C H A P T E R 16 : Masalah Baru

Start from the beginning
                                    

"Mengerti, Yang Mulia." Ignatius membungkukkan tubuhnya penuh hormat.

Sebagai Jenderal besar Kekaisaran Exousía, setiap harinya Ignatius harus berhadapan dengan para prajurit yang jumlahnya bisa mencapai ratusan ribu jika dihitung dari seluruh wilayah Kekaisaran Exousía. Tentu itu bukan hal yang mudah, karena pusat pimpinan prajurit ada pada dirinya. Sudah banyak nyawa musuh yang melayang di tangannya, dan karena itu juga Ignatius mendapat julukan 'Sang Pemburu Jantung' akibat kebiasannya yang selalu membunuh musuh dengan menusuk tepat ke jantung mereka.

"Kalau sudah pita merah berarti situasi ini cukup darurat, ya? Kenapa Yang Mulia tidak menyiapkan pasukan juga di perbatasan Sungai Croseia?" Airos mengerutkan keningnya heran.

Di setiap surat yang Kaisar kirimkan melewati merpati, ada tiga kemungkinan hal yang terjadi berdasarkan warna pita yang digunakan. Kuning artinya berhati-hati, merah artinya bersiap untuk kemungkinan baik maupun buruk dan terakhir hitam yang berarti pasti untuk bertempur, dan tentu saja itu semua merujuk pada peperangan. Biasanya jika Kaisar sudah mengirimkan surat dengan pita merah, ia akan mengirim bala bantuan untuk bersiap bersama kerajaan lain dalam kemungkinan terburuk.

"Ah, itu. Sebenarnya kecil kemungkinan mereka untuk melakukan invasi. Aku mengirimkan pita merah hanya untuk mereka bersiaga dalam situasi apapun, untuk ke depannya hal seperti ini akan sering terjadi, dan jika waktu terburuk itu tiba, mereka akan benar-benar siap." Jelas Kaisar Alcacio dengan santainya.

"Kalau begitu-"

"Berhenti, Airos." Pinta Kaisar Alcacio agar Airos menghentikan topik percakapan mereka, pria bermanik cokelat itu langsung menutup rapat mulutnya, mengetahui Kaisar saat ini hendak mengatakan sesuatu yang lain.

"Mengenai tujuan lain Pangeran Herios datang ke sini, selain untuk menemui Putri Hestia, apa ada sesuatu yang lain?" Kali ini Kaisar bertanya dengan raut wajah seriusnya.

"Beliau juga ingin melaporkan hasil peninjauan daerah utara untuk pembangunan proyek penambangan batu bara-"

"Selain itu, tidak ada lagi?" Tanya Kaisar Alcacio sekali lagi.

"Tidak ada." Jawab Airos yang nampaknya juga ikut kebingungan.

"Tiga tahun lalu, aku berhasil mengambil wilayah Kerajaan Alumaticia. Raja Chapati memiliki tiga orang anak, kau tau siapa saja mereka?" Kaisar Alcacio melirik Airos dengan ekor matanya.

"Pangeran Herios, Putri Hestia dan Putri.. kalau tidak salah namanya Putri Helcia?" Jawab Airos dengan raut wajah tak yakin.

"Benar, dan tiga tahun lalu juga Putri Helcia pergi meninggalkan kerajaannya entah ke mana. Apa selama itu juga pihak kerajaan mencari keberadaan Putri Helcia?"

"Jika melihat situasi tiga tahun yang lalu, sepertinya keberadaan Putri Helcia sama sekali tak dipedulikan, apalagi dia putri termuda. Saat itu juga situasi Kerajaan Alumaticia sedang kacau, ada kemungkinan pihak kerajaan tidak lagi mencari keberadaan Putri Helcia hingga saat ini." Airos mencoba menyampaikan pendapatnya, membuat Kaisar Alcacio tersenyum tipis mendengar jawaban Airos yang tepat sasaran.

"Maka dari itu, menurutmu bagaimana reaksi Pangeran jika bertemu dengan adiknya setelah sekian lama? Apalagi mengetahui adiknya sedang dalam situasi antara hidup dan mati?"

"Apa maksud Yang Mulia?"

"Bukankah ini situasi yang menarik? Mereka adalah keluarga yang mementingkan ego masing-masing, namun jika ini menyangkut masalah hidup dan mati, apa mereka masih mementingkan ego?"

"Apa maksud Yang Mulia, anda tau keberadaan Putri Helcia?" Tanya Airos dengan keterkejutan dalam raut wajahnya, kali ini pria itu mulai tertarik pada topik pembicaraan.

The Emperor's Maid (END)Where stories live. Discover now