09 - Sudut Kelompok

274 72 33
                                    

"Kamu terlalu baik untuk ditelantarkan orang-orang."

-Syafika Evalianaz-

= GIOFI =

Keputusan Afi untuk duduk dengan Gio sepertinya tidak seburuk yang dibayangkan sebelumnya. Selain karena Gio adalah pemberi aksi terbaik, dia juga menjadi orang yang paling peka di kala Afi takut, sedikit malu, risi, dan kembali sulit berbaur dengan suasana kelas yang hebohnya bukan main—tidak seperti di kelas X IPS 1 dahulu, tegang dan berkarisma.

Untuk itu, Afi juga berusaha memberikan aksi terbaiknya sebagai teman sebangku, hitung-hitung sebagai balasan terhadap usaha baik Gio.

Akhir-akhir ini, ada hal yang mengganjal. Sepertinya pernah terjadi sesuatu antara Gio dan siswa yang dulunya berasal dari kelas X IPS 5, apalagi Henry dan Yura.

Saat guru pelajaran PPKn memberikan tugas kelompok kepada siswa dengan anggota masing-masing kelompok berjumlah lima atau enam orang, mendadak semua mata tertuju ke Afi.

Banyak yang ingin satu kelompok dengan cewek itu, termasuk Yura, Heni, Robbi, dan Henry. Ada juga sekelompok siswa yang dulunya dari kelas X IPS 2 menawari Afi untuk bergabung dan masih banyak lagi. Afi tinggal memilih mau masuk kelompok mana.

Namun, Gio sama sekali tak ada hasrat mencari ataupun mendapatkan tawaran untuk bergabung dari kelompok mana pun. Padahal dia bisa disebut sebagai sesepuh kelas ini, seharusnya dia diikutsertakan dalam kelompok siswa yang dulunya dari kelas X IPS 5.

Ada apa sebenarnya?

"Afi!" Henry memanggil. "Gabung kelompok gue sama Robbi aja, yok!"

"Afi!" Di barisan meja depan yang dekat dengan pintu, sekelompok cewek borjuis melambai. "Gabung sini, yuk!"

Tawaran demi tawaran membuat Afi bingung. Cewek itu menoleh ke teman sebangkunya yang diam saja sambil bersandar pada kusen jendela. Gio terlihat santai, seolah tidak mendapat kelompok bukanlah hal yang menakutkan. Beda sekali dengan Afi yang sejak pengumuman tugas kelompok sudah takut duluan padahal dia pintar dan tentunya semua orang tidak akan menyia-nyiakannya.

Afi menoleh ke Gio, memberikan kode, tanpa bertanya.

Gio yang sadar itu kontan berkata, "Lo gabung aja sama mereka, Fi. Gue gampang aja, nanti bikin kelompok sendiri atau ikut kelompoknya anak yang dulunya kelas IPS 4."

Memang ada yang tidak beres di antara siswa yang dulunya di kelas X IPS 5 dan Gio.

Afi pun bertanya lagi ke Henry, "Kelompok kalian jumlahnya berapa orang?"

Henry menautkan alis, terlihat sedikit tidak suka dengan pertanyaan Afi dan sudah tahu arah pembicaraan mereka akan ke mana. "Ada gue, Yura, Heni, sama Robbi. Jadi ada empat orang, tambah lo jadi lima."

"Kenapa Gio nggak diajak?" tanya Afi lagi. Sengaja dia ingin tahu penyebab orang-orang menjauhi Gio. "Kan, boleh enam orang juga dalam satu kelompok."

Gio menegapkan tubuh, berhenti bersandar pada kusen jendela. "Eh, nggak usah Fi, gue gabung sama kelompoknya Kaisar si ketua kelas aja."

"Kenapa lo nggak mau gabung sama kelompok mereka?" Afi semakin menggali informasi.

Hening sebentar. Henry dan Gio saling melirik kosong. Kemudian kedua cowok itu bertingkah seolah tidak ada 'sesuatu' di antara mereka.

"Haha, nggak papa Fi, lagi bosen aja satu kelompok terus sama si Ayah Henry," jawab Gio sambil tertawa kecil, garing.

Henry manggut-manggut. "Iya Fi, bosen banget."

GIOFIWhere stories live. Discover now