. Discover now