41 - Meluruskan Cerita

184 43 14
                                    

"Cerita kita, terlalu gila."

= GIOFI =

Dengan santai Afi menjawab, "Dia cuma akting, playing victim."

"Permisi dulu Pak, Bu." Rimawanti segera menarik tangan anaknya keluar dari kamar rawat inap Rofira. "Kamu ini kenapa, sih, Afi?! Ibu sama Jefri sedikit lagi berhasil bujuk Pak Fuad sama istrinya, supaya mereka bujuk pemilik yayasan biar kamu nggak dikeluarin! Nggak sopan banget kamu itu."

"Rofiranya sendiri yang nyolot Bu, nggak mau terima maaf lagi, bahkan nolak pemberian kita. Dia lebih nggak sopan." Afi membela dirinya. "Tadi Afi cuma kasih tahu fakta, dia malah teriak nggak jelas, seolah mau dipukul, padahal enggak. Memang playing victim dia itu Bu. Jangan percaya."

"Walaupun dia begitu, yang penting kamu minta maaf!" balas Rimawanti. "Nggak peduli dia mau nyolot kah, nggak sopan ke kamu kah, ataupun menghina kamu, intinya kamu harus bersikap baik selagi ada orang tuanya, karena yang menentukan di sini bukan Rofiranya sendiri. Ngerti?"

Mau tak mau Afi mengangguk. "Ya, ngerti."

"Sekarang, ayo masuk dan minta maaf lagi ke Rofira." Rimawanti membuka pintu dan menarik Afi untuk menghadap langsung ke Rofira.

"Dia apain kamu tadi?" Istri Fuad bertanya pada putrinya.

"Ini tadi perbannya mau dibuka sama dia." Rofira berbohong.

"Soalnya tadi dia garukin terus di sekitar perbannya Bu, saya takut makin tambah luka dianya. Jadi saya ancam biar dia nggak main-main lagi," balas Afi tak mau kalah. "Itu ancaman bercanda doang kok, Bu, nggak serius. Ya, kan, Rofira?"

Belum dijawab, Afi sudah melanjutkan kalimatnya, "Maafin aku ya Rofira. Aku nggak sengaja, sama kayak kamu yang nggak sengaja buat komplotan untuk bully aku."

Istri Fuad seketika melotot. "Kamu buat apa Rofira?"

"A-anu Mah."

"Bisa cek di Twitter-nya Rofira Bu." Afi mengeluarkan ponselnya, masuk ke dalam akun Twitter-nya dengan nama palsu dan memperlihatkan segala kebusukan Rofira di sana. "Ini akunnya dia."

Istri Fuad kontan membuka ponsel juga lalu melemparkan tatapan tajam ke putrinya.

Sama, Rimawanti juga melemparkan tatapan tajam ke Afi. Tampaknya, akan ada ceramah sambungan nanti.

"Saya permisi untuk hirup udara di luar dulu sebentar," izin Afi lalu berjalan keluar dari ruangan, membiarkan mereka ribut sendiri.

Kegiatan bujuk-membujuk pun dilanjutkan oleh Rimawanti dan Jefri selagi Fuad dan istrinya membaca seluruh tweet Rofira yang tidak pernah mereka tahu.

* * *

Afi berjalan keliling rumah sakit hanya untuk melihat-melihat, menghindari ceramah susulan yang mungkin akan dikumandangkan oleh ibunya. Tak terasa sudah satu jam mereka di sini, arloji yang melingkar di tangan Afi sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

Seharusnya mereka sudah pulang, karena nantinya bisa mengganggu jam istirahat Rofira.

"Tapi, siapa suruh cewek itu malah ngulur waktu dan nggak mau terima maaf gue, pake acara menghina bingkisan yang gue bawa lagi," dumel Afi sambil berjalan menuju pintu keluar rumah sakit.

Cewek itu memasukkan tangannya ke dalam saku hoodie berwarna pastel yang dia kenakan. Dingin juga udara malam ini. Afi menatap langit gelap tanpa bintang. "Kayaknya bakal hujan sebentar lagi," gumamnya.

Afi mendongak, menatap ke arah parkiran rumah sakit. Merasa tidak asing dengan seseorang yang sedang berjalan ke arah pintu masuk. Gaya rambutnya, langkah khasnya, juga tinggi badannya. Afi hapal betul kalau yang dia lihat sekarang adalah Gio.

GIOFIWhere stories live. Discover now